Tabedo – Bagian 31
Bagikan:

Oleh: Phillar Mamara

Kira-kira pukul setengah tiga dinihari Vitlan tersentak dari tidurnya. Ia bangkit, beranjak ke pintu dan membukanya. Suasana gelap di luar kamar. Ia ingin ke kamar mandi mengambil wudhuk untuk melaksanakan shalat tahajjud, tapi dibatalkannya. Tak mungkin rasanya meraba-raba dinding ke sana ke mari untuk menemukan saklar lampu.

Pintu kamar ditutup kembali. Vitlan duduk bersandar ke tempat tidur. Diraihnya terjemah Al-Qu`an lalu mulai membaca dengan suara pelan hampir tak terdengar. Setelah beberapa halaman dibacanya, Al-Qur`an diletakkan kembali di tempat semula, kemudian ia membaringkan tubuh dan kembali tertidur.

Pukul lima seperempat Vitlan bangun begitu mendengar suara ibu Icha membangunkan Saldin. Ia langsung ke kamar mandi, mengambil wudhuk.  Kembali ke kamar untuk menunaikan shalat Subuh. Selesai shalat, ia membaca beberapa ayat Al-Qur`an, dilanjutkan dengan membaca buku.

Begitu dilihatnya hari telah mulai terang, ia melangkah ke luar rumah dan berjalan kaki di sepanjang jalan raya. Beberapa truk dan mobil pick up terlihat berlalu melewati jalan membawa muatan hasil laut.

Setelah puas berjalan kaki, Vitlan kembali ke rumah, kemudian mandi dan ganti pakaian. Ia mengambil sebuah buku dan beranjak ke beranda. Ia duduk membaca buku. Sesekali ia mengalihkan pandangannya ke jalan raya, memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang dan anak-anak berseragam menuju ke sekolah.   

”Tin tin tin,” terdengar bunyi klakson di depan rumah.

Bersamaan dengan munculnya Icha di depan pintu membawa Baki, berisi; sepiring pisang goreng dan sepiring ketan serta dua gelas teh manis, Saldin keluar dengan seragam sekolahnya. Hampir saja ia menumpahkan apa yang dibawa Icha.

”Eee Adin! hati-hati dik. Pelan-pelanlah,” kata Icha.

”Adin pergi sekolah ya Bang,” sapa Saldin sambil menggenggam tangan Vitlan dan menciumnya

”Ya Din,” jawab Vitlan, sambil geleng-geleng kepala melihat tingkah Saldin.

Saldin bergegas turun tangga lalu naik ke boncengan, dan mereka pun berlalu.

”Hmm, kalau si Adin ini, gitu sajalah selalu, semua buru-buru,” omel Icha, sembari meletakkan piring dan gelas di atas meja, kemudian ia duduk di  kursi sebelah kiri Vitlan.

”Namanya juga anak laki-laki yang sedang tumbuh,” jawab Vitlan, sambil tangannya mengambil pisang goreng.

”Abang waktu sebesar dia, kek gitu jugalah ya,” tanya Icha.

”Mmm lebih,” jawab Vitlan dengan mulut tetap mengunyah.

”Kek mana lebihnya Abang dulu?” tanya Icha.

”Yang namanya jatuh dari pohon, terjun dari tebing, dan jatuh dari sepeda, ndak kira lagilah, sudah puaslah,” jawab Vitlan.

”Iiihh ngeri kali Abang. Kok bisa sampai gitu? Abang pasti bandel waktu kecil ya,” tanya Icha lagi.

”Bukan bandel, tapi lasak,” jawab Vitlan enteng.

”Sama sajalah itu,” bela Icha.

”Be … bedalah, kalau bandel itu artinya tak mau dilarang. tak mau dikasih tahu, tapi kalau lasak, ya kek Adin tadi itu,” jelas Vitlan.

”Jatuh dari pohon apa saja pernah Abang?” selidik Icha.

”Seeering. … jatuh dari pohon Rambutan, pohon Jeruk, pohon Mangga, pohon Manggis, pohon kelapa,” jawab Vitlan.

”Terus yang dari tebing dan dari sepeda itu, bagaimana pula ceritanya itu?” tanya Icha lagi.

”Di dekat rumah Abang ada tebing, tingginya kira-kira sepuluh meter. Di bagian atas tebing itu banyak rumpun bambu. Di sana banyak menumpuk sampah daun-daunan dari pokok Embacang, Rambutan, Nangka dan jeruk Bali…

”Yok Bang, Icha, kita sarapan dulu,” sapa Cicik di depan pintu ruang dalam.

Vitlan menghentikan ceritanya lalu bangkit melangkah ke ruang dalam, mengikuti Cicik dan Icha. Selesai sarapan pagi, Vitlan kembali ke beranda dan duduk di tempat semula.

Sebenarnya ada keinginan di hatinya untuk berjalan-jalan di sekitar daerah itu, namun hasrat itu ditahannya demi mengingat tujuan utama kedatangannya ketempat itu. Ia tidak mau menafikan sedikitpun penderitaan batin yang sedang dialami Icha. Karena itu ia lebih memilih duduk-duduk saja di rumah, menemani Icha, daripada memenuhi hasrat keingintahuannya akan daerah itu.

Tak lama kemudian Icha dan Cicik datang bergabung bersamanya duduk di beranda. Bertiga mereka berbincang. Icha menatap Vitlan lembut, dan Vitlan membalas tatapan itu dengan senyuman.

”Lanjutkanlah Bang, cerita tadi,” rengek Icha.

”Cerita apa itu?” tanya Cicik.

”Cerita kenakalan bang Alan di waktu kecil,” jawab Icha.

”Waaah seru tuh. Kek mana tu ceritanya Bang,” timpal Cicik.

Vitlan merogoh kantong celananya dan mencari-cari sesuatu, keningnya mengerinyit. Icha coba memahaminya. Ia bangkit beranjak ke dalam dan keluar dari pintu samping yang menghubungkan dapur dengan halaman.

Tak berapa lama beselang Icha telah muncul kembali di beranda dengan sebungkus Ji Sam Soe berikut dengan korek api di tangan. Sembari duduk, Icha menyodorkannya ke depan Vitlan.

”Ini yang Abang cari kan?” katanya.

Vitlan menatap Icha kagum. Secepat itu, ia dapat memahami, apa yang dibutuhkannya. Dalam hati, Vitlan membatin,

“Sebegitu cepatnya, kau memahami apa yang kubutuhkan. Nampaknya kita memang ditakdirkan untuk bersatu. Abang berjanji padamu Icha. akan mendampingimu selamanya.”

Dia senyum dan meraih bungkus rokok itu, membelah dua bungkusnya dengan kukunya dan mengambil sebatang lalu menghisapnya.

”Ceritanya tadi sampai di mana ya?” tanya Vitlan.

”Tebing depan rumah yang ada bambunya,” jawab Icha.

”Ulangi dari awallah,” pinta Cicik, menyela.

”Kek mana ya? Sebenarnya ceritanya tak bisa diulang,” kata Vitlan menggoda.

”Aaach, tak enaklah sama bang Alan. Pilih kasih. Ulanglah Bang,” rengek Cicik.

Vitlan senyum-senyum melihat tingkah Cicik.

”Begini Cik, begini. Bang Alan itu waktu kecil nakal sekali. Suka manjat pohon dan main sepeda. Pohon apa saja dipanjati dan sering jatuh,” terang Icha.

”Iya Bang?” tanya Cicik.

Vitlan mengangguk, mengiyakan.

bersambung

Bagikan:
Hidup Sehat ala Rasulullah SAW (28)
Bagikan:

Oleh: AR Piliang

TERTIB MAKAN DAN MINUM

  1. Makan Yang Manis Ketika Perut Kosong

Makanan utama yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika perut kosong seperti setelah berpuasa seharian adalah kurma basah. Kurma basah tentu saja lebih cepat dicerna oleh lambung bila dibandingkan dengan kurma kering maupun buah lainnya.

Tentu saja tetap ada pilihan selain kurma di daerah-daerah yang tidak memiliki po-hon kurma atau tidak memroduksi kurma, seperti Indonesia. Gula Aren, barangkali dapat disetarakan dengan kurma basah sebagai makanan ketika perut kosong atau berpuasa.

Gula Aren diyakini memiliki kandungan makro dan mikronutrien lebih banyak di-bandingkan dengan gula putih/pasir . Mikronutrien yang ada dalam gula aren antara lain : Garam mineral, vitamin B1, B2, B3, B6, B12, dan Vitamin C.

Menurut Jeff Gunnent; Dalam bukunya Parma Culture Plants (2004), salah satu un-sur yang terkandung dalam gula aren memiliki fungsi untuk mengontrol dan membersihkan saluran pencernaan, mulai dari bagian lambung dan tenggorokan. Riboflavin yang merupa-kan salah satu unsur yang terdapat dalam gula aren, berfungsi melancarkan metabolisme dan mengoptimalkan fungsi sel, sehingga stamina tubuh tetap terjaga.

Gula Aren juga bermanfaat untuk penderita diabetes, membuat intensitas istirahat lebih baik, cocok dimasukkan kedalam makanan untuk diet, mencegah Anemia, mengan-dung Antioksidan,dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh. 

عن أنس رضي الله عنه قال: كَانََ رَسُولُ اللهُُُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّى عَلَى رُطَبَاتٍ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَتُمَيْرَاتٌ، فَإِنْ لَم تَكُنْ تُمَيْرَاتٌ حَسَاحَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ (رواه أبوداود و التّرمذى)

Anas r.a., berkata: Adanya Rasulullah SAW berbuka sebelum shalat maghrib dengan tiga kurma ruthob (yang masih basah), bila tidak ada, maka dengan kurma, bila tidak ada, maka dengan tiga teguk air.

  • Mengulum Jari Tangan Setelah Makan

Rasulullah SAW menyuruh ummatnya makan dengan tangan kanan. Kemudian beliau juga memerintahkan agar orang yang makan menjilati atau mengulum jari-jari tangannya terlebih dahulu sebelum tangan tersebut dibasuh (dicuci).

Ternyata setelah diteliti secara ilmiah, setiap jari mengandung enzim dan acid yang berguna untuk membantu proses pencernaan, memudahkan buang air dan menyembuhkan sembelit. Ketika seseorang makan dengan tangannya, maka tangan tersebut akan mengeluarkan enzim dan acid tersebut.

Mengulum dan menjilati jari-jari tangan sebelum tangan dibasuh, berarti menghabiskan enzim dan acid yang masih lengket di jari-jari tersebut.

عن ابن عبّاس رضي الله عنهما قال:قَالَ رَسُولُ اللهُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامً، فَلاَ يَمْسَحُ يَدَهُ حَتَّى يَلْعَقَهَا أَوْ  يُلْعِقَهَا (متّفق عليه)

Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: Apabila seseorang selesai makan maka janganlah dia membersihkan tangannya sebelum mengulumnya.

عن جابر رضي الله عنه، أَنَّ النَّبِي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  أَمَرَ بِلَعْقِ الأَصَابِعِ وَالصَّحْفَةِ، وَقَالَ: إِنَّكُمْ لاَ تَدْرُوْنَ فِى أَيَّهِ البَرْكَةُ (رواه مسلم)

Dari Jabir r.a. katanya; bahwasanya Nabi SAW, memerintahkan menjilati jari-jari dan piring setelah makan, dan katanya: Kalian tidak tahu makanan yang mana yang mengandung berkah.

  • Minum Susu

Untuk melengkapi kebutuhan gizi bagi ma-nusia, Allah menyediakan minuman segar dan menyehatkan dalam perut binatang ternak, terutama susu sapi, susu kambing, dan domba.

وَإِنَّ لَكُمْ فِي الأَنْعَامِ لَعِبْرَةً نُّسْقِيكُم مِّمَّا فِي بُطُونِهِ مِن بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَّبَناً خَالِصاً سَآئِغاً لِلشَّارِبِينَ (النحل:٦٦)

Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya (QS. 16: 66)

وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً نُّسقِيكُم مِّمَّا فِي بُطُونِهَا وَلَكُمْ فِيهَا مَنَافِعُ كَثِيرَةٌ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ (المؤمنون: ٢١)

Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian daripadanya kamu makan (QS. 23: 21).

  • Susu Sapi

Susu sapi merupakan susu utama dari hewan ternak yang dimanfaatkan oleh manusia. Susu sapi dapat diminum secara langsung maupun setelah diolah terlebih dahulu.

Kandungan gizi yang terdapat dalam susu sapi terdiri dari protein, mineral (Kalsium, Kalium, Yodium,  Potassium, dan Fospor), serta vitamin A, B12, riboflavin, vitamin D, dan niacin.

Susu sapi sangat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perawatan kesehatan tubuh seperti:

  • Pembentukan Otot
    Protein yang terkandung dalam susu sapi segar cukup tinggi dan cocok untuk membentuk otot, menaikan berat dan tinggi badan secara alami.
  • Menghaluskan kulit
    Mengonsumsi susu sapi segar secara teratur setiap hari dapat meningkatkan kesehatan dan kecantikan kulit secara alami.
  • Melancarkan pencernaan
    Mengonsumsi susu sapi segar secara teratur setiap hari dapat melancarkan pencernaan dan mencegah sembelit atau susah buang air besar.
  • Mencegah pembentukan batu ginjal

Susu sapi dapat juga digunaan untuk mencegah pembentukan batu ginjal dalam tubuh.

Semoga bermanfaat

Bagikan:
Tabedo – Bagian 30
Bagikan:

Oleh: Phillar Mamara

”Kalau kau Cha,” tanya ibu kepada Icha.

”Sudah tiga kali dengan hari ini,” Jawab Icha.

”Sudah seberapa jauh kalian mengenal nak Alan itu?” selidik ibu Icha.

”Walau baru beberapa kali bertemu dengan dia, Cicik menangkap kesan yang baik tentang bang Alan. Ibuk di Medan juga berpikiran seperti itu. Cicik percaya sepenuhnya apa yang disampaikan mak Angkatnya tentang bang Alan. Oleh karena itu ketika Icha mengalami keguncangan akibat musibah yang Mak Tuo hadapi, ibuk menyarankan untuk membi-carakannya dengan dia,” sambung Cicik.   

”Jadi nak Alan tahu apa yang kami alami,” tanya ibu Icha.

”Ya Mak Tuo. Maafkan kami kalau Mak Tuo tidak berkenan dengan apa yang kami lakukan,” jawab Cicik.

”Mak Tuo Cuma khawatir…”,

”Mak Tuo tidak usah khawatir, Cicik yakin bang Alan orangnya tulus dan tidak akan melakukan  hal yang menjadi kekhawatiran Mak Tuo,” sela Cicik.

”Jadi, apa saja yang sudah diketahui oleh nak Alan itu?” tanya ibu Icha lagi.

”Kami ceritakan semua yang terjadi apa adanya, pada bang Alan, terus kami diskusikan apa yang bisa dilakukan untuk membantu keluarga di sini. Lantas bang Alan bilang dia ingin ke sini dan minta ditemani karena dia belum pernah ke sini. Dia juga bilang ingin melakukan apapun yang terbaik bagi Icha dan keluarga ini,” lanjut Cicik.

”Apa mungkin tu Cik?” tanya ibu Icha.

”Cicik lihat bang Alan itu tidak main-main mak Tuo. Buktinya, ia sampai di sini,” jawab Cicik.

”Assalamu’alaikum,” terdengar suara Saldin membuka pintu.

”Alaikum salam,” jawab mereka serentak.

Ia langsung ke dapur dan mengambil piring, kemudian ke lemari mengambil nasi dan lauk.

”Hai, sedang apa kamu Adin,” tanya ibu Icha.

”Lapar Buk,” jawab Saldin lalu ikut duduk di sofa.

Pembicaraan tentang Vitlan terputus. Mata mereka sama tertuju ke layar TV menyaksikan acara titian muhibah kerjasama TVRI dengan RTM Malaysia.

Selesai menyaksikan acara Dunia dalam Berita, Cicik dan Icha beranjak ke kamar mandi untuk gosok gigi dan berwudhuk, kemudian ke kamar. Selesai shalat Isya, mereka langsung berbaring di ranjang.

”Nah sekarang ceritakan, bagaimana bang Alan bisa sampai kau bawa ke sini?” kata Icha lepada Cicik.

”Ih, sabar sikit kenapa,” goda Cicik.

”Ish, senang kalilah mempermainkan awak, tak nengok-nengok waktu,” kata Icha cemberut.

”Iya iya, dengar ya anak manis,” jawab Cicik sambil merangkul Icha.

”Beberapa hari setelah putusan hakim di pengadilan, kami semua kan melihat tuh, kondisi mentalmu yang semakin hari semakin menurun. Mak Tuo sangat khawatir, ia sampaikan kekhawatirannya sama ibuk. lantas ibuk memberitahuku, bagaimana kalau hal ini disampaikan dengan bang Alan. Setelah kami diskusikan baik buruknya. Aku setuju. Lantas aku disuruh ibuk memanggilnya. Sampai di rumahnya, bang Alan lagi tidak di rumah. Kata mak Angkatnya sudah seminggu lebih ia tak pulang. Ketika kutanyakan ke mana?, ibuk itu bilang, kalau bang Alan sengaja pergi dari rumah untuk menghindari incaran aparat”, …

”Bang Alan diincar aparat kenapa?” potong Icha.

”Sebenarnya ia sempat diperiksa oleh aparat Koramil, tapi berhasil dibebaskan oleh seorang perwira, temannya,” jelas Cicik.

”Kok bisa sampai begitu?” tanya Icha, penasaran.

”Mak Angkatnya bilang, ia dituduh menghasut warga menentang program pemerintah, ia dibilang sebagai provokator dan anti pemerintah,” jelas Cicik.

”Trusss,” tanya Icha.

”Ya begitulah berita yang ku dapat,” jawab Cicik.

”Bang Alan sampai dituduh macam-macam kenapa?” desak Icha.

”Cha, informasi yang ku dapat seperti itu. Kalau kau mau cerita yang lebih jelas, lebih lengkap, nanti kau tanyakan langsung sama bang Alan,” jawab Cicik.

”Ish, jawabnya kok kek gitu ya…,” rungut Icha.

”Iya sayaaang, cerita yang ku terima cuma segitu,” jawab Cicik sambil mempererat pelukannya pada Icha.

”Truss, kek mana sampai bang Alan bisa ke sini?” tanya Icha lagi.

”Terus, waktu kutanya kapan pulangnya, ia jawab ndak tahu. Lantas aku tinggalkan saja pesan di situ, agar bila bang Alan pulang ia segera datang ke rumah. Kami khawatir juga, kalau-kalau bang Alan tak pulang-pulang. Eee… tahu-tahu kemarin malam dia muncul di rumah. Kami jadi lega,” jelas Cicik.

”Trusss,” desak Icha.

”Terus aku ceritakan sama bang Alan, semua yang terjadi sama om dan kondisimu. Setelah mendapat penjelasan secara lengkap, ia menyatakan niatnya untuk segera ke sini dan minta ditemani. Hai Cha, bang Alan itu cinta kalilah samamu,” jelas Cicik.

Icha tersenyum dan memeluk tangan Cicik yang melingkar di pinggangnya, kemudian membalikkan badannya hingga posisinya jadi berhadapan, sehingga ia dapat menatap mata Cicik seperti mencari sesuatu di sana.

”Tahu kau Cha, bang Alan itu siap tinggal di sini untuk mendampingimu,” kata Cicik.

”Yang benar Cik?” tanya Icha.

”Dia siap mendampingimu selamanya, dengar ya, se … la … ma … nya,” kata Cicik lagi, sambil merapatkan keningnya ke kening Icha.

”Ooohh bahagianya. Terima kasih, Ya Allah. Engkau bawa dia, untukku,” gumam Icha dalam hati, sambil tetap memeluk saudaranya itu.

Tiada kata yang terdengar lagi antara kedua gadis belia tersebut. Malam semakin sunyi, mereka pun tertidur pulas dalam mimpi masing-masing.

bersambung

Bagikan:
Hidup Sehat ala Rasulullah SAW (27)
Bagikan:

Oleh: AR Piliang

TERTIB MAKAN DAN MINUM

  1. Minum Air Putih 

Kebutuhan minum terutama air putih merupakan hal yang harus dipenuhi selain makanan, karena tubuh manusia membutuhkan cairan atau air dalam jumlah yang sesuai untuk tubuhnya.

يَا بَنِي آدَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمْ عِندَ كُلِّ مَسْجِدٍ وكُلُواْ وَاشْرَبُواْ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (الأعراف: ٣١)

Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid , makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan . Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan (QS. 7: 31).

Sesuai tuntunan Rasulullah SAW untuk kepentingan berbuka atau ketika perut kosong sebelum makan makanan padat, di mana tidak tersedia buah kurma, maka beliau menganjurkan minum tiga deguk air. Minum air ini merupakan pra kondisi atau proses pengondisian pada lambung sebelum masuknya makanan padat.

Selain untuk keperluan sebagaimana disebut di atas, secara umum air putih mempunyai fungsi penting bagi tubuh manusia seperti:

  • Untuk melarutkan makanan, vitamin dan mineral yang berguna dalam proses pencernaan.
  • Menjadi pelumas untuk sendi sehingga mencegah nyeri punggung.
  • Membersihkan racun dari semua bagian tubuh kemudian membawanya ke hati dan ginjal untuk dibuang.
  • Membantu mengurangi stres, rasa cemas, dan depresi.
  • Membantu meredakan sakit kepala, kelelahan, dan sembelit.
  • Menghaluskan kulit dan mempercepat proses pergantian sel kulit.
  • Memberikan energi kepada otak dalam menjalankan fungsinya.
  • Membantu mengencerkan darah serta mencegah penggumpalan darah ketika beredar ke seluruh bagian tubuh.
  • Mencegah masalah impotensi karena dehidrasi.
  • Membantu mengurangi mual di pagi hari akibat kehamilan.
  • Untuk menurunkan berat badan, dan mengurangi keinginan untuk mengemil.

عن سلمان بن عامر الضّبّيّ الصّحابيّ رضي الله عنه، عَنَّ النَّبِيُّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِذَا أَفْطَرَ أَحَدُكُمْ فَالْيُفْطِرْ عَلَى تَمْرٍ، فَـإِنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى مَاءٍ، فَـإِنَّهُ طَهُوْرٌ (رواه أبوداود والتّرمذي)

Salman bin Amir Adhdhobby r.a., berkata: Bersabda Nabi SAW: Jika berbuka salah satu kamu, hendaknya berbuka dengan kurma, bila tidak ada, maka berbukalah dengan sir, karena sesungguhnya air itu adalah pencuci.

  • Akibat Kekurangan Air Putih Bagi Kesehatan Tubuh

Kekurangan air putih di dalam tubuh dapat mengakibatkan antara lain:

  • Kekurangan cairan di otak, yang mengakibatkan sel-sel otak tidak aktif dan tidak berkembang sebagaimana mestinya.
  • Tenggorokan menjadi kering, suhu badan naik, dapat menimbulkan gajala sakit kepala, air kencing berubah warna menjadi pekat dan denyut nadi te-rasa cepat.
  • Dapat menyebabkan infeksi pada saluran kandung kemih.
  • Dapat mengganggu fungsi ginjal.
  • Kulit menjadi kusam karena aliran darah kapiler di kulit tidak maksimal.  
  • Makan Kurma Setiap Pagi.

Kurma merupakan sejenis tanaman masuk dalam keluarga palm. Telah ditanam dan dibudidyakan oleh manusia sejak sekitar 8.000 tahun yang lalu di kawasan Babilonia.

Kurma memiliki satu keistimewaan dari buah-buahan yang ada di bumi ini. Keistime-waan itu adalah bahwa kurma itu bukan hanya buah, akan tetapi makanan pokok yang disetarakan dengan gandum. Kurma juga dapat dijadikan sebagai pencegah serta obat untuk mengobati berbagai jenis penyakit.

Kurma memiliki kelebihan-kelebihan yang membuatnya dibicarakan secara khusus. Adapun kelebihan-kelebihan tersebut antara lain adalah:

  • Kurma memenuhi semua unsur gizi makanan yang dibutuhkan tubuh manusia, karena  mengandung sekitar 60% – 70% karbohidrat, 20% protein, 3% lemak, mineral seperti: magnesium, kalsium, tembaga, mangan, potassium, serta vitamin K dan B kompleks.
  • Kurma memiliki zat gula yang mudah diserap oleh darah, lambung dan usus.
  • Kurma berfungsi untuk menguatkan sel-sel usus dan membantu melancarkan saluran kencing dan memperkuat suhu tubuh.
  • Kurma berfungsi menguatkan rahim dan mencegah terjadinya pendarahan pada wanita saat melahirkan dan mempercepat pengembalian posisi rahim seperti semula.
  • Kurma dapat berfungsi mencegah stroke, membantu mengatur tekanan darah, mengurangi rasa sakit dan demam, dan menetralisir asam.
  • Kurma dapat berfungsi memelihara kelembaban dan kejelian mata, menguatkan penglihatan, pertumbuhan tulang, mengatur metabolisme lemak, meningkatkan kekebalan terhadap infeksi, menjaga kesehatan kulit dan menenangkan sel-sel syaraf.
  • Kurma dapat digunakan untuk mengobati gangguan usus dan sembelit, penyakit jantung, kolesterol, melancarkan buang air besar.

عن سعد بن وقاص رضي الله عنه قال: سَمِعْتُ رَسُولُ اللهُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  يَقُوْلُ: مَنْ تَصَبَّحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتِ عَجْوَةُ، لَمْ يَضُرَّهُ ذَالِكَ الْيَوْمَ سُمِّ وَلاَ سِحْرٌ (متّفق عليه)

Dari Sa’id bin Abi Waqas r.s. katanya; Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa pagi-pagi makan tujuh buah kurma Ajwah, maka pada hari itu dia tidak mudah keracunan dan terserang penyakit”.

عن عائشة رضي الله عنها؛ أَنَّ رَسُولُ اللهُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: إِنَّ فِىعَجْوَةِ الْعَالِيَةِ ضِفَاءً، وَإِنَّهَا تِرْيَاقٌ أَوَّلَ الْبُكْرَةِ (رواه مسلم)

Dari Aisyah r.a. bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “Sesungguhnya kurma Ajwah yang bermutu tinggi itu mengandung obat, dan kurma tersebut adalah makanan yang paling baik di awal pagi.

Semoga bermanfaat

Bagikan:
Tabedo – Bagian 29
Bagikan:

Oleh: Phillar Mamara

Setengah jam kemudian, di kamar mandi,
”Senang kalilah ya, hati yang sedang berbunga-bunga tu,” kata Cicik, menggoda, melihat wajah ceria Icha.
”Ya iyalah. Hai Cik, kek mana caranya kau bisa membawa bang Alan ke sini?” kata Icha, sambil mengganti pakaian dengan kain basahan.
”Pandai akulah itu, siapa dulu si Cicik,” jawab Cicik mendabik dada, sambil senyum.
”Ceritakanlah Cik, sama ku,” rengek Icha sembari menyiramkan air ke tubuhnya.
”Balen dulu, baru ku kasih tahu,” balas Cicik,
”Gitu saja minta balen. Mentang-mentang …,” sungut Icha.
”Tidak mau, tak usah. Tak ada beritanya,” bela Cicik.
”Baik, baik, mau balen apa? Bilang saja,” tantang Icha.
”Eee, banyak uang ni ya,” goda Cicik.
”Sekadar untuk nraktir adalah,” jawab Icha.
”Nanti ya ku ceritakan di kamar,” kata Cicik.
”Baik, setuju,” balas Icha senang.

Di tempat lain, ibu Icha sibuk merapikan kamar yang akan ditempati Vitlan. Seprei, sarung bantal dan guling, ia ganti dengan yang baru. Sehelai kain sarung dan selembar sajadah diletakkannya di kepala ranjang. Setelah itu, ibu kembali ke ruang tengah, menghidupkan televisi, mengganti channel dari TV3 ke TVRI untuk mendengarkan berita, lalu duduk di sofa.

”Adin ke masjid ya, Bu,” kata Saldin menggamit tangan ibunya dan menciumnya.
”Ya, hati-hati ya Adin,” jawab ibu.
”Adin ke masjid ya, Bang,” kata Adin, begitu berpapasan dengan Vitlan, di beranda.
”Ya,” jawab Vitlan.

Selesai mandi, Icha dan Cicik ke kamar, berhias ala kadarnya, kemudian keluar ke beranda
”Bang, sudah sore, mandilah lagi,” sapa Icha.
”Ya ntar, habis dulu rokok ini ya, tinggal sikit lagi, nanggung,” jawab Vitlan.
”Duh cantikny,” gumamnya dalam hati, tanpa sedikitpun mengalihkan tatapannya dari Icha yang berdiri tepat di depannya.
”Nengoknya kok gitu kali,” kata Icha manja.
Vitlan hanya senyum, sambil mengacungkan kedua jempolnya di depan dada.

Mendapat pujian seperti itu, Icha menjadi kikuk dan salah tingkah. Dia menatap Vitlan, kemudian memalingkan pandangannya ke halaman.

Vitlan bangkit dari duduknya, melangkah ke arah jendela dan menjentikkan puntung rokoknya ke halaman. Kemudian melangkah ke ruang dalam. Icha menguntit sampai di ruang tengah. Ia mengambil handuk dan kain sarung yang tadi diletakkan di sandaran kursi dan memberikannya pada Vitlan, kemudian berbelok ke kamar, sementara Vitlan melangkah ke kamar mandi.

Selesai mandi Vitlan berpapasan dengan ibu Icha yang duduk nonton TV. Melihat Vitlan melangkah di dekatnya, ibu Icha berdiri mendekat.

”Nak Vitlan, kamarnya di sini,” kata ibu Icha, sambil menggiring Vitlan ke kamar yang berada berhadap-hadapan dengan kamar Icha, yang memang biasa digunakan untuk tamu yang datang berkunjung
”Nak Vitlan istirahat tidurnya di sini, terserah Nak Vitlan saja, mau tidur di ranjang ini atau yang itu. Pakaiannya tarok di lemari ini (sambil membuka daun pintu lemari sebelah kanan,” jelas ibu Icha.
”Ibu tinggal ya!” lanjutnya sembari melangkah keluar kamar.
”Ya Bu, makasih,” jawab Vitlan.

Di kamar itu terdapat dua buah ranjang dengan ukuran satu kasur, sebuah lemari pakaian, dan sebuah meja dengan dua kursi. Di lantai terdapat sebuah permadani dalam posisi tergulung. Nampaknya permadani ini sewaktu-waktu siap untuk dibentangkan. Vitlan membentangkan permadani tersebut. Kemudian ia mengambil tasnya yang terletak di samping lemari pakaian, dan meletakkannya di atas permadani. Vitlan membuka tas lalu mengeluarkan piyama dan beberapa buah buku bacaan yang selalu dibawanya ke mana ia pergi.
Setelah mengganti pakaiannya dengan piyama, ia duduk berselonjorkan kaki di atas permadani sambil bersandar di ranjang. Tangannya meraih sebuah buku untuk dibacanya. Baru dua halaman buku dibacanya, terdengar azan maghrib. Ia bangkit, mengambil sajadah yang terletak di atas ranjang lalu membentangkannya di atas permadani.

Vitlan menjamak dan qashar saja shalat Maghrib dan Isyanya. Selesai shalat dan berdo’a, ia kembali duduk berselonjor di tempat semula, dan melanjutkan membaca. Baru beberapa halaman dibacanya, kantuk mulai menyerangnya. Ia menjangkau guling yang terletak di atas ranjang lalu berbaring sambil memeluk guling tersebut. Ia kembali membaca, matanya terasa makin berat, lalu terpejam, buku di tangannya terlepas dan iapun tertidur pulas.

Selesai shalat maghrib dan berhias sekenanya, Icha dan Cicik keluar kamar dan begabung dengan ibu di ruang tengah.
”Nak Alannya mana? Kok dibiarkan sendiri di kamar. Ajak ke sinilah,” kata ibu
Icha bangkit sembari menarik tangan Cicik, melangkah menuju kamar Vitlan. Pintu kamar diketuk pelan.
”Bang, Bang, Bang Alan,” panggil Icha.
Tidak ada sahutan dari dalam.
”Bang, Bang Alan,” panggil Icha lagi.
Tetap tak ada sahutan.

Pelan, Cicik menarik gagang pintu dan membukanya sedikit. Dia melihat Vitlan sudah tertidur di atas ambal. Dia mengguit Icha dan memberi isyarat untuk tidak bicara, dengan jari telunjuk dibibir. Pelan mereka melangkah ke dalam kamar.

Mereka memperhatikannya dengan seksama. Yakin Vitlan sudah tertidur pulas, perlahan mereka beranjak keluar kamar dan menutup pintu kamar rapat-rapat.
”Bang Alannya sudah tidur Bu,” jelas Icha dan Cicik, sambil duduk kembali di tempat semula.
”Ya sudah kalau begitu,” jawab ibu.
”Ia menggeletak saja di atas ambal,” jelas Icha.
”Kok tidur di situ dia? Perasaannya Ibu tidak membentangkan ambal tadi,” jelas Ibu.
”Mungkin Bang Alan itu, yang membentangkannya kemudian golek-golek, sambil baca buku. Karena kecapaian kali, langsung tertidur,” jelas Cicik.
”Ya sudah,” jawab ibu.
”Tadi kalau mak Tuo tidak salah dengar Cicik bilang nak Alan itu mahasiswa, kuliah di mana dia?” tanya ibu Icha.
”Iya mak Tuo. Cuma Cicik tidak tahu di mana dia kuliah. Kampusnya, kalau tak salah, di daerah Teladan. Nantilah Cicik tanya sama dia,” jawabnya.
”Sejauh mana kalian sudah mengenalnya?” selidik Ibu.
”Yang Cicik ketahui tentang bang Alan itu, ya sejauh yang diceritakan mak angkatnyalah,” jawab Cicik.
”Apa saja rupanya yang sudah diceritakannya?”
”Dibilangnya, bang Alan itu sudah tinggal di situ sejak 4 tahun lalu, sejak dia tamat STM. Mulanya dia kos, karena dia itu rajin membantu nyuci piring, nyapu, ngelap-ngelap, masak, belanja, jaga kedai, lama kelamaan, dia diangkat jadi anak angkat oleh ibuk itu. Bukan itu saja, bang Alan itu juga taat beribadah dan suka menolong orang. Abang-abang becak yang ada di sekitar daerah itu rata-rata kenal sama dia,” jelas Cicik.
”Sering bertemu dia?” tanya Ibu lagi.
”Cicik ketemu dengan bang Vitlan itu, pertama waktu di acara malam tahun baru itu sama-sama dengan Icha dan Iyod. Kedua di rumahnya juga sama Icha dan Iyod, terus waktu ngantar Icha di stasiun kereta api, terus waktu mau ke sini,” papar Cicik.

bersambung

Bagikan: