Tabedo – Bagian 21
Bagikan:

Oleh: Phillar Mamara

”Silakan dicicipi Bang,” kata Raudah.
”Ya, makasih,” jawab Vitlan sembari mengambil tapai goreng yang menjadi kesukaannya.
”Begini Bang, pada awalnya, kami sengaja menutupi kejadian ini. Kami tak ingin aib yang menimpa keluarga kami sampai tersiar ke mana-mana, termasuk kepada Abang. Tapi melihat kondisi mental dan kejiwaan Icha, kami memutuskan untuk memberitahu Abang. Icha itu sangat mencintai Abang. Hatinya sepenuhnya pada Abang. Waktu terakhir berjumpa dengannya, dia sempat menanyakan sama Cicik tentang Abang, apakah dia masih mungkin dapat memiliki Abang dengan kondisi keluarganya seperti sekarang ini. Dia saat ini merasa malu sekali sama Abang,” kata Cicik.

Vitlan menghela nafas dan memejamkan mata, mulutnya berhenti mengunyah, Ia meletakkan potongan sisa tapai goreng di tepi alas cangkir tehnya dan mengangkat cangkir lalu meneguk isinya, kemudian meletakkannya kembali ke tempat semula.

”Tidak Cik, Abang akan ada selamanya untuk Icha. Abang akan lakukan apa saja yang bisa Abang lakukan untuknya,” timpal Vitlan.
”Tolonglah bantu Icha ya … Nak Vitlan. Jemputlah semangatnya, biar dia kembali ceria seperti dulu lagi. Ibu cemas Nak, melihat kondisi Icha sekarang ini,” harap Ibu Cicik.
”Ya Buk, Alan akan menemui Icha sesegera mungkin. Siapa yang akan menemani Vitlan ke sana Buk?” kata Vitlan.
”Kapan Nak Vitlan, kapan Abang mau ke sana,” tanya Ibu Cicik dan Cicik bersamaan.
”Bagaimana kalau besok saja,” jawabnya.
”Kalau begitu biar Cicik saja yang menemani Bang Vitlan,” kata Cicik.
”Ya sudah, Ibu setuju saja. Naik apa kalian besok, Kereta Api apa Taksi,” tanya Ibu Cicik.
”Terserah, mana baiknya saja,” balas Vitlan.
”Baiknya naik Kereta Api saja. Lebih aman dan nyaman. Toh tidak ada yang mesti diburu,” sam-bung Ibu Cicik.
”Itupun jadi,” jawab Vitlan.

Vitlan mengambil potongan sisa tapai goreng dan memakannya, habis. Kemudian mengambil sukun goreng, lalu memakannya.

”Nak Vitlan ndak kuliah besok,” sapa Ibu Cicik, mengalihkan pembicaraan.
”Ndak, Buk. Kebetulan baru selesai mid Buk,” jawab Vitlan menghentikan kunyahnya.
”Orang-orang ini bilang Nak Vitlan pintar masak ya?” tanya Ibu Cicik bercanda, sambil menunjuk Cicik dan Raudah.
”Bisa sikit-sikit Buk,” jawabnya merendah.
”Kapan Ibuk dibikinkan nasi goreng?” goda Ibu Cicik.
”Kapan ya?, … nantilah Buk pulang dari Tanjung,” jawabnya.
”Janji ya?” lanjut Ibu Cicik.
”Ya … Alan Janji Buk, nanti pulang dari Tanjung, Alan akan bikinkan nasi goreng yang paling enak untuk Ibuk,” goda Vitlan.
”Kami tidak dibikinkan, Cuma Ibuk aja,’ rengek Raudah.
”Kalian kan sudah,” kata Vitlan sambil mengerling.
”Mana aci begitu,” protes mereka berdua.
”Ya ya, kalian juga. Semua kebagian. Pokoknya nanti akan Abang bikinkan,” tegas Vitlan.
”Begitu baru adil” kata Raudah sambil mengacungkan jempolnya.

Mereka tertawa kecil, sehingga suasana menjadi hangat. Selanjutnya Vitlan bercerita tentang aktivitas organisasinya yang mengadakan acara Dies.

Waktu telah menunjukkan sembilan lewat seperempat malam. Di luar terdengar bunyi lonceng becak dayung. Pasti bang Giman telah datang untuk menjemputku, gumam Vitlan dalam hati.

”Buk, Alan permisi pulang dulu ya,” pinta Vitlan pada Ibu Cicik.
”Kok buru-buru Nak Alan, gorengnya saja belum habis?” gurau Ibu Cicik.
”Sudah lewat pukul sembilan Buk,” jawab Vitlan sembari berdiri dan beranjak dari kursinya.
”Besok pagi Alan ke sini,” lanjutnya, sembari menyalami Ibu Cicik dan kedua gadis itu.
”Ya Nak, hati-hati ya,” pesan Ibu Cicik.
”Ya Buk, Assalamu’alaikum,” kata Vitlan sambil melangkah ke pintu.

Cicik dan Raudah mengantar Vitlan sampai ke pintu pagar. Ia langsung naik ke becak Bang Giman.

”Yok Bang,” katanya.

bersambung

Bagikan:
Hidup Sehat ala Rasulullah SAW (18)
Bagikan:

Oleh : AR Piliang

SUMBER BAHAN MAKANAN DAN MINUMAN

Sumber Bahan Makanan

• Buah-Buahan

Sumber bahan makanan yang lain adalah buah-buahan. Bila seseorang berjalan-jalan di muka bumi ini, maka akan ia temui begitu banyak jenis dan cita rasa buah-buahan itu. Ada kurma yang lemak, ada anggur yang manis, ada mangga dan jeruk yang bermacam-macam rasa, ada pisang yang bermacam-macam jenis dan rasa, ada delima, kismis, pir, sirsak, semangka, salak dan banyak lagi yang lainnya. Semua jenis buah-buahan itu dapat dijadikan bahan makanan.

Dari buah-buahan itu dapat pula dibuat berbagai macam penganan dan minuman yang lezat rasanya, seperti jus, sari buah, sirup, berbagai macam kue, manisan, dan cuka.


الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ (البقرة: ٢٢)

Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah , padahal kamu mengetahui (QS. 2:22)

وَطَلْحٍ مَّنضُودٍ ¤ وَظِلٍّ مَّمْدُودٍ ¤ (الواقعة: ٢٩-٣٠)
dan pohon pisang yang bersusun-susun (buahnya), dan buah-buahan yang banyak, (QS.56:29-30)

يُنبِتُ لَكُم بِهِ الزَّرْعَ وَالزَّيْتُونَ وَالنَّخِيلَ وَالأَعْنَابَ وَمِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (المؤمن:٧٠)
Dia menumbuhkan bagi kamu dengan air hujan itu tanam-tanaman; zaitun, korma, anggur dan segala macam buah-buahan. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ada tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mau berpikir. (16.11)

الَّذِي جَعَلَ لَكُمُ الأَرْضَ فِرَاشاً وَالسَّمَاء بِنَاء وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ فَلاَ تَجْعَلُواْ لِلّهِ أَندَاداً وَأَنتُمْ تَعْلَمُونَ (البقرة: ٢٢)
Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rezki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah , padahal kamu mengetahui (QS.2: 22)

وَهُوَ الَّذِيَ أَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجْنَا بِهِ نَبَاتَ كُلِّ شَيْءٍ فَأَخْرَجْنَا مِنْهُ خَضِراً نُّخْرِجُ مِنْهُ حَبّاً مُّتَرَاكِباً وَمِنَ النَّخْلِ مِن طَلْعِهَا قِنْوَانٌ دَانِيَةٌ وَجَنَّاتٍ مِّنْ أَعْنَابٍ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُشْتَبِهاً وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ انظُرُواْ إِلِى ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَيَنْعِهِ إِنَّ فِي ذَلِكُمْ لآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ (الأنعام: ٩٩)
Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan itu tanaman yang menghijau. Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang banyak; dan dari mayang korma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa. Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah dan (perhatikan pulalah) kematangannya. Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang beriman (QS.6: 99)

وَهُوَ الَّذِي أَنشَأَ جَنَّاتٍ مَّعْرُوشَاتٍ وَغَيْرَ مَعْرُوشَاتٍ وَالنَّخْلَ وَالزَّرْعَ مُخْتَلِفاً أُكُلُهُ وَالزَّيْتُونَ وَالرُّمَّانَ مُتَشَابِهاً وَغَيْرَ مُتَشَابِهٍ كُلُواْ مِن ثَمَرِهِ إِذَا أَثْمَرَ وَآتُواْ حَقَّهُ يَوْمَ حَصَادِهِ وَلاَ تُسْرِفُواْ إِنَّهُ لاَ يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ (الأنعام: ١٤١)
Dan Dialah yang menjadikan kebun-kebun yang berjunjung dan yang tidak berjun-jung, pohon korma, tanam-tanaman yang bermacam-macam buahnya, zaitun dan delima yang serupa (bentuk dan warnanya) dan tidak sama (rasanya). Makanlah dari buahnya (yang bermacam-macam itu) bila dia berbuah, dan tunaikanlah haknya di hari memetik hasilnya (dengan disedekahkan kepada fakir miskin); dan janganlah kamu berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang berlebih-lebihan (QS.6: 141)

• Sayur-Mayur

Sumber bahan makanan berikutnya adalah sayur-mayur. Sebagaimana buah-buahan, sayur-mayur banyak mengandung berbagai macam Vitamin dan mineral. Pada sayuran tertentu seperti; bayam, daun ubi, sayur sawi dan brokoli terdapat pula sumber protein yang baik.

Banyak sekali jenis sayur-mayur yang tumbuh di permukaan bumi seperti; bayam, selada, tomat, mentimun, cabai, bawang, seledri, kubis, lobak, wortel, labu dan lain sebagainya.

وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَن نَّصْبِرَ عَلَىَ طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنبِتُ الأَرْضُ مِن بَقْلِهَا وَقِثَّآئِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَى بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُواْ مِصْراً فَإِنَّ لَكُم مَّا سَأَلْتُمْ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَآؤُوْاْ بِغَضَبٍ مِّنَ اللَّهِ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُواْ يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَلِكَ بِمَا عَصَواْ وَّكَانُواْ يَعْتَدُونَ (البقرة: ٦١)
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: “Hai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu: sayur-mayur, ketimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merahnya”. Musa berkata: “Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta”. Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas (QS. 2:61)

فَلْيَنظُرِ الْإِنسَانُ إِلَى طَعَامِهِ ¤ أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاء صَبّاً ¤ ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقّاً ¤ فَأَنبَتْنَا فِيهَا حَبّاً ¤ وَعِنَباً وَقَضْباً ¤ (عبس: ٢٤ – ٢٨)
Maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran (QS. 80:24 – 28)

Semoga bermanfaat

Bagikan:
Tabedo – Bagian 20
Bagikan:

Oleh: Phillar Mamara

Telah lebih sepekan Vitlan berada di Adinegoro. Dia rindu pulang ke rumah. Dengan sebuah tas sandang yang berisi beberapa buah buku dan dua stel pakaian, ia keluar ruang yang biasa digunakannya bersama teman-temannya untuk tidur, masuk ke ruang sekretariat. Tidak ada orang di sana. Terus, ia keluar ke bawah pohon Seri menemui teman-temannya yang lain, asyik main karambol.

”Mau ke mana kau Lan?” sapa Wahab.
”Aku pulang ke rumah dulu, nanti malam atau besok aku balik,” jawab Vitlan, sembari menepuk bahu Wahab, Salim, Junaidi, dan melambaikan tangan pada yang lainnya sambil berlalu meninggalkan mereka.
”Yok,” balas teman-temannya sembari mengangkat tangan.

Waktu menunjukkan pukul setengah enam sore, ketika bemo yang membawa Vitlan berhenti di seberang rumahnya.

”Pinggir, Bang”, kata Vitlan kepada supir bemo.

Bemo berhenti, Vitlan turun dan membayar ongkos, kemudian berlari menyeberang jalan. Sampai di depan rumah.

”Assalamu’alaikum,” sapa Vitlan.
”Alaikum salam,” jawab Mak.
”Syukurlah Waang sudah pulang Lan. Tuh ada surat untuk Waang di laci,” lanjut Mak, sambil menunjuk steling.

