Tabedo – Bagian 34
Bagikan:

Oleh: Phillar Mamara

Sementara di kamar lain.

”Kau kok meleceh kali samaku tadi hah,” tuding Icha pada Cicik sembari menggoyang-goyang tubuh Cicik di dalam pelukannya.

”Eee, perasaan …, siapa yang meleceh,” jawab Cicik dengan nada mengejek.

”Kaaulah,” kata Icha, kesal.

”Ah, perasaan kau saja nya itu,” tangkis Cicik, tanpa berusaha melepaskan rangkulan Icha.

”Iiiihh, geramnya akuuu. Purak-purak tidak tahu pulak lagi tuh,” geram Icha.

”Jadi kenapa rupanya, kau kok sewot kali Cha,” kata Cicik.

”Iyalah, siapa yang tidak sewot dibilang tak pandai masak di depan Bang Alan,” kata Icha.

”O ooo, itu rupanya. Jadi ecek-eceknya malulah ya, ketahuan tak pandai masak di depan sang kekasihnya yaaa?” ajuk Cicik sambil mengguncang-guncang tubuh Icha.

”Kaaan …, mulai lagi kan?” serang Icha.

”Oup iya, iya. maaf yaaa, tadi cuma becanda,” jelas Cicik.

”Becanda kok kek gitu,” balas Icha sembari melepaskan rangkulannya dari tubuh Cicik dan membalikkan tubuhnya membelakangi Cicik.

”Jangan merajuklah sayang,” bisik Cicik sembari membalikkan tubuh dan memeluk Icha. Icha diam, tidak berusaha menghindar. Suasana menjadi hening dan beberapa saat kemudian kedua gadis itu tertidur dalam keadaan berpelukan.

!!!

Mati Suri

Jam dinding di rumah besar itu, menunjukkan angka lima kurang sedikit. Beberapa saat lagi waktu shalat subuh tiba. Suasana makin mencekam. Nafas Datuak Palimo, terdengar pelan dan satu-satu, makin pelan, kemudian lenyap sama sekali. Tangis Bundo yang sedang hamil tua beserta seisi rumah pecah. Gema adzan subuh melepas kepergian beliau ke hadirat Yang Maha Kuasa.

Berita tentang kematian beliau, segera menyebar. Satu demi satu anggota keluarga dan kerabatnya, berdatangan. Selesai subuh, keluarga inti Datuak Palimo sudah datang, menyusul Bako beliau. Semua persiapan pelaksanaan fardhu kifayah, mulai dipersiapkan.

  Sebelum mayat dimandikan, para pihak melakukan perundingan sejenak membahas peran dan partisipasi mereka dalam pelaksanaan fardhu kifayah tersebut.

Ditengah perundingan yang berlangsung, Da-tuak Palimo, perlahan membuka mata dan menyingkapkan selendang tipis yang menutup kepalanya. Ia memalingkan pandangannya ke sebelah kanan, di mana Bundo duduk bersimpuh. Tangannya bergerak perlahan meraih tangan Bundo. Bundo menangis,

”Da, Datuak, … ”, memanggil sembari menempelkan wajahnya ke wajah Suaminya, sesungguk-kan.

Percakapan berhenti. Semua mata tertuju ke Bundo yang sedang memeluk kepala Datuak Palimo. Umi mendekat ke sebelah Bundo, dan mengusap kepalanya.

”Sabar, Nak,” katanya menghibur menantunya.

”Datuak, lai hiduik juo, nyo Mi,” katanya kepada mertuanya yang dipanggilnya, Umi, sembari mengangkat kepalanya.

”Lai hiduik juonyo, Pangulu. Nak,” gantian memeluk kepala, Datuak, anaknya, yang dipanggilnya, Pangulu.

”Umi, apo nan tajadi, Mi,” tanyanya kepada uminya keheranan.

”Syukurlah. Nak. Lai hiduik juo kironyo, Pangulu,” jawab, Umi.

Mendengar itu, semua yang hadir di rumah itu, serentak berdiri mendekat. Mereka mengucap syukur, karena kematian tidak jadi menjemput Datuak. Beberapa saat kemudian, satu persatu dari mereka menyalami Datuak, mohon diri untuk berlalu dari rumah itu.

 Perlahan Datuak bangkit menyibakkan kain yang menutupi dirinya, beliau duduk memandangi dirinya yang berada di atas kasur di ruang tengah rumah. Beliau menanyakan apa yang terjadi pada dirinya, kepada Bundo. Bundo mengatakan bahwa beliau sempat dinyatakan meninggal, sejak menjelang waktu shalat subuh. Karena itu, sanak famili, jiran tetangga dan orang-orang berdatangan.

Datuak bercerita bahwa beliau bermimpi diajak oleh seseorang yang sama sekali tidak dikenalnya. Waktu itu beliau menurut saja ajakan tersebut, hingga sampai di suatu tempat yang sangat luas, seperti padang rumput tidak bertepi. Ia menjadi was-was, ke mana sebenarnya mau dibawa. Lantas beliau menolak untuk meneruskan perjalanan dan berbalik. Orang tersebut mencengkram tangannya. Beliau berontak dan lari meninggalkannya. Anehnya ia tidak berusaha untuk mengejar dan membiarkan beliau kembali.

Beberapa hari kemudian, Datuak Palimo sudah kembali beraktifitas seperti sediakala, menekuni usaha panglong yang digelutinya. Beliau sudah kembali masuk keluar hutan mencari kayu untuk dijadikan papan dan balok.

Selagi beliau berada di lokasi penggergajian, seorang kerabat memberitahukan kepadanya, bahwa Bundo telah melahirkan anaknya yang keempat, seorang putra. Tanpa menunggu, beliau berkemas dan bergegas pulang.

begitu tiba di rumah, Datuak Palimo langsung meminta bayi dalam pelukan Bundo dan memangkunya. Beliau melantunkan beberapa kalimat Allah di kedua telinga bayi tersebut. Mengiringi aqiqahnya, beliau memberikan nama Vitlan Gumanti kepadanya.

!!!

Vitlan tumbuh menjadi bocah laki-laki yang kelihatannya normal. Berbadan tegap dengan tinggi seimbang. Berwajah tampan dengan rambut hitam tebal dan kulit sawo matang, membuat ibu-ibu dan para gadis di kampung itu, suka menggendongnya dan membawanya bermain.

Begitupun, Vitlan kecil mudah terserang demam dan mimisan, bila cuaca terlalu panas atau terlalu dingin. Melihat kondisi ini, Ibu (panggilan kepada adik mama) membawanya tinggal bersamanya di kota Padang.

Ketelatenan ibu merawatnya, membuat ketahanan pisik Vitlan menjadi semakin membaik. Ia berangsur mulai tahan berpanas-panasan dan main hujan. Provokasi ibu dan etek (saudara jauh mama) menjadikan Vitlan penggemar sayuran dan buah. Ia akan merajuk untuk makan, bila tidak ada sayur. Sayur kegemarannya adalah Bayam dan bunga Pepaya. Apalagi bila dibuat pecal dan anyang.

Vitlan memiliki teman sebaya, Andi, anak etek Ani. Ia tidur berdua dengan Andi di sebelah atas ranjang bertingkat. Ranjang itu terbuat dari dari besi pipa. Sementara di sebelah bawah, ditempati oleh uda Tino dan dua adiknya. Andi tumbuh jadi anak pemberani, suka berkelahi, sehingga anak-anak sebaya yang tinggal dan bermain di lingkungan sekitar, semua takut dan tidak ada yang berani melawannya.

Suatu ketika, Vitlan dan Andi, tidak nampak di rumah maupun di sekitarnya. Hari sudah menjelang senja dan di langit bergayut mendung tebal. Ibu dan etek mulai nampak khawatir. Mereka meminta uda Tino mencari ke lapangan dekan stadion. Pak Etek yang baru saja pulang dari pekerjaannya, ikut sibuk mencarinya.

Hujan mulai turun disertai badai. Uda Tino dan pak Etek, pulang dengan tangan hampa. mereka tambah gusar. Di tengah hujan lebat dan badai tersebut, Vitlan dan Andi muncul di depan pintu. Tubuh mereka basah kuyup. Di tangan Andi ada sejinjingan ikan laut segar. Ibu dan Etek berhamburan memeluk mereka. Ditanya ke mana, mereka mengatakan pergi main ke tepi laut dan ikut membantu nelayan, mengutip ikan tangkapan mereka dari pukat.

Pak Etek tidak dapat menyembunyikan kemarahannya. Beberapa lecutan lidi mendarat di kaki mereka. Kemudian disuruh mandi dan berganti pakaian. Sebagai hukuman tambahan, Vitlan dan Andi tidak boleh keluar pekarangan selama beberapa hari. Beban pekerjaan yang biasanya dikerjakan bersama, dibebankan kepada mereka berdua.

Atas permintaan Uwo (mama dari ibu), ibu pindah mengajar ke kampung. Beliau membawa serta Vitlan, yang waktu itu mau naik ke kelas dua SR (sekolah rakyat), kemudian memasukkannya ke salah satu SR yang tidak berapa jauh dari rumah.

Lain di kota, lain pula di kampung. Seperti anak lelaki lainnya, selain belajar di sekolah, pada malam hari, Vitlan belajar mengaji di surau. Pukul enam sore, ia sudah harus makan, kemudian berangkat ke surau dan tidur di sana. Baru kembali ke rumah setelah aktifitas subuh sekitar pukul enam pagi.

Di surau itu, mereka belajar membaca dan seni baca al-Qur`an, Fiqih, Akhlaq, Sejarah Islam, Pidato dan khutbah, adat dan tradisi budaya sehari-hari Minangkabau, seperti: pasam-bahan kato dan pantun adat. Tidak kurang juga keterampilan berpuisi dan musik.

bersambung

Bagikan:
ULU AMBEK
Bagikan:

Oleh Hasanuddin Hasanuddin

Ulu ambek seperti sebuah pantomim persilatan. Akan tetapi, esensinya ternyata pertaruhan harga diri dan pertarungan eksistensial antar perguruan atau antar nagari. Di samping itu, ulu ambek adalah represetasi konflik, tetapi sekaligus mediasi transformasi konflik itu menuju dinamika harmoni. Jadi, sebuah kearifan lokal manajemen konflik. Mengapa?

Ulu ambek merepresentasikan pertarungan. Kata ulu ambek bermakna lalu-ambek atau serangan-tangkisan. Ulu ambek dipertunjukkan oleh dua orang dari perguruan atau nagari yang berbeda (berbeda dari pertunjukan silat yang dilakukan oleh dua orang ang seperguruan). Pertunjukan dilakukan di atas laga-laga (laga-laga berarti tempat berlaga, tempat bertarung, tempat menentukan kalah menang, tempat menyaksikan siapa pemenang dan siapa pecundang). Pergi ber-ulu ambek disebut sebagai pai manapa (pergi menguji kepandaian dengan berlaga) dan konsekuensi ulu ambek adalah buluih (dipermalukan, baik secara personal/ pemain maupun komunal/ nagari)

Namun, dalam dinamikanya makna ulu ambek bertranformasi menjadi mediasi transformasi konflik. Ulu ambek dimaknai dengan ‘menghambat dari hulu (nya)’, berarti mencegah sejak awal mula. Laga-laga (tempat bertarung) diganti dengan pauleh (tempat menyambung silaturrahim), dan ‘pai manapa’‘pergi menguji kepandaian dengan berlaga’ diganti dengan ‘pai baralek‘ ‘pergi memenuhi undangan hajatan’. Dan, pertunjukan ulu ambek diawasi oleh janang dan raja janang (para penghulu/ ninik mamak) agar tidak terjadi saling mem-buluih-kan.

Ulu ambek merefleksikan filosofi dasar Minangkabau yang rasional, egalitarian dan dinamis. Ia mencerminkan konsep harga diri dan budi sekaligus. Harga diri egalitarian menempatkan seseorang/ kelompok/ nagari setara satu sama lain. Untuk mempertahankan kesetaraan, seseorang atau suatu kelompok/ nagari harus mampu bersaing terus menerus. Ketidakmampuan dalam mengekspresikan diri sama dan setara dengan orang lain adalah cerminan “orang kurang” atau “lebih rendah” dari orang lain. Keadaan demikian dipandang sebagai aib atau “malu” yang tidak boleh terjadi. Namun, persaingan dapat membawa kepada konflik dan disharmoni sosial. Oleh sebab itu, diperlukan budi, yaitu konsep tenggang menenggang demi menjaga harmoni. Representasi budi adalah norma-norma etik yang realisasinya dalam bentuk aturan dan pengawasan.

Oleh karena ulu ambek sangat berpotensi menjadi sumber konflik komunal horizontal (sebagaimana terjadi antara Mangguang dan Mudiak Padang pada 1930-an, yang berakibat ulu ambek dilarang dipertunjukkan), maka ulu ambek harus diawasi secara ketat oleh para penghulu. Implementasinya, ulu ambek harus dipimpin oleh janang sebagai penanggung jawab pertarungan. Janang terdiri atas dua orang yang masing-masing mewakili pangka dan alek. Janang dianalogikan sebagai wasit. Sebagai wasit, janang disumpah agar betindak adil. Oleh sebab itu, pertunjukan tersebut tidak bisa diselenggarakan tanpa seizin ninik mamak atau penghulu nagari sebagai pemilik (karena ulu ambek adalah suntiang ‘mahkota’ mereka) dan tanpa janang.

Ulu ambek menujukkan bagaimana perbedaan, persaingan, dan konflik adalah potensi dinamik yang niscaya dipelihara, namun harmoni adalah keniscayaan yang tak kalah pentingnya pula. Perbedaan dan potensi persaingan dan konflik tidak boleh dimatikan atau sebaliknya dibiarkan memuara menjadi anarkhis. Persaingan dan konflik dapat dimemediasi dan ditransformasikan menjadi konflik yang elegan, estetis, dan etis. Hal itu merupakan kearifan lokal Minangkabau dalam manajemen konflik dalam mengawal berlangsungnya dinamika sosio kultural secara dialektik dan harmonis. Kearifan lokal itu dapat memberi sumbangan bagi pengelolaan kemajemukan Indonesia yang akhir-akhir ini ditandai oleh ‘hiruk pikuk’ oleh konflik komunal horizontal yang memprihatinkan (Hasanuddin, Sastra Minangkabau FIB Universitas Andalas).

Bagikan:
Hidup Sehat Ala Rasulullah SAW (31)
Bagikan:

Oleh: AR Piliang

TERTIB MAKAN DAN MINUM

  1. Minum Madu

Madu adalah cairan yang menyerupai sirup, akan tetapi madu lebih kental dan memiliki rasa yang manis. Madu dihasilkan oleh lebah dan serangga lainnya dari sari bunga. Sejak lama madu telah digunakan oleh manusia sebagai sumber enerji, minuman, obat dan berbagai keperluan perawatan kecantikan.

ثُمَّ كُلِي مِن كُلِّ الثَّمَرَاتِ فَاسْلُكِي سُبُلَ رَبِّكِ ذُلُلاً يَخْرُجُ مِن بُطُونِهَا شَرَابٌ مُّخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ فِيهِ شِفَاء لِلنَّاسِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (النحل: ٦٩)

Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan (QS. 16: 69)

  • Kandungan Madu

Madu mengandung gula yang cepat diserap oleh sistem pencernaan, karena itu madu dapat juga disebut sebagai sumber energi instan.

Madu mengandung lebih dari lima belas jenis gula di antaranya adalah fruktosa (gula buah) glukosa (gula anggur), sukrosa (gula tebu), dan maltosa (gula gandum).

Selain itu madu mengandung berbagai vitamin yang barangkali telah memenuhi seluruh vitamin yang dibutuhkan oleh manusia, yaitu : A, B1, B2, B3, B5, B6, D, K, E, Uric Acid, dan asam nikotinat.

Di dalam madu juga terdapat kandungan mineral dan garam. Seperti; besi, sulfur, magnesium, kalsium, kalium, sodium, klorin, tembaga, krom, nikel, lead, silica, mangan, alumininum, aurum, lithium, thin, zink, dan titanium.  .

Di dalam madu juga terkandung bermacam-macam enzim dan asam yang sangat penting untuk kehidupan dan aktivitas tubuh manusia, misalnya: enzim amylase, enzim katalase, enzim fosfolirase, dan beberapa enzim lainnya.

Adapun macam-macam asam yang terkandung dalam madu adalah: formic acid, lactic acid, atric acid, tartaric acid, oxalid acid asam fosfat, dan asam glukomat. Di dalam madu juga terkandung hormon-hormon  yang berfungsi menggiatkan dan memacu kerja organ-organ tubuh.

Madu memiliki aroma atau bau yang khas sesuai dengan dari mana asal sari bunga diambil/dihisap oleh lebah madu, seperti madu dari bunga kemuning, durian, mangga, rambutan, kapuk randu, kelengkeng, dan lain-lain.

  • Madu sebagai Minuman

Madu merupakan minuman terbaik dari segala minuman yang ada di bumi ini. Madu memiliki rasa yang berbeda-beda. Hal itu dikarenakan perbedaan bunga yang diisap oleh lebah. Selain rasa, warna madu juga dibedakan berdasarkan jenis bunga. Madu   dapat disimpan untuk jangka waktu lama, karena madu itu tidak akan pernah basi dan kadaluarsa.

Sebagai minuman, selain dapat diminum langsung, madu juga dapat diminum dengan mencampurnya dengan bahan-bahan lain, seperti anggur, susu, jeruk manis dan jeruk nipis, teh, jahe, dan lain-lain.

عن أنس رضي الله عنه قال:لَقَدْ سَقَيْتُ رَسُولُ اللهُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَضَ حِيْ هٰذَا الشَّرَابَ كُلَّهُ: العَسَلَ،وَالنَّبِيْدَ، وَالمَاءَ، وَاللَّبَنَ (رواه مسلم)

Dari Anas r.a. katanya; saya telah membuatkan minuman untuk Rasulullah SAW, dengan gelas saya ini dari campuran madu, rendaman anggur, air dan susu.

  • Tidak Memakai Bejana Emas Dan Perak Untuk Minum

Rasulullah SAW telah melarang laki-laki memakai perhiasan emas. Beliau juga melarang makan dan minum menggunakan bejana (piring dan gelas) yang terbuat dari emas dan perak.

لاَ تَشْرَبُوا فِي آنِيَةِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَلاَ تَأْكُلُوا فِي صِحَافِهَا (متّفق عليه)

Janganlah kalian minum dari bejana emas dan perak dan jangan pula kalian makan dari piring-piring emas dan perak.   

عن أمّ سلمة قالت: قَالَ رَسُولُ اللهُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الَّذِي بَسْرَبُ فِى إِنَاءٍ الفِضّـةِ إِنَّمَا يُجَرْجِرُ فِى بَطْنِهِ نَارَ جَحَنَّمَ (متّفق عليه)

Dari Ummu Salamah, ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: Orang yang minum pada bejana perak, tidak lain hanyalah menuangkan api jahannam ke dalam perutnya.

Larangan Rasulullah SAW tersebut mengisyaratkan bahwa ada bahaya yang meng-ancam keselamatan manusia bila menggunakan bejana yang terbuat dari emas dan perak untuk keperluan makan dan minum.

Meski belum ditemukan dampak negatif penggunaan wadah perak untuk keperluan makan dan minum, namun peringatan Rasulullah SAW, wajib dipatuhi. Oleh karena itu kajian-kajian dan penelitian khusus perlu dilakukan terus agar diketahui seberapa jauh dampak buruk penggunaan perak sebagai wadah makan dan minum bagi kesehatan.

  • Larangan Minum Sambil Berdiri

Rasulullah SAW melarang seseorang agar tidak minum sambil berdiri. Rasulullah SAW mengatakan minum sambil berdiri itu sesuatu yang jelek atau buruk.

عن أبى هريرة رضي لله عنه قال: رَسُولُ اللهُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَيَشْرَبَنَّ أَحَدٌ مِّنْكُمْ قاَئِماً (رواه مسلم)

Dari Abu Hurairah r.a., katanya; Rasulullah SAW bersabda: “Janganlah seseorang minum sambil berdiri”.

عن أنس رضي الله عنه، عن النبيِّ صلى الله عليه وسلم: أَنَّهُ نَهِى أَنْ يَشْرَبَ الرَّجُلُ قَائِماً . قَالَ قَتَادَةِ : فَقُلْنَا لأَنَسٍ : فَاْلأَكْلُ ؟ قَالَ :ذَلِكَ أَشَرُّ أَوْ أخْبَثُ (رواه مسلم)

Dari Anas radhiyallahu anhu dari Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam : “Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW, melarang seseorang untuk minum berdiri”. Qatadah (seorang tabi’in) berkata : “Kami bertanya kepada Anas, ‘Bagaimana dengan makan sambil berdiri?’ Anas menjawab, ‘Yang demikian itu lebih jelek dan lebih buruk.’  

Larangan Rasulullah SAW tersebut pastilah memiliki sebab yang mendasar bagi ke-hidupan manusia, baik dilihat dari nilai adab, manfaat dan keindahan.

Dari apa yang dilakukan para ahli melalui pengkajian dan penelitian mereka, diketa-hui bahwa;

Tubuh manusia memiliki jaringan penyaring (filter), yang disebut dengan Sfringer. Sfringer ini merupakan suatu struktur berotot (maskuler) yang dapat membuka dan menu-tup. Sfringer ini akan terbuka bila seseorang berada pada posisi duduk, dan akan menutup dengan sendirinya bila orang tersebut berdiri. 

Bila seseorang minum dalam posisi duduk, maka air yang diminum akan masuk me-lalui sfringer. Air minum akan berproses di dalam tubuh (diolah lagi) hingga masuk ke kantong kemih un-tuk seterusnya disalurkan ke pos-pos penyaringan yang berada di ginjal.

Bila seseorang minum sambil berdiri, maka air akan langsung masuk hingga ke kan-tong kemih tanpa melalui sfringer. Air minum yang tidak melalui penyaringan ini lambat laun akan mengakibatkan terjadinya pengendapan limbah di sepanjang saluran ureter. Pro-ses pengendapan inilah yang akan melahirkan masalah pada ginjal, seperti penyakit Kristal ginjal dan susah buang air kecil.

Semoga bermanfaat

Bagikan:
Tabedo – Bagian 33
Bagikan:

Oleh: Phillar Mamara

”Abang belum mandi kan?” tanya Icha kepada Vitlan.

”Belum,” jawab Vitlan.

Icha mengambilkan handuk dan memberikannya kepada Vitlan.

”Masak apa Mak Tuo?, tumis kerang. Uiiihh sedaaap,” kata Cicik sembari jemarinya mencicipi seekor kerang yang terletak dalam mangkok di atas meja dapur.

”E e e … main kudap saja, tuh tangan ntah dari mana tuh,” tegur ibu Icha.

”E … maaf, maaf, lupa,” jawab Cicik manja.

”Dah, angkat makanan itu ke meja makan, gih,” kata ibu menyuruh.

Cicik dan Icha mengangkat piring, mangkok dan kelengkapan makan lainnya ke atas meja makan yang ada di ruang tengah.

Vitlan tertegun mencium aroma masakan begitu melintas di ruang tengah.

”Hmmm sedapnya,” desah Vitlan begitu hidungnya, mencium aroma masakan (sembari melirik ke meja makan), ketika melewati ruang tengah.

Selesai bersalin pakaian, Vitlan kembali ke dapur.

”Saya ke masjid dulu ya Buk,” kata Vitlan.

”Ya nak Alan, hati-hati, agak gelap jalannya. Adin dah duluan ke masjid tadi, kata ibu Icha.

”Ya buk,” jawab Vitlan sambil berlalu ke masjid.

Shalat jamaah telah dimulai, ketika Vitlan sampai di masjid. Ia langsung masuk ke shaf. Selesai shalat, anak-anak berkumpul di salah satu bagian belakang ruang masjid. Mereka mengaji dipandu oleh seorang guru mengaji, yang mereka panggil Ustadz. Tak banyak jamaah yang mengikuti shalat dan tinggal duduk-duduk di masjid. Ada kira-kira 6 sampai 8 orang. Vitlan bangkit mendekati mereka.

”Vitlan, Pak,” katanya mengenalkan diri sambil menyalami satu persatu orang tua yang ada di masjid itu.

”Bang Alan, Bang Alan”, teriak Adin.

Vitlan melambaikan tangan, sembari memberi aba-aba agar Adin tetap di tempatnya.

”Teman-Teman, itu abang saya, Ustadz, itu abang saya baru datang dari Medan,” kata Adin kepada teman-temannya dan Ustadz mereka.

Teman-teman Adin memalingkan mukanya ke arah Vitlan. Ustadz melambaikan tangannya dan Vitlan membalasnya diiringi senyuman.

Selesai shalat Isya, Adin dan teman-temannya tegak berkerumun di depan pintu masjid. Dengan sabar mereka tunggu Vitlan selesai berdoa. Begitu    bangkit dari duduknya, Adin segera mendekat dan menyalaminya. Kemudian secara bergantian satu persatu teman Adin menyalami Vitlan. Mereka pulang beringingan.

”Assalamu’alaikum,” terdengar suara keras Adin sambil membuka pintu depan.

”Alaikum salam,” sahut ibu, Icha dan Cicik seren-tak.

”Ayok makan sekalian,” ajak ibu seraya beranjak diikuti mereka ke meja makan.

Selesai makan Vitlan ke beranda, duduk dan menyalakan rokok. Selesai merapikan meja makan, Icha dan Cicik ikut ke beranda.

”Wah enak sekali masakannya, apalagi tumis kerangnya, pedasnya pas kali,” komentar Vitlan.

”Iya Bang, keluarga ibu kami semuanya pandai masak,” jawab Cicik.

”Kalau yang di sebelah Abang, pandai masak ndak ya” goda Vitlan, sembari melirik Icha yang duduk di sebelahnya.

”Tidak tahu juga ya, soalnya belum pernah lihat masak tuh,” jawab Cicik.

”Enak saja bilang belum pernah lihat. Tuh yang masak di rumah di Medan, siapa?” bela Icha geram, karena merasa disepelekan.

”Itukan Cuma bantu Ibuk,” balas Cicik, sambil memalingkan pandangan ke arah lain.

’Boleh, nanti tengok ya Icha masak sendiri,” jawab Icha (sembari menggeretakkan gigi) tambah geram melihat lagak Cicik.

”Iyalahhhh… buktikan saja,” balas Cicik.

”Lihat saja nanti, macam yang pandai kali masak,” jawab Icha, sambil berusaha mendekat.

Cicik beranjak dan pindah duduk ke sebelah lain Vitlan.

”Hei, anak-anak, sudah tu, ayo pindah ke dalam, dah malam, tak baik masih di luar,” ingat ibu Icha, kemudian berlalu ke kamar.

”Ya Bu,” jawab mereka sembari mengemasi meja beranda dan beranjak ke ruang dalam, dan duduk di depan TV. Suasana diam, semua mata memandang ke layar TV.

Beberapa saat kemudian.

”Abang ke kamar duluan ya,” pinta Vitlan kepada kedua gadis itu, sambil berdiri melangkah menuju kamar.

”Ya, Bang,” jawab mereka.

”Yok, kita kekamar juga yok,” kata Icha sambil mematikan TV dan menarik tangan Cicik. Ia berdiri menurut.

Tiba di kamar, Vitlan langsung merebahkan tubuhnya di atas ambal. Sambil memandangi langit-langit kamar, ingatannya melayang jauh ke kota Medan. Teringat ia akan beberapa kejadian yang menimpa dirinya. Terngiang kembali apa yang diucapkan bang Sihombing sesaat ia sampai kembali di rumah setelah ditahan Koramil.

”Begini saja Lan, untuk sementara waktu kau menjauh sajalah dulu. Abang khawatir kau akan ditahan lagi, karena kau diincar terus sekarang ini.”

”Sudahlah Lan, Kau turuti sajalah kata-kata Abang. Saat ini bukan waktu yang tepat untuk berjuang seperti yang kau inginkan. Percuma Lan, percuma.”

Ia membatin,

”Apakah ini jalan untuk menjauh dari persoalan dan dari kejaran aparat, seperti yang dibilang bang Hombing ya. Tapi, bagaimana dengan Mak. Andai rumah Mak, dipotong, dan tidak diganti rugi, dengan apa, ia akan membangunnya lagi. Di mana Mak akan jualan lagi. Bila Mak ndak jualan, darimana ia mendapatkan uang untuk biaya hidup, uang sekolah adik-adik. Kalau rumah Mak ndak bisa dibangun lagi, lantas mereka tinggal di mana?”

Lama ia menerawang sampai pelan-pelan matanya mulai meredup, terpejam dan akhirnya tertidur pulas.

bersambung

Bagikan:
Hidup Sehat Ala Rasulullah SAW (28)
Bagikan:

Oleh: AR Piliang

TERTIB MAKAN DAN MINUM

  1. Makan Yang Manis Ketika Perut Kosong

Makanan utama yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW ketika perut kosong seperti setelah berpuasa seharian adalah kurma basah. Kurma basah tentu saja lebih cepat dicerna oleh lambung bila dibandingkan dengan kurma kering maupun buah lainnya.

Tentu saja tetap ada pilihan selain kurma di daerah-daerah yang tidak memiliki po-hon kurma atau tidak memroduksi kurma, seperti Indonesia. Gula Aren, barangkali dapat disetarakan dengan kurma basah sebagai makanan ketika perut kosong atau berpuasa.

Gula Aren diyakini memiliki kandungan makro dan mikronutrien lebih banyak di-bandingkan dengan gula putih/pasir . Mikronutrien yang ada dalam gula aren antara lain : Garam mineral, vitamin B1, B2, B3, B6, B12, dan Vitamin C.

Menurut Jeff Gunnent; Dalam bukunya Parma Culture Plants (2004), salah satu un-sur yang terkandung dalam gula aren memiliki fungsi untuk mengontrol dan membersihkan saluran pencernaan, mulai dari bagian lambung dan tenggorokan. Riboflavin yang merupa-kan salah satu unsur yang terdapat dalam gula aren, berfungsi melancarkan metabolisme dan mengoptimalkan fungsi sel, sehingga stamina tubuh tetap terjaga.

Gula Aren juga bermanfaat untuk penderita diabetes, membuat intensitas istirahat lebih baik, cocok dimasukkan kedalam makanan untuk diet, mencegah Anemia, mengan-dung Antioksidan,dan dapat meningkatkan daya tahan tubuh. 

عن أنس رضي الله عنه قال: كَانََ رَسُولُ اللهُُُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُفْطِرُ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّى عَلَى رُطَبَاتٍ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَتُمَيْرَاتٌ، فَإِنْ لَم تَكُنْ تُمَيْرَاتٌ حَسَاحَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ (رواه أبوداود و التّرمذى)

Anas r.a., berkata: Adanya Rasulullah SAW berbuka sebelum shalat maghrib dengan tiga kurma ruthob (yang masih basah), bila tidak ada, maka dengan kurma, bila tidak ada, maka dengan tiga teguk air.

  • Mengulum Jari Tangan Setelah Makan

Rasulullah SAW menyuruh ummatnya makan dengan tangan kanan. Kemudian beliau juga memerintahkan agar orang yang makan menjilati atau mengulum jari-jari tangannya terlebih dahulu sebelum tangan tersebut dibasuh (dicuci).

Ternyata setelah diteliti secara ilmiah, setiap jari mengandung enzim dan acid yang berguna untuk membantu proses pencernaan, memudahkan buang air dan menyembuhkan sembelit. Ketika seseorang makan dengan tangannya, maka tangan tersebut akan mengeluarkan enzim dan acid tersebut.

Mengulum dan menjilati jari-jari tangan sebelum tangan dibasuh, berarti menghabiskan enzim dan acid yang masih lengket di jari-jari tersebut.

عن ابن عبّاس رضي الله عنهما قال:قَالَ رَسُولُ اللهُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: إِذَا أَكَلَ أَحَدُكُمْ طَعَامً، فَلاَ يَمْسَحُ يَدَهُ حَتَّى يَلْعَقَهَا أَوْ  يُلْعِقَهَا (متّفق عليه)

Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata; Rasulullah SAW bersabda: Apabila seseorang selesai makan maka janganlah dia membersihkan tangannya sebelum mengulumnya.

عن جابر رضي الله عنه، أَنَّ النَّبِي صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ  أَمَرَ بِلَعْقِ الأَصَابِعِ وَالصَّحْفَةِ، وَقَالَ: إِنَّكُمْ لاَ تَدْرُوْنَ فِى أَيَّهِ البَرْكَةُ (رواه مسلم)

Dari Jabir r.a. katanya; bahwasanya Nabi SAW, memerintahkan menjilati jari-jari dan piring setelah makan, dan katanya: Kalian tidak tahu makanan yang mana yang mengandung berkah.

  • Minum Susu

Untuk melengkapi kebutuhan gizi bagi ma-nusia, Allah menyediakan minuman segar dan menyehatkan dalam perut binatang ternak, terutama susu sapi, susu kambing, dan domba.

وَإِنَّ لَكُمْ فِي الأَنْعَامِ لَعِبْرَةً نُّسْقِيكُم مِّمَّا فِي بُطُونِهِ مِن بَيْنِ فَرْثٍ وَدَمٍ لَّبَناً خَالِصاً سَآئِغاً لِلشَّارِبِينَ (النحل:٦٦)

Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya (QS. 16: 66)

وَإِنَّ لَكُمْ فِي الْأَنْعَامِ لَعِبْرَةً نُّسقِيكُم مِّمَّا فِي بُطُونِهَا وَلَكُمْ فِيهَا مَنَافِعُ كَثِيرَةٌ وَمِنْهَا تَأْكُلُونَ (المؤمنون: ٢١)

Dan sesungguhnya pada binatang-binatang ternak, benar-benar terdapat pelajaran yang penting bagi kamu, Kami memberi minum kamu dari air susu yang ada dalam perutnya, dan (juga) pada binatang-binatang ternak itu terdapat faedah yang banyak untuk kamu, dan sebagian daripadanya kamu makan (QS. 23: 21).

  • Susu Sapi

Susu sapi merupakan susu utama dari hewan ternak yang dimanfaatkan oleh manusia. Susu sapi dapat diminum secara langsung maupun setelah diolah terlebih dahulu.

Kandungan gizi yang terdapat dalam susu sapi terdiri dari protein, mineral (Kalsium, Kalium, Yodium,  Potassium, dan Fospor), serta vitamin A, B12, riboflavin, vitamin D, dan niacin.

Susu sapi sangat bermanfaat untuk pertumbuhan dan perawatan kesehatan tubuh seperti:

  • Pembentukan Otot
    Protein yang terkandung dalam susu sapi segar cukup tinggi dan cocok untuk membentuk otot, menaikan berat dan tinggi badan secara alami.
  • Menghaluskan kulit
    Mengonsumsi susu sapi segar secara teratur setiap hari dapat meningkatkan kesehatan dan kecantikan kulit secara alami.
  • Melancarkan pencernaan
    Mengonsumsi susu sapi segar secara teratur setiap hari dapat melancarkan pencernaan dan mencegah sembelit atau susah buang air besar.
  • Mencegah pembentukan batu ginjal

Susu sapi dapat juga digunaan untuk mencegah pembentukan batu ginjal dalam tubuh.

Semoga bermanfaat

Bagikan: