Tabedo – Bagian 16
Oleh: Phillar Mamara
Malam mulai larut, angin mulai bertiup agak kencang. Hawa dingin berhembus dari jendela, sejenak kemudian hujan turun, tapi tak lebat. Vitlan membiarkan jendela kamarnya tetap terbuka. Dia beranjak ke ranjang dan membaringkan diri dengan posisi telentang dengan tangan kirinya terlipat di bawah kepala.
Asap rokok masih mengepul dari mulutnya. Ia menerawang dan menerawang, sampai suatu saat ia tertidur dengan sisa batang rokok masih terselip di sela jarinya.
!!!
Suara gaduh membangunkan Vitlan dari tidurnya. Ia bangkit dan berjalan ke ruang depan. Dari jendela lantai dua Vitlan melihat kerumunan orang di perempatan jalan. Ia beranjak ke bawah dan menghampiri kerumunan tersebut. Astaga, dua sosok tubuh tergeletak berlumuran darah di aspal.
”Kenapa ini,” tanya Vitlan kepada orang-orang yang bekerumun.
”Tabrakan dengan mobil tangki,” jawab salah seorang dari mereka.
”Ayo dibawa ke rumah sakit! Masak dibiarkan saja,” kata Vitlan.
”Ayo, ayo,” timpal beberapa orang.
”Tu, ada mobil pickup,” kata seseorang sembari menunjuk sebuah pickup yang berusaha melewati kerumunan.
”Bang Bang, tolong dulu Bang,” pinta seseorang, sembari membuka terpal penutup bak pickup tersebut, tanpa menunggu persetujuan empunya mobil.
”Ya ya,” balas empunya pickup gugup.
”Ayo ayo,” kata orang-orang serentak tanpa menunggu komando, sambil mengangkat kedua tubuh yang tergeletak di aspal secara serentak.
”Oi pelan-pelan oi,” teriak seseorang ketika akan meletakkan tubuh korban kecelakaan tersebut.
”Ayo Bang ke rumah sakit umum,” seru Buyung kepada empunya pickup.
”Yok Lan, Lis, Rul,” sambung Buyung kepada Vitlan, Zarlis dan Basrul.
”Yok yok,” jawab mereka serentak sembari melompat ke atas bak pickup.
”Wow wow wow tunggu tunggu,” kata Vitlan sambil melompat turun dari pickup.
”Apalagi tu Lan?” teriak Buyung.
”Ntar, keretanya mana?” tanya Vitlan, sambil mencari-cari dengan matanya.
”Tuh di pinggir,” jawab seseorang sambil mengarahkan telunjuknya ke depan bengkel bang Man.
Vitlan menghampiri sepeda motor tersebut.
”Tolong tarok di samping belakang kedai ya,” pinta Vitlan kepada seseorang yang sedang mengamati sepeda motor milik korban kecelakaan sembari memegang stangnya, sambil menunjuk lorong antara kedai nasi dengan kedai mak Etek, sembari melompat kembali ke atas bak pickup.
”Ya ya, Lan,” jawab seseorang.
”Yok Bang,” kata Vitlan kepada empunya mobil pickup.
”Yok,” balas empunya mobil.
Di keremangan cahaya lampu jalanan Vitlan dapat melihat salah seorang dari kedua korban, kepalanya berlumuran darah dan terlihat juga ada cairan keluar dari hidung dan telinganya. Sementara yang satu lagi tak terlihat ada luka di wajah maupun bagian tubuhnya.
Sesampai di rumah sakit Basrul melompat turun dan berlari ke ruang depan rumah sakit menemui petugas jaga.
”Malam Pak, tolong ada yang kecelakaan dua orang tu di mobil pickup,” kata Basrul kepada petugas jaga sambil menunjuk pickup yang parkir di luar.
Petugas jaga masuk ke bagian dalam dan keluar lagi bersama empat orang perawat dengan dua buah kereta dorong. Secara bersama mereka mengangkat kedua korban kecelakaan dengan kereta dorong ke ruang pemeriksaan. Dokter jaga memeriksa kedua korban secara bergilir dan memastikan kepada Vitlan dan kawan-kawan bahwa keduanya telah tewas.
Dengan disaksikan orang banyak Vitlan merogoh kantong belakang celana korban satu persatu dan mengeluarkan dompetnya. Setelah memperhatikan secara seksama,
”Kami pergi sebentar ya, kalian tunggu di sini,” kata Vitlan kepada Buyung dan Zarlis.
”Mau ke mana kalian?” tanya Buyung.
”Mau mencari alamat korban, memberitahu keluarga mereka,” jawab Vitlan.
”Ya lah,” kata mereka.
Vitlan mengajak Basrul keluar dan menemui empunya pickup tadi yang sedang mengelap sisa darah yang menempel di lantai mobilnya dengan kain basah.
”Bang, sekali lagi minta tolong sama abang untuk mengantarkan kami ke Skip,” pinta Vitlan kepada empunya pickup.
Tanpa komentar si empunya pickup menghidupkan mesin dan,
”Ayok Bang,” katanya
Bertiga mereka menuju alamat yang tertera di KTP kedua korban.
”Namanya siapa Bang,” tanya Vitlan kepada empunya pickup.
”Yono, Suyono Bang,” jawab empunya pickup.
”Mau ke mana tadinya Bang,” tanya Basrul.
”Mau belanja ke pajak, jalan Sutomo Bang,” jelas Yono.
”Maaf Bang, sudah mengganggu waktu Abang,” kata Vitlan.
”Tidak apa-apa, nolong sesama saja kok,” balas Yono.
”Tinggalnya di mana Bang,” tanya Vitlan lagi.
”Di Simpang Limun Bang, saya jualan kedai sampah di sana,” jawab Yono.
!!!
bersambung
