Hidup Sehat ala Rasulullah SAW (33)
Bagikan:

Oleh: AR Piliang

PAKAIAN DAN PERHIASAN

  • Pakaian untuk memelihara Kesehatan tubuh

Fungsi berikutnya dari pakaian adalah untuk menjaga dan memelihara tubuh dari berbagai gangguan yang dapat menyebabkan sakit,  antara lain: Sengatan sinar matahari, siraman air hujan, tiupan angin, suhu yang terlalu panas dan atau terlalu dingin, sengatan serangga, debu dan kotoran,  dan lain sebagainya.

وَاللّهُ جَعَلَ لَكُم مِّمَّا خَلَقَ ظِلاَلاً وَجَعَلَ لَكُم مِّنَ الْجِبَالِ أَكْنَاناً وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ وَسَرَابِيلَ تَقِيكُم بَأْسَكُمْ كَذَلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُون (النحل : ٨١)

Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan ni’mat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya)(QS. 16: 81).

وَالأَنْعَامَ خَلَقَهَا لَكُمْ فِيهَا دِفْءٌ وَمَنَافِعُ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ  (النّحل:٥)

Dan Dia telah menciptakan binatang ternak untuk kamu. padanya ada (bulu) yang dapat menghangatkan dan berbagai-bagai manfa’at, dan sebahagiannya kamu makan  (QS. 16:5)

  • Pakaian untuk perlindungan tubuh waktu peperangan

Fungsi berikutnya dari pakaian adalah untuk melindungi tubuh dari serangan senjata musuh di dalam peperangan. Manusia dapat membuat baju dan perisai dari bahan besi atau bahan lain yang dapat digunakan untuk keperluan perlindungan diri tersebut.

وَاللّهُ جَعَلَ لَكُم مِّمَّا خَلَقَ ظِلاَلاً وَجَعَلَ لَكُم مِّنَ الْجِبَالِ أَكْنَاناً وَجَعَلَ لَكُمْ سَرَابِيلَ تَقِيكُمُ الْحَرَّ وَسَرَابِيلَ تَقِيكُم بَأْسَكُمْ كَذَلِكَ يُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تُسْلِمُون (النحل : ٨١)

Dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan ni’mat-Nya atasmu agar kamu berserah diri (kepada-Nya) (QS. 16: 81).

Berpakaian yang Baik

Berpakaian yang baik merupakan suatu keharusan bagi seorang muslim. Berpakaian yang baik itu adalah yang enak dan nyaman dipakai, elok dipandang mata, dan melindungi tubuh serta dapat dipakai untuk beribadah. Untuk keperluan tersebut, Allah dan RasulNya telah me-netapkan beberapa syarat antara lain:

  • Pakaian Harus dapat Menutupi Aurat

Syarat pertama dan utama berpakaian dalam Islam adalah dapat menutupi aurat. Bagaimana bentuk, model, ala, gaya, harga, mewah maupun yang sederhana, tidak menjadi masalah, karena yang penting pakaian yang dikenakan tersebut  menutup aurat.

يَا بَنِي آدَمَ قَدْ أَنزَلْنَا عَلَيْكُمْ لِبَاساً يُوَارِي سَوْءَاتِكُمْ وَرِيشاً وَلِبَاسُ التَّقْوَىَ ذَلِكَ خَيْرٌ ذَلِكَ مِنْ آيَاتِ اللّهِ لَعَلَّهُمْ يَذَّكَّرُونَ (الأعراف: ٢٦)

Hai anak Adam, sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup ‘auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian takwa itulah yang paling baik. Yang demikian itu adalah sebahagian dari tanda-tanda kekuasaan Allah, mudah-mudahan mereka selalu ingat (QS. 7: 26).

عن إمّ سلمة قالت: لَمْ يَكُنْ ثّوْبٌ إَحَبَّ إِلَى رَسُوْلُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ قَمِيْسٍ (رواه أيوداود)

Dari Ummu Salamah, dia berkata: Tidak ada pakaian yang lebih disenangi Rasulullah SAW kecuali baju kemeja lengan panjang.

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاء الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُوراً رَّحِيماً (الأحزاب: ٥٩)

Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS. 33: 59).

  • Pakaian harus Sehat

Syarat kedua berpakaian dalam Islam adalah sehat. Pakaian yang sehat adalah pakai-an yang dapat menjaga tubuh seseorang dari berbagai gangguan yang dapat menimbulkan penyakit. Ciri-ciri pakaian yang sehat itu antara lain:

  • Longgar

Ciri-ciri pertama pakaian sehat adalah pakaian tersebut longgar. Pakaian yang longgar akan membuat tubuh terasa lebih nyaman dan pergerakannya menjadi lebih leluasa. Tubuh dan berkembang dan tumbuh dengan baik dan sempurna. Pakaian yang longgar membuat adanya sela atau ruang antara tubuh dengan pakaian, sehingga udara dapat dengan leluasa masuk. 

  • Tidak Ketat Dan Tidak Pas-Pasan Di Tubuh

Pakaian yang sehat itu tidak boleh ketat dan pas-pasan di tubuh, karena pakaian yang ketat dan yang pas-pasan di tubuh akan menghalangi dan menggangu pertumbuh-an dan pergerakan tubuh. Selain daripada itu, pakaian yang ketat dan pas-pasan ditubuh dapat menciderai tubuh seperti lecet, luka dan gatal-gatal.

  • Tidak Tipis Dan Tembus Pandang

Pakaian tipis dan tembus pandang bukanlah pakaian sehat, karena hanya mampu menahan terpaan angin, akan tetapi tidak dapat menahan dan menghalangi sinar mata-hari. Artinya, sinar matahari tetap bisa mengenai kulit meski sudah berpakaian. Selain di waktu pagi, sinar matahari yang menerpa kulit secara langsung dapat merusak dan men-ciderai kulit, apalagi pada orang yang memiliki kulit sensitif.

  • Tidak Jarang Tenunannya

Ciri-ciri berikutnya dari pakaian sehat adalah memiliki tenunan yang bagus dan rapat, sehingga pakaian tersebut betul-betul dapat melindungi tubuh dengan baik dari terpaan sinar matahari, tiupan angin, panas maupun dinginnya suhu udara. Pakaian yang jarang tenunannya tidak dapat melindungi tubuh karena tidak mampu  mencegah sinar matahari, hembusan angin, dan suhu udara mengenai tubuh.

  • Tidak menyeret tanah

Ciri-ciri lain dari pakaian sehat adalah ujung bagian bawah dari pakaian tidak me-nyeret tanah. Bagian ujung pakaian yang menyentuh atau menyeret tanah mudah sekali terkena berbagai kuman dan bakteri yang berasal dari debu, kotoran (hewan dan manu-sia), bangkai, lumpur, bahan kimia dan bahan-bahan tercemar lainnya, yang dapat men-datangkan berbagai penyakit (terutama penyakit kulit) bagi manusia.

Oleh karena itu Rasulullah SAW memberi batasan ujung bawah pakaian pada mata kaki.

عن أبي هريرة رضي الله عنه، عَنِ النَّبِيِّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: مَا أَسْفَلَ مِنَ الكَعْبَيْنِ مِنَ الإِزَارَ فَفِى النَّارِ (رواه البخارى)

Abu Hurairah r.a., berkata: Telah bersabda Nabi SAW: Yang di bawah mata kaki itu, bagian neraka.

  • Selalu Dibersihkan (Dicuci)

Hal terpenting dari keseluruhan persyaratan pakaian sehat adalah: pakaian itu haruslah senantiasa berada dalam keadaan bersih. Mencuci pakaian merupakan satu-satunya cara untuk mendapatkan pakaian bersih. Oleh karena itu pakaian mestilah dicuci secara berkala agar kondisi-nya yang bersih tetap terjaga.

وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ (المدثر: ٤)

dan pakaianmu bersihkanlah

Semoga bermanfaat

Bagikan:
Tabedo – Bagian 35
Bagikan:

Oleh: Phillar Mamara

Layaknya anak lelaki Minangkabau, ketika Vitlan berusia sekitar 10 tahunan, Datuak Palimo menyerahkannya berguru silat kepada, mak Ompang, temannya. Beliau menyerahkan sebuah pisau cap garpu dan selembar kain putih, sebagai persyaratan berguru silat. Di tempat itu Vitlan bergabung dengan anak lelaki lainnya. Vitlan belajar silat dua kali dalam sepekan, yakni setiap malam Rabu dan Sabtu setelah selesai shalat Isya hingga berakhir pukul setengah sepuluh malam.  