Vitlan melangkah menuju steling, menarik laci dan mengambil surat tersebut, kemudian duduk di kursi dekat steling.
”Kapan datangnya Mak?” tanya Vitlan kepada Mak sambil membuka surat tersebut.
”Kemarin sore,” jawab Mak.

Vitlan membacanya.

            Medan, 9 – 11 – 80 

’Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bang Vitlan, tolong abang datang segera ke rumah. Ada masalah penting yang mau Cicik bicarakan sama Abang tentang Icha. Kondisinya sangat mengkhawatirkan Bang. Kami tunggu kedatangan Abang.
Wassalam,
Cicik

Vitlan menutup surat dan mendesah. Dia merogoh kantong celana dan mengeluarkan bungkus rokok. Mengambilnya sebatang lalu menghisapnya. Kemudian berlalu ke lantai atas. Sambil berjalan,

”Apa ya yang sedang terjadi dengan Icha?” gumam Vitlan dalam hati.

Sampai di kamar Vitlan membaringkan tubuhnya di ranjang. Asap rokok mengepul bergulung-gulung ke langit-langit kamar. Ia membatin mengira-ngira apa yang sedang terjadi dan dialami Icha.

”Allahu akbar Allahu akbar,” terdengar azan berkumandang.
Vitlan bangkit, mengambil handuk dan berlari ke kamar mandi di lantai dasar. Selesai mandi, segera kembali ke lantai dua untuk mengerjakan shalat maghrib. Selesai shalat, berpakaian, pakai sepatu, menghias wajah dengan bedak kertas yang jadi kegemarannya, mengeluarkan sisir dari kantong belakang celana lalu merapikan rambutnya yang gondrong sebahu. Kemudian turun terus ke depan.

”Mak, awak pergi sebentar ya, ke rumah Cicik di Amaliun,” pinta Vitlan sama Mak.
”Ya, hati-hati Waang ya,” jawab Mak.
”Ya Mak,” jawabnya lalu melangkah ke pinggir jalan.
”Bang, Bang,” teriak Vitlan kepada abang becak yang nongkrong dekat simpang.

Abang becak mendekat.

”Ke mana Lan,” tanya abang becak.
”Amaliun Bang,” pinta Vitlan lalu naik ke atas becak.

Sampai di alamat yang dituju. Vitlan turun dan membayar ongkos becak.
”Bang Giman, nanti kira-kira jam sembilan atau tengah sepuluh tolong jemput aku ke sini ya!” pintanya pada tukang becak yang bernama Giman tersebut.
”Ya Lan,” jawab Giman lalu pergi.

Vitlan membuka pintu pagar dan berjalan menuju pintu dan mengetuknya.

”Assalamu’alaikum,” sapanya.
”Alaikum salam,” jawab suara dalam.
Terdengar suara langkah kaki mendekat dan membuka pintu.
”Eee … Nak Alan, mari masuk,” sapa ibu Cicik seraya menyambut uluran salam Vitlan.
”Makasih, Buk,” jawab Vitlan seraya masuk.
”Duduk, Nak,” kata ibu Cicik sambil berlalu ke ruang dalam.

Vitlan duduk, dan tak lama berselang ibu Cicik keluar bersama Cicik dan Raudah.

”Apa kabar, Bang,” sapa Cicik dan Raudah serempak dan bergantian menyalami Vitlan.
”Alhamdulillah Sehat, bagaimana kalian,” jawab Vitlan.
”Baik-baik saja Bang,” jawab mereka berdua, kemudian duduk di kursi tamu yang agak panjang di sebelah kiri Vitlan. Sementara ibu Cicik duduk di kursi di sebelah kanan Vitlan.
”Yod, gih bikin minuman untuk abangmu gih,” kata ibu Cicik pada Raudah, yang dipanggil Yod. Ia segera bangkit berjalan ke dalam.
”Awak pulang tadi ke rumah, lalu ada surat dari Cicik, ada apa rupanya sama Icha,” Vitlan membuka pembicaraan.
”Iya Bang, kemarin Cicik ke rumah Abang, tapi Abang tidak di rumah. Kata Mak Abang, Abang sudah lebih seminggu tak pulang. Ke mana saja Abang sampai lebih seminggu?” tanya Cicik.
”Ada kegiatan di organisasi Abang,” jawab Vitlan.
”Ooohh…., begini Bang, kira-kira dua bulan yang lalu, pengadilan menjatuhkan hukuman sama Om Mahidin, ayah si Icha, 18 tahun penjara. Dia dituduh menyelewengkan ratusan juta dana yang ada di kantornya. Di antara mereka bersaudara, Icha yang paling terpukul dengan kejadian itu. Dia shock sekali Bang, dan sekarang tak mau keluar rumah. Dia mengurung diri terus,” papar Cicik.

Vitlan tercenung, lama, suasana jadi diam. Cicik dan ibunya saling pandang. Ia keluarkan sebatang rokok, lalu menghisapnya.

Kemudian…,

”Sekarang Icha ada di mana?” tanya Vitlan.

Dengan sedikit ragu Cicik menjelaskan,

”Dia sekarang di rumah nenek di Tanjung Balai, Bang. Rumah yang di Kisaran yang selama ini mereka tempati disita Bang. Mobil dan barang-barang berharga semua ikut disita. Mereka tak punya apa-apa lagi sekarang Bang,” lanjut Cicik.
”Kami tak menduga sama sekali bakal terjadi seperti ini sama keluarga abang kami itu,” timpal ibu Cicik.
”Jadi apa yang bisa saya lakukan,” tanya Vitlan.

Raudah masuk menenteng baki berisi sebuah teko dan empat buah cangkir keramik bermotif bunga, dan meletakkannya di atas meja. Dia lalu berbalik ke dalam dan keluar lagi dengan dua piring berisi gorengan dan meletakkannya satu di depan Vitlan dan satu lagi di depan Raudah. Ada pisang kepok goreng, pisang raja goreng, sukun goreng, ubi dan tapai goreng. Cicik menuangkan teh manis panas ke masing-masing cangkir.

bersambung

Bagikan:
Hidup Sehat ala Rasulullah SAW (17)
Bagikan:

Oleh: AR Piliang

Sumber Bahan Makanan Dan Minuman

Sumber Bahan Makanan

Begitu manusia pertama ciptaan Allah (Adam) hadir di bumi, maka Allah telah meleng-kapinya dengan perbekalan yang cukup untuk hidup. Allah membekali Adam dengan ilmu pe-ngetahuan guna mengetahui segala sesuatu yang dibutuhkan manusia untuk menjalani hidupnya, di langit dan di bumi, di darat , di laut, dan di udara.

وَعَلَّمَ آدَمَ الأَسْمَاء كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلاَئِكَةِ فَقَالَ أَنبِئُونِي بِأَسْمَاء هَـؤُلاء إِن كُنتُمْ صَادِقِينَ (البقرة: ٣١)

Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!”(QS. 2:31)

Dengan ilmu pengetahuan yang dimilikinya, manusia diharapkan dapat memahami dan menerjemahkan petunjuk-petunjuk Allah ke dalam lingkup kerja-kerja praktis, tentang apa saja yang dapat mereka manfaatkan dari apa yang diciptakan Allah guna melangsungkan dan mempertahankan hidupnya.

Guna membantu manusia mendapatkan bahan pangan, Allah memudahkan untuknya segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, di darat dan di lautan.

وَمَا ذَرَأَ لَكُمْ فِي الأَرْضِ مُخْتَلِفاً أَلْوَانُهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِّقَوْمٍ يَذَّكَّرُونَ ¤ وَهُوَ الَّذِي سَخَّرَ الْبَحْرَ لِتَأْكُلُواْ مِنْهُ لَحْماً طَرِيّاً وَتَسْتَخْرِجُواْ مِنْهُ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا وَتَرَى الْفُلْكَ مَوَاخِرَ فِيهِ وَلِتَبْتَغُواْ مِن فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ ¤ (النّحل: ١٣-١٤)
Dan Dia (menundukkan pula) apa yang Dia ciptakan untuk kamu di bumi ini dengan berlain-lainan macamnya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang mengambil pelajaran. Dan Dia-lah, Allah yang menunduk-kan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan daripadanya daging yang segar (ikan), dan kamu mengeluarkan dari lautan itu perhiasan yang kamu pakai; dan kamu melihat bahtera berlayar padanya, dan supaya kamu mencari (keuntungan) dari karunia-Nya, dan supaya kamu bersyukur.(QS.16:13-14)

Pada prinsipnya semua yang Allah ciptakan di bumi ini dapat digunakan manusia sebagai sumber bahan pangan untuk memenuhi kebutuhan makan dan minumnya, kecuali yang nyata-nyata diharamkan Allah baginya. Sumber-sumber bahan pangan tersebut antara lain adalah:

Biji-Bijian dan Umbi-Umbian

Secara umum sumber utama bahan pangan manusia berasal dari biji-bijian. Biji-bijian tersebut antara lain adalah padi, jagung, gandum, dan kacang-kacangan.

Pada umumnya masyarakat menggunakan padi, jagung dan gandum sebagai makanan pokok. Bahan makanan pokok ini disuguhkan secara langsung berupa nasi, ketupat, lontong, dan bubur. Selain itu bahan makanan pokok di atas dapat juga disuguhkan dalam bentuk olahan seperti roti, mie dan lain-lain.

Sementara dari kacang-kacangan dapat dibuat sebagai pelengkap makanan, makanan pendamping, dan penganan seperti bubur, kue-kue, susu dan lain-lain.

Kacang-kacangan merupakan sumber utama protein yang berasal dari tumbuh-tumbuhan atau disebut protein nabati.

Sebahagian masyarakat ada yang menjadikan umbi-umbian seperti; ubi, ketela, talas dan sejenisnya, sebagai makanan pokok.

Umbi-umbian dapat disajikan langsung dengan merebus, membakar atau menggoreng. Dan dapat pula disajikan dalam bentuk lain dengan terlebih dahulu mengolahnya menjadi tepung, gaplek, dan lain-lain.

Selain sebagai makanan pokok, biji-bijian dan umbi-umbian, dijadikan masyarakat sebagai makanan pendamping dan penganan yang dimakan di waktu senggang, atau pada acara-acara.
Biji-bijian dan umbi-umbian merupakan sumber karbohidrat. Sementara kacang-kacangan adalah sumber protein dan lemak dari tumbuh-tumbuhan atau lemak nabati.

وَآيَةٌ لَّهُمُ الْأَرْضُ الْمَيْتَةُ أَحْيَيْنَاهَا وَأَخْرَجْنَا مِنْهَا حَبّاً فَمِنْهُ يَأْكُلُونَ (فاطر: ٣٣)
Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan.(QS. 35:33)

فَلْيَنظُرِ الْإِنسَانُ إِلَى طَعَامِهِ ¤ أَنَّا صَبَبْنَا الْمَاء صَبّاً ¤ ثُمَّ شَقَقْنَا الْأَرْضَ شَقّاً ¤ فَأَنبَتْنَا فِيهَا حَبّاً ¤ وَعِنَباً وَقَضْباً ¤ (عبس: ٢٤ – ٢٨)
maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran (QS. 80:24 – 28)

Semoga bermanfaat

Bagikan:
Tabedo – Bagian 19
Bagikan:

Oleh: Phillar Mamara

Hari mulai menapak gelap, karena malam telah mulai menutupi siang. Sebahagian lampu jalan tidak menyala. Kondisi jalan Skip berlobang-lubang, karena banyak aspalnya yang sudah terkelupas, menyulitkan mereka mendorong Vespa.

Di keremangan itu Vitlan dan Suprayitno secara bergantian mendorong Vespa sepanjang jalan Skip menuju tempat tempel ban yang diceritakan laki-laki tadi. Keringat mengucur di sekujur tubuh mereka.

Benar saja, tak jauh dari bioskop Mayestic, di bawah pohon asam Jawa, terlihat seseorang sedang membuka ban sepeda motor. Vitlan dan Yitno mendekat.

”Tempel ban, Bang,” sapa Yitno pada tukang tempel ban.
”Ntar Bang ya, siap ini dulu ya Bang,” sahut tukang tempel ban.
Guna memudahkan pekerjaan tukang tempel ban, Yitno membantu membuka ban depan dan ban serap Vespanya.

”Yok Yit, kita ngopi dulu,” ajak Vitlan pada Yitno sembari beranjak ke kedai kopi pinggir jalan yang ada dekat tempel ban tersebut.
”Kopi susu Bang,” pinta Vitlan pada tukang kopi.

”Kau apa Yit,” tanya Vitlan.
”Aku kopi manis, Bang,” pinta Yitno.
Sepeda motor bebek selesai dikerjakan. Yitno mendekat.
”Dua-duanya Bang,” kata Yitno pada tukang tempel ban.

Tukang tempel ban memompa ban Vespa, kemudian memeriksakannya ke dalam bak air.

”Dua lobangnya Bang, tembus,” kata tukang tempel ban memperlihatkannya pada Yitno.

Ia memberi tanda dengan menancapkan potongan korek api ke lobang bocoran ban. Kemudian dia mengambil ban yang satu lagi, memompa dan mecelupkannya ke dalam bak air.

”Yang ini bocornya satu Bang,” katanya sembari memberi tanda pada lobang bocoran ban.
Yitno kembali ke kedai kopi dan duduk.

”Tembus dibikin paku tadi Lan, jadinya dua bocornya,” jelas Yitno kepada Vitlan.

Beberapa waktu kemudian.
Tukang tempel ban telah selesai memasangkan kembali ban depan dan ban serap Vespa.

”Berapa Bang, satu kopi susu, satu kopi manis,” tanya Vitlan pada tukang kopi, sementara Yitno meranjak mendekati tukang tempel ban.

”40 Bang,” jawab tukang kopi.
Vitlan merogoh kantong dan menyerahkan selembar uang Rp.100,-
”Ni Bang,” kata Vitlan.

Tukang kopi menerima uang dan mengambil kembaliannya dari laci dan menyerahkannya.
”Makasih Bang,” kata Vitlan.
”Sama-sama, Bang,” balas tukang kopi.
”Berapa Bang,” tanya Yitno kepada tukang tempel ban.
”90 Bang,” jawab tukang tempel ban.

Yitno mengeluarkan dompet. Vitlan menyerahkan uang kembalian tadi kepada Yitno, dan Yitno mengambilnya dan menambahinya dengan tiga lembar uang Rp.10,-.

”Ni Bang, makasih ya,” kata Yitno menyerahkan upah tempel ban.
”Ya sama-sama Bang,” balas tukang tempel ban.
Vespa dihidupkan, dan merekapun berlalu.
”Di mana kita maghrib Lan,” tanya Yitno.
”Di sekretariat sajalah,” jawab Vitlan.
”Tapi masih ada satu surat lagi yang mau diantar,” ingat Yitno.
”Oh Ya ya, kalau begitu kita maghrib di jalan Makmur saja,” jawab Vitlan.
Yitno mempercepat laju Vespanya menuju tampat yang dimaksud.

Tiba di Mushalla, jamaah shalat Maghrib sudah bubaran. Mereka langsung ke tempat wudhuk. Kemudian berjalan ke dalam Mushalla.

”Bagaimana kalau kali ini kau yang imam,” kata Vitlan kepada Yitno.
”Alah … kau sajalah,” jawab Yitno.
”Kau lah, kau kan anak IAIN, calon ustadz,” goda Vitlan, sembari mendorong Yitno pelan.
”Sama sajanya itu, tapi baiklah,” jawab Yitno sambil mengambil tempat di depan.

Selesai shalat maghrib, mereka antar surat terakhir ke alamat ketua komisariat. Kemudian mereka kembali ke sekretariat.

Sesampai di sekretariat, Vitlan dan Yitno secara bergantian langsung mandi dan ganti pakaian.
Vitlan masuk ke kantor cabang. Di atas meja tamu dilihatnya terletak beberapa bungkus nasi.

”Nasi untuk siapa ini?” tanya Vitlan kepada beberapa orang yang ada di situ.
”Nasi untuk kita semuanya itu, Bang,” jawab Yuni.
”Abang mau makan?, makan saja Bang,” lanjutnya.
”Cocok kalilah,” kata Vitlan, seraya membuka salah satu bungkusan nasi tersebut.

Selesai makan Vitlan beranjak keluar sambil membawa daun pembungkus nasi tadi dan membuangnya ke tempat sampah, terus ke bawah pohon Seri dan duduk di bangku-bangku yang terdapat di bawahnya. Vitlan mengeluarkan bungkus Ji Sam Soe, mengeluarkan sebatang lalu menghisapnya.

bersambung

Bagikan: