Tabedo – Bagian 19
Oleh: Phillar Mamara
Hari mulai menapak gelap, karena malam telah mulai menutupi siang. Sebahagian lampu jalan tidak menyala. Kondisi jalan Skip berlobang-lubang, karena banyak aspalnya yang sudah terkelupas, menyulitkan mereka mendorong Vespa.
Di keremangan itu Vitlan dan Suprayitno secara bergantian mendorong Vespa sepanjang jalan Skip menuju tempat tempel ban yang diceritakan laki-laki tadi. Keringat mengucur di sekujur tubuh mereka.
Benar saja, tak jauh dari bioskop Mayestic, di bawah pohon asam Jawa, terlihat seseorang sedang membuka ban sepeda motor. Vitlan dan Yitno mendekat.
”Tempel ban, Bang,” sapa Yitno pada tukang tempel ban.
”Ntar Bang ya, siap ini dulu ya Bang,” sahut tukang tempel ban.
Guna memudahkan pekerjaan tukang tempel ban, Yitno membantu membuka ban depan dan ban serap Vespanya.
”Yok Yit, kita ngopi dulu,” ajak Vitlan pada Yitno sembari beranjak ke kedai kopi pinggir jalan yang ada dekat tempel ban tersebut.
”Kopi susu Bang,” pinta Vitlan pada tukang kopi.
”Kau apa Yit,” tanya Vitlan.
”Aku kopi manis, Bang,” pinta Yitno.
Sepeda motor bebek selesai dikerjakan. Yitno mendekat.
”Dua-duanya Bang,” kata Yitno pada tukang tempel ban.
Tukang tempel ban memompa ban Vespa, kemudian memeriksakannya ke dalam bak air.
”Dua lobangnya Bang, tembus,” kata tukang tempel ban memperlihatkannya pada Yitno.
Ia memberi tanda dengan menancapkan potongan korek api ke lobang bocoran ban. Kemudian dia mengambil ban yang satu lagi, memompa dan mecelupkannya ke dalam bak air.
”Yang ini bocornya satu Bang,” katanya sembari memberi tanda pada lobang bocoran ban.
Yitno kembali ke kedai kopi dan duduk.
”Tembus dibikin paku tadi Lan, jadinya dua bocornya,” jelas Yitno kepada Vitlan.
Beberapa waktu kemudian.
Tukang tempel ban telah selesai memasangkan kembali ban depan dan ban serap Vespa.
”Berapa Bang, satu kopi susu, satu kopi manis,” tanya Vitlan pada tukang kopi, sementara Yitno meranjak mendekati tukang tempel ban.
”40 Bang,” jawab tukang kopi.
Vitlan merogoh kantong dan menyerahkan selembar uang Rp.100,-
”Ni Bang,” kata Vitlan.
Tukang kopi menerima uang dan mengambil kembaliannya dari laci dan menyerahkannya.
”Makasih Bang,” kata Vitlan.
”Sama-sama, Bang,” balas tukang kopi.
”Berapa Bang,” tanya Yitno kepada tukang tempel ban.
”90 Bang,” jawab tukang tempel ban.
Yitno mengeluarkan dompet. Vitlan menyerahkan uang kembalian tadi kepada Yitno, dan Yitno mengambilnya dan menambahinya dengan tiga lembar uang Rp.10,-.
”Ni Bang, makasih ya,” kata Yitno menyerahkan upah tempel ban.
”Ya sama-sama Bang,” balas tukang tempel ban.
Vespa dihidupkan, dan merekapun berlalu.
”Di mana kita maghrib Lan,” tanya Yitno.
”Di sekretariat sajalah,” jawab Vitlan.
”Tapi masih ada satu surat lagi yang mau diantar,” ingat Yitno.
”Oh Ya ya, kalau begitu kita maghrib di jalan Makmur saja,” jawab Vitlan.
Yitno mempercepat laju Vespanya menuju tampat yang dimaksud.
Tiba di Mushalla, jamaah shalat Maghrib sudah bubaran. Mereka langsung ke tempat wudhuk. Kemudian berjalan ke dalam Mushalla.
”Bagaimana kalau kali ini kau yang imam,” kata Vitlan kepada Yitno.
”Alah … kau sajalah,” jawab Yitno.
”Kau lah, kau kan anak IAIN, calon ustadz,” goda Vitlan, sembari mendorong Yitno pelan.
”Sama sajanya itu, tapi baiklah,” jawab Yitno sambil mengambil tempat di depan.
Selesai shalat maghrib, mereka antar surat terakhir ke alamat ketua komisariat. Kemudian mereka kembali ke sekretariat.
Sesampai di sekretariat, Vitlan dan Yitno secara bergantian langsung mandi dan ganti pakaian.
Vitlan masuk ke kantor cabang. Di atas meja tamu dilihatnya terletak beberapa bungkus nasi.
”Nasi untuk siapa ini?” tanya Vitlan kepada beberapa orang yang ada di situ.
”Nasi untuk kita semuanya itu, Bang,” jawab Yuni.
”Abang mau makan?, makan saja Bang,” lanjutnya.
”Cocok kalilah,” kata Vitlan, seraya membuka salah satu bungkusan nasi tersebut.
Selesai makan Vitlan beranjak keluar sambil membawa daun pembungkus nasi tadi dan membuangnya ke tempat sampah, terus ke bawah pohon Seri dan duduk di bangku-bangku yang terdapat di bawahnya. Vitlan mengeluarkan bungkus Ji Sam Soe, mengeluarkan sebatang lalu menghisapnya.
bersambung