Pulang ke rumah dari surau sekitar pukul enam pagi, Vitlan bersama saudaranya yang lain pergi mandi ke luak yang terletak tidak jauh di belakang rumah. Selesai mandi, masing-masing mereka membawa air bersih untuk keperluan memasak dalam perian bambu. Perian-perian tersebut disandarkan berjejer di dinding sebelah dalam dapur. Setiap batang bambu, dapat memuat kira-kira sepuluh hingga dua belas liter air. Dengan sepuluh batang bambu, cukuplah untuk memenuhi kebutuhan air bersih selama satu hari.

Vitlan dan saudara-saudaranya yang sudah sekolah, mencuci sendiri pakaian dan sepatu sekolah mereka. Hari Sabtu setelah makan siang, mereka berjejer di tepi tebat (kolam) yang ada di bawah tebing dekat rumah menyucinya. Khusus sepatu sekolah yang terbuat dari kain, agar nampak putih bersih, setelah dibilas bersih lalu dibaluri dengan kapur tulis. 

Selesai makan siang, anak-anak biasanya membantu orang tua mereka di sawah dan di parak (kebun). Vitlan senangnya membantu Uwo berkebun sayur-sayuran di belakang dan samping rumah. Kebun itu cukup luas, ditanami aneka sayuran, seperti: Terung, Cabe, Bayam Petik, Pario, Petula, kacang-kacangan (kacang Panjang, kacang Pagar, kacang Belimbing, kacang Buncis), yang ditanam di sepanjang pagar. Ada juga Tomat, Jipang dan Labu dan lain-lain. Sementara ada Kangkung yang dipelihara di kolam kecil dekat kolam ikan.

Satu petak parak dengan ukuran kira-kira 20 kali 30 meter, ditanami Ubi Kayu. Satu petak sawah yang ada di samping kolam, ditanami secara bergantian antara: Pagi, Ubi Rambat/Jagung, Kacang Tanah/Kedelai).

Selepas shalat Ashar, Vitlan dan teman-temannya, menghabiskan waktunya dengan bermain Kejar-Kejaran, bola Kaki, Layang-Layang, Kelereng, Karet, Petak Umpat dan lain-lain. Sementara di bulan puasa permainan mereka berganti dengan main Motor-Motoran dan Meriam Bambu.

Motor-Motoran itu, rodanya terbuat dari bekas gulungan benang jahit, dan ada pula yang terbuat dari karet tapak sensal bekas. Motor-motoran itu diberi hiasan lampu warna-warni, dengan menggunakan bola lampu senter yang dibalut kertas warna merah, hijau, kuning dan biru, yang dihubungkan ke batu Batere yang diikatkan di batang motor-motoran tersebut, sehingga terlihat cantik di kala mereka konvoi di jalanan desa pada malam hari.

Di lain waktu, Vitlan sering dibawa oleh tuk Salih, adik Uwo pergi ke parak di bukit mengambil hasil hutan atau mengumpulkan buah kelapa yang baru dipetik dari beberapa pohon yang ada di sekitar rumah dan pematang sawah di tepi batang Selo. Sering juga disuruh untuk memijat dan membeli rokok untuknya.

Bila membeli rokok, Vitlan diminta untuk menyalakan rokok tersebut di kedai ketika membelinya. Agar tetap menyala, rokok tersebut diisap-isap oleh Vitlan sepanjang jalan dari kedai ke surau di mana tuk Salih berada. Melihat cucunya terbatuk-batuk sambil mengeluarkan air mata terkena asap rokok, tuk Salih tertawa lebar dan mengatakan ”yo baitu, Cu. Anak laki-laki tu harus pandai marokok, nak capek pandai mancari piti.”

Di samping memberi uang, tuk Salih juga sering mengajari Vitlan, merokok dengan menggunakan daun Nipah (rokok daun namanya), tanpa diberi tembakau. Dikondisikan seperti itu, lama kelamaan Vitlan mulai kecanduan merokok, meski usianya masih kanak-kanak. 

Setiap Ahad, mereka sekeluarga, dibantu oleh beberapa anggota pesukuan mereka, pergi ke ladang di sebuah bukit yang berjarak kira-kira 12 KM dari rumah mereka. Pukul 6 pagi mereka sudah berangkat dengan berjalan kaki, melewati jalan desa, sungai kecil, pematang sawah, ladang orang hingga guguk kecil. Setelah berjalan selama kurang lebih 2 jam, mereka sampai di ladang. Mereka baru pulang setelah waktu ashar.

Ketika harga sedang berpihak, mereka segera memanen kayu manis mereka. Sekali penen dapat menghasilkan 1,2 hingga 1,5 ton kulit kayu manis kering. Uang hasil panen ini, biasanya digunakan untuk keperluan sekolah, penambah modal usaha dan sisanya disimpan menjadi tabungan, dengan membeli perhiasan mas, seperti: kalung, cincin, gelang, anting-anting, yang sewaktu-waktu dapat diuangkan segera.

Tamat SD (setelah berganti nama dari SR), Vitlan menyambung pendidikannya ke Madrasah Tsanawiyah (MTs). Berbarengan dengan itu, ia telah pula mengkhatamkan pelajaran ngajinya di surau. Ia bersama 4 teman sekolah menempati sebuah kamar di sebuah surau dekat masjid raya kampungnya.

Di tempat ini, mereka tidak saja belajar bersama. Akan tetapi juga mengerjakan kesenangan remaja, seperti: main kartu, ngeluyur, menyuluh (mencari ikan di kali atau sungai dengan menggunakan senter atau lampu stromking), mencuri buah-buahan penduduk (perangai remaja seperti ini, sudah dimaklumi oleh masyarakat, karena mereka hanya mengambilnya sekadar untuk dimakan. Lagi pula mereka juga yang menjaga keamanan kampung), dan lain-lain.

Di saat musim panen tiba, mereka bersama warga desa lainnya, ikut memanen (menyabit dan mengirik) padi warga desa. Ketika panenan padi sudah selesai, masyarakat beramai-ramai mengadakan pertandingan layang-layang, yang diadakan di sawah yang sudah dipanen. Kegiatan ini diadakan beberapa hari, mulai dari babak penyisihan hingga babak final.

Peserta pertandingan layang-layang ini, diikuti puluhan hingga seratusan orang. Layang-layangnya pun beraneka ragam dan masing-masing mereka beri nama, seperti: Kinantan, Mujahir, Gagak hitam, Bondow, Baliang-Baliang, dan lain sebagainya. Hadiah yang disediakan oleh panitia, sangat menarik, seperti: kambing, sepeda dan uang tunai.

Di lain waktu, mereka aktif terlibat kegiatan gotongroyong, membersihkan jalan desa, mengangkat batu dan pasir dari sungai, untuk kepentingan pembangunan gedung, menimbun jalan yang rusak, dan kegiatan sosial masyarakat lainnya.   

bersambung

Bagikan:
Hidup Sehat ala Rasulullah SAW (32)
Bagikan:

Oleh: AR Piliang

TERTIB MAKAN DAN MINUM

  1. Tidak Menghabiskan Minuman dalam Sekali Kesempatan

Rasulullah SAW memberikan perbandingan cara minum manusia adalah dengan unta. Unta adalah sejenis hewan yang biasa digunakan sebagai kendaraan untuk mengem-bara di padang pasir. Allah melengkapi unta dengan kantong air yang dapat menyimpan air dalam jumlah banyak di lehernya. dengan adanya kantong air ini unta tidak perlu sering minum, dapat bertahan dalam waktu lama diperjalanannya. Air yang ada di dalam kantong airnya sedikit demi sedikit dapat direguknya masuk ke dalam perutnya apabila sang unta merasa haus. 

عن بن عبّاس رضي الله عنهما قال: قَالَ رَسُولُ اللهُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَتَشْرَبُوا وَاحِدًا كْبِ البَعِيْرِ، وَلٰكِنِ اشْرَبُوا مَثْنَى وَ ثُلاًثَ، وَسَمُّوا إِذَا أَنْتُمْ شَرِبْتُمْ وَاحْمَدُوا إِذَا أَنْتُمْ رَفَعْتُمْ (رواه التّرمذىّ)

Ibnu `Abbas r.a. berkata: Rasulullah SAW bersabda: Janganlah kamu minum sekaligus bagaikan onta, tetapi minumlah dua atau tiga kali. Dan bacalah nama Allah ketika akan minum dan bacalah hamdalah la selesai minum.

Berbeda dengan unta, manusia ketika minum, air yang diminumnya langsung masuk ke dalam perut. Minum dalam volume besar (apalagi minumnya sambil berdiri pula) akan mengakibatkan terjadinya cidera pada dinding usus. Cidera ini tentu saja memberi resiko tersendiri bagi usus dan kesehatan manusia secara keseluruhan.

Dengan didahului dengan membaca asma Allah (bismillah), Rasulullah SAW me-nuntunkan minum dua sampai tiga teguk sekali minum, berhenti untuk mengambil nafas kemudian minum lagi dua sampai tiga teguk. Minum dengan cara seperti ini akan membuat air masuk ke dalam perut secara perlahan dan bertahap, sehingga udara yang terdapat di dalam perut akan keluar dengan sempurna dan usus akan terasa nyaman.

Sementara minum dengan cara meneguk terus menerus hanya dalam satu kesempatan sam-pai air yang berada dalam wadah habis, sangat beresiko seperti: perut terasa padat dan kembung, karena ada udara yang tertahan di dalamnya.

  • Tidak Bernafas dalam Bejana

Perilaku buruk lain yang dilarang oleh Rasulullah SAW ketika minum adalah bernafas dalam tempat minum dan meniup minuman.

عن أبي قتادة رضي الله عنه، عَنِ النَبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، نَهَى أَنْ يَتَنَفَّسَ فِى الإِنَاءِ (متّفق عليه)

Dari Abu Qatadah r.a., ia berkata; Rasulullah SAW, telah melarang orang bernafas dalam tempat minumnya.

عن ابن عبّاس قال: نَهَى رَسُولُ اللهُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُّتَنَفْسَ فِى الإِنَاءِ أَوْ يُنْفَخَ فِيْهِ (رواه مسلم)

Dari Abbas r.a. ia berkata; Rasululullah SAW melarang bernafas dalam bejana yang digunakan untuk minum atau meniup minuman tersebut.

Ketika seseorang bernafas, maka udara yang dihirupnya akan disaring terlebih dahu-lu oleh hidung. kemudian udara yang sudah disaring tersebut masuk ke paru-paru. Setelah itu orang tersebut akan membuang udara dari paru-parunya keluar.

Udara yang keluar dari paru-parunya itu merupakan ampas yang mengandung ko-toran, bakteri dan partikel bebas lainnya. Udara kotor ini akan bercampur lagi dengan sisa-sisa kotoran yang tertinggal di rongga hidung. 

Bila seseorang minum sambil bernafas di dalam tempat minumnya, maka tanpa ia sadari udara yang sudah bercampur baur dengan berbagai kotoran, bakteri dan partikel bebas lainnya itu akan masuk ke dalam wadah tempat minumnya kemudian masuk dan bercampur dengan air minumnya.

Bila air ini diminum, sudah barang tentu akan memberikan akibat buruk bagi kese-hatan orang yang meminumnya.

Tidak berbeda jauh dengan hal di atas, meniup air minum yang ada dalam wadah tempat minum akan menimbulkan akibat yang hampir sama buruknya. Udara yang keluar dari rongga perut juga merupakan ampas yang bercampur dengan berbagai kotoran, bakteri dan partikel bebas lainnya.

Meniup air minum atau minuman berarti meniupkan racun ke dalam air minum atau minuman tersebut. Bila air minum atau minuman tersebut diminum, itu berarti sama saja dengan memasukkan racun  ke dalam perut.

  • Menutup Wadah Tempat Makanan dan Minuman

Rasulullah SAW mengajar dan menuntunkan agar menutup wadah tempat makan dan minum.

عن جابررضي الله عنه عنَ رَسُولُ اللهُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: غَطُّواالإِنَاءِ، وَأَوْكِئُواالسِّقَاءَ، وَأَغْلِقُواالأَبْوَابَ، وَأَطْفِئُواالسِّرَاجَ، فَإِنَّهُ الشَّيْطَانَ لاَ يَحُلُّ سِقَاءً، وَلاَ يَفْتَحُ البَابًا، وَلاَ يَكْسِفُ إِنَاءً، فَـإِنْ لَمْ يَجِدْ أَحَدُكُمْ إِلاَّ أَنْ يَعْرُضَ عَلَى إِنَائِهِ عُودًا وَيَذْكُرَاسْمَ اللهِ فَلْيَفْعَلْ، فَـإِنَّ الفُوَيْسِقَةَ تُضْرِمُ عَلَى أَهْلِ البَيْتِ بَيْتَهُمْ (رواه مسلم)

Jabir r.a., berkata: Rasulullah SAW bersabda: Tutuplah wadah-wadahmu, dan ikatlah tempat airmu, dan tutuplah pintumu, dan padamkanlah lampu. Karena syetan tidak membuka ikatan, atau pintu tertutup, dan tidak membuka tutup wadah walaupun tiada dapat tutup kecuali lidi yang diletakkan di atas tempat minum dengan menyebut nama Allah, maka harus dikerjakannya, karena tikus penjahat dapat membakar api pada orang seisi rumah.

عن جابررضي الله عنه قال:جّاءَ أَبُو حُمَيْدِ، رَجُلٌ مِنَ الأَنْصَارِ، وَمِنَ النَّقِيْعِ، بِـإِنَاءِ إِلَى النَبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ   النَبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَلاَّ خَمَّرْتَهُ، وَلَوْ أَنْ تَعْرُضَ عَلَيْهِ عُوْدَا (متّفق عليه)

Dari Jabir r.a. ia berkata, Abu Humaid , seorang sahabat Anshor datang dari Annaqi’ membawa segelas susu kepada Nabi SAW, maka Nabi SAW bersabda kepadanya: “Mengapa tidak anda tutupi, walau sekedar meletakkan lidi di atasnya?

Menutup wadah tempat makan dan minum menjadi penting:

  • Agar makanan dan minum terhindar dari gangguan hama dari hewan seperti; tikus, lalat, dan banatang dan serangga lainnya yang dapat membahayakan kesehatan manusia.
  • Agar makanan dan minuman terhindar dan terjaga dari debu, kotoran dan berbagai partikel lainnya yang mengandung kuman dan bakteri, yang dapat membahayakan kesehatan manusia.

Semoga bermanfaat

Bagikan:
Tabedo – Bagian 34
Bagikan:

Oleh: Phillar Mamara

Sementara di kamar lain.

”Kau kok meleceh kali samaku tadi hah,” tuding Icha pada Cicik sembari menggoyang-goyang tubuh Cicik di dalam pelukannya.

”Eee, perasaan …, siapa yang meleceh,” jawab Cicik dengan nada mengejek.

”Kaaulah,” kata Icha, kesal.

”Ah, perasaan kau saja nya itu,” tangkis Cicik, tanpa berusaha melepaskan rangkulan Icha.

”Iiiihh, geramnya akuuu. Purak-purak tidak tahu pulak lagi tuh,” geram Icha.

”Jadi kenapa rupanya, kau kok sewot kali Cha,” kata Cicik.

”Iyalah, siapa yang tidak sewot dibilang tak pandai masak di depan Bang Alan,” kata Icha.

”O ooo, itu rupanya. Jadi ecek-eceknya malulah ya, ketahuan tak pandai masak di depan sang kekasihnya yaaa?” ajuk Cicik sambil mengguncang-guncang tubuh Icha.

”Kaaan …, mulai lagi kan?” serang Icha.

”Oup iya, iya. maaf yaaa, tadi cuma becanda,” jelas Cicik.

”Becanda kok kek gitu,” balas Icha sembari melepaskan rangkulannya dari tubuh Cicik dan membalikkan tubuhnya membelakangi Cicik.

”Jangan merajuklah sayang,” bisik Cicik sembari membalikkan tubuh dan memeluk Icha. Icha diam, tidak berusaha menghindar. Suasana menjadi hening dan beberapa saat kemudian kedua gadis itu tertidur dalam keadaan berpelukan.

!!!

Mati Suri

Jam dinding di rumah besar itu, menunjukkan angka lima kurang sedikit. Beberapa saat lagi waktu shalat subuh tiba. Suasana makin mencekam. Nafas Datuak Palimo, terdengar pelan dan satu-satu, makin pelan, kemudian lenyap sama sekali. Tangis Bundo yang sedang hamil tua beserta seisi rumah pecah. Gema adzan subuh melepas kepergian beliau ke hadirat Yang Maha Kuasa.

Berita tentang kematian beliau, segera menyebar. Satu demi satu anggota keluarga dan kerabatnya, berdatangan. Selesai subuh, keluarga inti Datuak Palimo sudah datang, menyusul Bako beliau. Semua persiapan pelaksanaan fardhu kifayah, mulai dipersiapkan.

  Sebelum mayat dimandikan, para pihak melakukan perundingan sejenak membahas peran dan partisipasi mereka dalam pelaksanaan fardhu kifayah tersebut.

Ditengah perundingan yang berlangsung, Da-tuak Palimo, perlahan membuka mata dan menyingkapkan selendang tipis yang menutup kepalanya. Ia memalingkan pandangannya ke sebelah kanan, di mana Bundo duduk bersimpuh. Tangannya bergerak perlahan meraih tangan Bundo. Bundo menangis,

”Da, Datuak, … ”, memanggil sembari menempelkan wajahnya ke wajah Suaminya, sesungguk-kan.

Percakapan berhenti. Semua mata tertuju ke Bundo yang sedang memeluk kepala Datuak Palimo. Umi mendekat ke sebelah Bundo, dan mengusap kepalanya.

”Sabar, Nak,” katanya menghibur menantunya.

”Datuak, lai hiduik juo, nyo Mi,” katanya kepada mertuanya yang dipanggilnya, Umi, sembari mengangkat kepalanya.

”Lai hiduik juonyo, Pangulu. Nak,” gantian memeluk kepala, Datuak, anaknya, yang dipanggilnya, Pangulu.

”Umi, apo nan tajadi, Mi,” tanyanya kepada uminya keheranan.

”Syukurlah. Nak. Lai hiduik juo kironyo, Pangulu,” jawab, Umi.

Mendengar itu, semua yang hadir di rumah itu, serentak berdiri mendekat. Mereka mengucap syukur, karena kematian tidak jadi menjemput Datuak. Beberapa saat kemudian, satu persatu dari mereka menyalami Datuak, mohon diri untuk berlalu dari rumah itu.

 Perlahan Datuak bangkit menyibakkan kain yang menutupi dirinya, beliau duduk memandangi dirinya yang berada di atas kasur di ruang tengah rumah. Beliau menanyakan apa yang terjadi pada dirinya, kepada Bundo. Bundo mengatakan bahwa beliau sempat dinyatakan meninggal, sejak menjelang waktu shalat subuh. Karena itu, sanak famili, jiran tetangga dan orang-orang berdatangan.

Datuak bercerita bahwa beliau bermimpi diajak oleh seseorang yang sama sekali tidak dikenalnya. Waktu itu beliau menurut saja ajakan tersebut, hingga sampai di suatu tempat yang sangat luas, seperti padang rumput tidak bertepi. Ia menjadi was-was, ke mana sebenarnya mau dibawa. Lantas beliau menolak untuk meneruskan perjalanan dan berbalik. Orang tersebut mencengkram tangannya. Beliau berontak dan lari meninggalkannya. Anehnya ia tidak berusaha untuk mengejar dan membiarkan beliau kembali.

Beberapa hari kemudian, Datuak Palimo sudah kembali beraktifitas seperti sediakala, menekuni usaha panglong yang digelutinya. Beliau sudah kembali masuk keluar hutan mencari kayu untuk dijadikan papan dan balok.

Selagi beliau berada di lokasi penggergajian, seorang kerabat memberitahukan kepadanya, bahwa Bundo telah melahirkan anaknya yang keempat, seorang putra. Tanpa menunggu, beliau berkemas dan bergegas pulang.

begitu tiba di rumah, Datuak Palimo langsung meminta bayi dalam pelukan Bundo dan memangkunya. Beliau melantunkan beberapa kalimat Allah di kedua telinga bayi tersebut. Mengiringi aqiqahnya, beliau memberikan nama Vitlan Gumanti kepadanya.

!!!

Vitlan tumbuh menjadi bocah laki-laki yang kelihatannya normal. Berbadan tegap dengan tinggi seimbang. Berwajah tampan dengan rambut hitam tebal dan kulit sawo matang, membuat ibu-ibu dan para gadis di kampung itu, suka menggendongnya dan membawanya bermain.

Begitupun, Vitlan kecil mudah terserang demam dan mimisan, bila cuaca terlalu panas atau terlalu dingin. Melihat kondisi ini, Ibu (panggilan kepada adik mama) membawanya tinggal bersamanya di kota Padang.

Ketelatenan ibu merawatnya, membuat ketahanan pisik Vitlan menjadi semakin membaik. Ia berangsur mulai tahan berpanas-panasan dan main hujan. Provokasi ibu dan etek (saudara jauh mama) menjadikan Vitlan penggemar sayuran dan buah. Ia akan merajuk untuk makan, bila tidak ada sayur. Sayur kegemarannya adalah Bayam dan bunga Pepaya. Apalagi bila dibuat pecal dan anyang.

Vitlan memiliki teman sebaya, Andi, anak etek Ani. Ia tidur berdua dengan Andi di sebelah atas ranjang bertingkat. Ranjang itu terbuat dari dari besi pipa. Sementara di sebelah bawah, ditempati oleh uda Tino dan dua adiknya. Andi tumbuh jadi anak pemberani, suka berkelahi, sehingga anak-anak sebaya yang tinggal dan bermain di lingkungan sekitar, semua takut dan tidak ada yang berani melawannya.

Suatu ketika, Vitlan dan Andi, tidak nampak di rumah maupun di sekitarnya. Hari sudah menjelang senja dan di langit bergayut mendung tebal. Ibu dan etek mulai nampak khawatir. Mereka meminta uda Tino mencari ke lapangan dekan stadion. Pak Etek yang baru saja pulang dari pekerjaannya, ikut sibuk mencarinya.

Hujan mulai turun disertai badai. Uda Tino dan pak Etek, pulang dengan tangan hampa. mereka tambah gusar. Di tengah hujan lebat dan badai tersebut, Vitlan dan Andi muncul di depan pintu. Tubuh mereka basah kuyup. Di tangan Andi ada sejinjingan ikan laut segar. Ibu dan Etek berhamburan memeluk mereka. Ditanya ke mana, mereka mengatakan pergi main ke tepi laut dan ikut membantu nelayan, mengutip ikan tangkapan mereka dari pukat.

Pak Etek tidak dapat menyembunyikan kemarahannya. Beberapa lecutan lidi mendarat di kaki mereka. Kemudian disuruh mandi dan berganti pakaian. Sebagai hukuman tambahan, Vitlan dan Andi tidak boleh keluar pekarangan selama beberapa hari. Beban pekerjaan yang biasanya dikerjakan bersama, dibebankan kepada mereka berdua.

Atas permintaan Uwo (mama dari ibu), ibu pindah mengajar ke kampung. Beliau membawa serta Vitlan, yang waktu itu mau naik ke kelas dua SR (sekolah rakyat), kemudian memasukkannya ke salah satu SR yang tidak berapa jauh dari rumah.

Lain di kota, lain pula di kampung. Seperti anak lelaki lainnya, selain belajar di sekolah, pada malam hari, Vitlan belajar mengaji di surau. Pukul enam sore, ia sudah harus makan, kemudian berangkat ke surau dan tidur di sana. Baru kembali ke rumah setelah aktifitas subuh sekitar pukul enam pagi.

Di surau itu, mereka belajar membaca dan seni baca al-Qur`an, Fiqih, Akhlaq, Sejarah Islam, Pidato dan khutbah, adat dan tradisi budaya sehari-hari Minangkabau, seperti: pasam-bahan kato dan pantun adat. Tidak kurang juga keterampilan berpuisi dan musik.

bersambung

Bagikan: