Tabedo – Bagian 32
Bagikan:

Oleh: Phillar Mamara

”Kok bisa ceritanya sampai di situ, tadi?” tanya Ci-cik.

”Gara melihat tingkah si Adin tadi,” lanjut Icha.

”Ooo paham, paham. Dah, lanjutkanlah ceritanya Bang,” pinta Cicik.

”Jadi, di dekat rumah Abang itu kan ada tebing, tingginya kira-kira sepuluh meter. Di bagian atas tebing itu banyak rumpun bambu. Di sana banyak menumpuk sampah daun-daunan dari pokok Embacang, Rambutan, Nangka dan Jeruk Bali. Di atas tumpukan sampah itu banyak berjatuhan buah Embacang muda yang bijinya masih putih. Abang mau mengambil buahnya yang letaknya agak jauh sedikit dari jangkauan. Pelan-pelan Abang geser kaki Abang lebih dekat. Tiba-tiba ”Byarrr” (Vitlan mengeraskan suaranya sembari kedua tangannya bergerak secara tiba-tiba ke atas).

”Auuu …”, teriak  Cicik dan Icha terperanjat, sembari kedua tangan mereka memegang dada mereka.

”Abang jatuh melorot ke dalam sungai,” kata Vitlan.

”Abang ini pun,” sergah Cicik masih dalam suasana keterkejutan oleh ulah Vitlan. Sementara Icha, yang masih melipat tangan di dadanya, hanya terdiam  menatap Vitlan.

Merasa bersalah, Vitlan cepat-cepat minta maaf dan menenangkan kembali suasana.

”Maaf, maaf, Abang tak sengaja,” pinta Vitlan.

”Tak apa-apa, tak apa-apa,” jawab Cicik dan Icha, kembali tersenyum.

”Terus …,” tanya Cicik.

”Dilanjutkan ini?” tanya Vitlan.

”Ya, iyalah,” jawab keduanya.

”Woi, woi, ada orang jatuh ke banda!” teriak seorang bapak yang sedang lewat di jalan di seberang sungai, sambil berlari mendekat.”

”Sementara itu, Abang berusaha keluar dari sungai dengan pakaian basah kuyup, sambil nangis-nangis. Abang dituntun oleh bapak tersebut ke tepi jalan. Ibu Abang berlari menuruni anak tangga ke bawah tebing, Abang nangis di pelukan ibu. Abang dimandikan di kolam di halaman surau yang terdapat di sisi lain di bawah tebing itu,” lanjut Vitlan.

”Trus,” desak mereka.

”Terus, Abang dituntun pulang, telanjang bulat. terang Vitlan, yang disambut kedua gadis itu de-ngan cekikikan, yang ditahan sambil menutup mulut dengan telapak tangan mereka.

”Kalian kok ketawa?” tanya Vitlan.

”Lucu,” jawab Icha.

”Geli,” kata Cicik.

”Apanya yang lucu, apanya yang geli?” tanya Vitlan.

”Geli…lah, membayangkan Abang telanjang bulat,” kata Cicik. 

”Kan masih anak-anak, kek si Adin itu,” kata Vitlan.

Ibu Icha muncul di depan pintu, dengan keranjang di tangan kirinya.

”Ibu ke Tanjung ya,” katanya, sambil menuruni anak tangga.

”Ya, Buk,” jawab mereka serentak.

Tak berapa lama kemudian tukang ojek datang dan membawa ibu Icha berlalu.

”Terus, yang jatuh dari sepeda kek mana pula ceritanya, Bang?” tanya Icha.

”Sampai di sini saja dulu ya, ceritanya nanti kita sambung,” jawab Vitlan. 

”Aaach, Abang, tak eenak,” desah mereka berdua.

Sejenak kemudian, 

”Eeh, janjinya, kapan?” tanya Cicik pada Icha.

”Boleh, kapan?, sekarang?, nanti siang?’, atau nanti sore?, kapan saja boleh,” tantang Icha.

”Enaknya kapan ya?, …. aah tunggu mak Tuo pulang dululah ya,” kata Cicik.

”Eh, janji apa itu?” timpal Vitlan.

”Adalah, Abang Alan, tenang saja di boncengan,” jawab Cicik.

”Ayok,” jawab Icha.

Cicik menggamit tangan Icha.

”Kami mandi dulu ya, Bang,” kata Cicik kepada Vitlan, sambil berlalu ke ruang dalam.

Vitlan bangkit dari kursi, terus masuk ke dalam kamar. Sampai di kamar, direbahkannya tubuhnya di atas ambal. Matanya menerawang ke langit-langit kamar. Tak lama kemudian ia pun tertidur.

”Bang, bang, bang Alan,” panggil Icha mengetuk pintu kamar.

Tidak ada jawaban.

”Bang, bang Alan”, panggil Cicik dengan suara dan ketukan yang sedikit lebih keras.

Vitlan membuka mata, bangun melangkah ke pintu dan membukanya.

”Ayok Bang, kita jalan-jalan ke Tanjung,” kata Cicik.

”Sebentar ya, Abang ke kamar mandi dulu,” jawab Vitlan segera berlalu.

Vitlan kembali ke kamar untuk berganti baju. Ia mengambil dan mengenakan kemeja tangan panjang berwarna biru dongker berliris-liris kecil putih. Sedikit wewangian menambah sempurnanya penampilannya. Ia melangkah ke beranda. di mana Icha dan Cicik menunggu, duduk bersama ibu.

”Kami pergi ya Buk, pergi ya Mak Tuo, pergi ya Buk,” kata mereka beriringan.

”Yok,” kata Icha, menggamit tangan Cicik. menuruni anak tangga. Vitlan mengiring di belakang.

Dengan 3 buah ojek, mereka menelusuri jalanan menuju Tanjung Balai. Kondisi jalan yang berlubang-lubang, membuat tubuh mereka terguncang-guncang di atas ojek. Sampai di Tanjung, mereka langsung menuju tempat yang diceritakan Icha.

”Silakan duduk, mau pesan apa Bang, Kak?” sapa pelayan kedai makanan ramah.

”Aku mie Pangsit. Kau pesan apa Cik. Abang apa Bang?” tanya Icha kepada mereka, sembari mengambil kursi untuk duduk.”

”Aku mie Pangsit juga,” jawab Cicik, sembari duduk di kursi di depan Icha.

”Abang ini pesan apa,” tanya pelayan kepada Vitlan.

”Mie pangsit … boleh juga,” jawab Vitlan mengambil posisi duduk di sebelah kanan Icha.

”Minumnya apa?” tanya pelayan.

”Pokat kocok” jawab Vitlan.

”Es buah, ya es buah,” jawab Cicik dan Icha.

Tak lama antaranya, pesanan mereka datang.

Mereka segera menyantap hidangan yang sudah tersedia di atas meja. Sebentar-sebentar Icha melirik Vitlan dan ia membalasnya. Vitlan senyum dan Icha balas tesenyum.

Betapa bahagianya hati Icha berada di samping Vitlan, lelaki pujaan yang telah merebut seluruh jiwanya. Tak ingin ia berpisah walau sejenak. Selera makannya telah pulih. Dengan besemangat ia lahap makanannya. Sate kerang dan sate udang yang tersedia di atas meja satu persatu berpindah tempat ke lambungnya. Mulut Icha komat kamit menahan rasa pedas.

”Bang, minta es buah satu lagi,” pinta Icha kepada pelayan.

Cicik terbelalak. Vitlan memperhatikan ulah tingkah Icha, dengan sudut matanya. Dalam hati, ia  bersyukur telah bisa membuat Icha tersenyum lagi, bergairah dan punya semangat hidup lagi, setelah ditimpa cobaan hidup yang cukup berat.

Selesai makan bertiga mereka menuju tepian sungai Asahan. Di sana mereka menghabiskan waktu hingga senja hari sembari menyaksikan kapal dan perahu nelayan lalu lalang di permukaan sungai. Puas menikmati panorama sungai Asahan dengan segala aktifitasnya, mereka pun pulang. Menjelang maghrib mereka sampai di rumah.

”Assalamu’alaikum,” sapa mereka, begitu sampai di tangga beranda.

”Alaikum salam,” jawab suara dari dalam rumah.

”Dah pulang kalian,” sapa ibu Icha, membukakan pintu.

”Sudah, Buk,” jawab mereka.

”Jalan-jalan ke mana saja Kalian?” tanya ibu Icha.

”Tidak ada Mak Tuo, Cuma makan-makan dan duduk-duduk di tepi sungai,” jawab Cicik.

”Sudah mau Maghrib, mandilah kalian,” kata ibu Icha.

”Sudah mandi tadi mau berangkat, Buk,” jawab Icha.

Padanan kata:

Banda = kali (sungai kecil)

bersambung

Bagikan:
Tabedo – Bagian 20
Bagikan:

Oleh: Phillar Mamara

Telah lebih sepekan Vitlan berada di Adinegoro. Dia rindu pulang ke rumah. Dengan sebuah tas sandang yang berisi beberapa buah buku dan dua stel pakaian, ia keluar ruang yang biasa digunakannya bersama teman-temannya untuk tidur, masuk ke ruang sekretariat. Tidak ada orang di sana. Terus, ia keluar ke bawah pohon Seri menemui teman-temannya yang lain, asyik main karambol.

”Mau ke mana kau Lan?” sapa Wahab.
”Aku pulang ke rumah dulu, nanti malam atau besok aku balik,” jawab Vitlan, sembari menepuk bahu Wahab, Salim, Junaidi, dan melambaikan tangan pada yang lainnya sambil berlalu meninggalkan mereka.
”Yok,” balas teman-temannya sembari mengangkat tangan.

Waktu menunjukkan pukul setengah enam sore, ketika bemo yang membawa Vitlan berhenti di seberang rumahnya.

”Pinggir, Bang”, kata Vitlan kepada supir bemo.

Bemo berhenti, Vitlan turun dan membayar ongkos, kemudian berlari menyeberang jalan. Sampai di depan rumah.

”Assalamu’alaikum,” sapa Vitlan.
”Alaikum salam,” jawab Mak.
”Syukurlah Waang sudah pulang Lan. Tuh ada surat untuk Waang di laci,” lanjut Mak, sambil menunjuk steling.

Vitlan melangkah menuju steling, menarik laci dan mengambil surat tersebut, kemudian duduk di kursi dekat steling.
”Kapan datangnya Mak?” tanya Vitlan kepada Mak sambil membuka surat tersebut.
”Kemarin sore,” jawab Mak.

Vitlan membacanya.

Medan, 9 – 11 – 80
’Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bang Vitlan, tolong abang datang segera ke rumah. Ada masalah penting yang mau Cicik bicarakan sama Abang tentang Icha. Kondisinya sangat mengkhawatirkan Bang. Kami tunggu kedatangan Abang.
Wassalam,
Cicik

Vitlan menutup surat dan mendesah. Dia merogoh kantong celana dan mengeluarkan bungkus rokok. Mengambilnya sebatang lalu menghisapnya. Kemudian berlalu ke lantai atas. Sambil berjalan,

”Apa ya yang sedang terjadi dengan Icha?” gumam Vitlan dalam hati.

Sampai di kamar Vitlan membaringkan tubuhnya di ranjang. Asap rokok mengepul bergulung-gulung ke langit-langit kamar. Ia membatin mengira-ngira apa yang sedang terjadi dan dialami Icha.

”Allahu akbar Allahu akbar,” terdengar azan berkumandang.

Vitlan bangkit, mengambil handuk dan berlari ke kamar mandi di lantai dasar. Selesai mandi, segera kembali ke lantai dua untuk mengerjakan shalat maghrib. Selesai shalat, berpakaian, pakai sepatu, menghias wajah dengan bedak kertas yang jadi kegemarannya, mengeluarkan sisir dari kantong belakang celana lalu merapikan rambutnya yang gondrong sebahu. Kemudian turun terus ke depan.

”Mak, awak pergi sebentar ya, ke rumah Cicik di Amaliun,” pinta Vitlan sama Mak.
”Ya, hati-hati Waang ya,” jawab Mak.
”Ya Mak,” jawabnya lalu melangkah ke pinggir jalan.
”Bang, Bang,” teriak Vitlan kepada abang becak yang nongkrong dekat simpang.
Abang becak mendekat.
”Ke mana Lan,” tanya abang becak.
”Amaliun Bang,” pinta Vitlan lalu naik ke atas becak.

Sampai di alamat yang dituju. Vitlan turun dan membayar ongkos becak.

”Bang Giman, nanti kira-kira jam sembilan atau tengah sepuluh tolong jemput aku ke sini ya!” pintanya pada tukang becak yang bernama Giman tersebut.
”Ya Lan,” jawab Giman lalu pergi.

Vitlan membuka pintu pagar dan berjalan menuju pintu dan mengetuknya.

”Assalamu’alaikum,” sapanya.
”Alaikum salam,” jawab suara dalam.
Terdengar suara langkah kaki mendekat dan membuka pintu.
”Eee … Nak Alan, mari masuk,” sapa ibu Cicik seraya menyambut uluran salam Vitlan.
”Makasih, Buk,” jawab Vitlan seraya masuk.
”Duduk, Nak,” kata ibu Cicik sambil berlalu ke ruang dalam.

Vitlan duduk, dan tak lama berselang ibu Cicik keluar bersama Cicik dan Raudah.

”Apa kabar, Bang,” sapa Cicik dan Raudah serempak dan bergantian menyalami Vitlan.
”Alhamdulillah Sehat, bagaimana kalian,” jawab Vitlan.
”Baik-baik saja Bang,” jawab mereka berdua, kemudian duduk di kursi tamu yang agak panjang di sebelah kiri Vitlan.

Sementara ibu Cicik duduk di kursi di sebelah kanan Vitlan.

”Yod, gih bikin minuman untuk abangmu gih,” kata ibu Cicik pada Raudah, yang dipanggil Yod. Ia segera bangkit berjalan ke dalam.
”Awak pulang tadi ke rumah, lalu ada surat dari Cicik, ada apa rupanya sama Icha,” Vitlan membuka pembicaraan.
”Iya Bang, kemarin Cicik ke rumah Abang, tapi Abang tidak di rumah. Kata Mak Abang, Abang sudah lebih seminggu tak pulang. Ke mana saja Abang sampai lebih seminggu?” tanya Cicik.
”Ada kegiatan di organisasi Abang,” jawab Vitlan.
”Ooohh…., begini Bang, kira-kira dua bulan yang lalu, pengadilan menjatuhkan hukuman sama Om Mahidin, ayah si Icha, 18 tahun penjara. Dia dituduh menyelewengkan ratusan juta dana yang ada di kantornya. Di antara mereka bersaudara, Icha yang paling terpukul dengan kejadian itu. Dia shock sekali Bang, dan sekarang tak mau keluar rumah. Dia mengurung diri terus,” papar Cicik.

Vitlan tercenung, lama, suasana jadi diam. Cicik dan ibunya saling pandang. Ia keluarkan sebatang rokok, lalu menghisapnya.

Kemudian…,

”Sekarang Icha ada di mana?” tanya Vitlan.
Dengan sedikit ragu Cicik menjelaskan,
”Dia sekarang di rumah nenek di Tanjung Balai, Bang. Rumah yang di Kisaran yang selama ini mereka tempati disita Bang. Mobil dan barang-barang berharga semua ikut disita. Mereka tak punya apa-apa lagi sekarang Bang,” lanjut Cicik.
”Kami tak menduga sama sekali bakal terjadi seperti ini sama keluarga abang kami itu,” timpal ibu Cicik.
”Jadi apa yang bisa saya lakukan,” tanya Vitlan.

Raudah masuk menenteng baki berisi sebuah teko dan empat buah cangkir keramik bermotif bunga, dan meletakkannya di atas meja. Dia lalu berbalik ke dalam dan keluar lagi dengan dua piring berisi gorengan dan meletakkannya satu di depan Vitlan dan satu lagi di depan Raudah. Ada pisang kepok goreng, pisang raja goreng, sukun goreng, ubi dan tapai goreng. Cicik menuangkan teh manis panas ke masing-masing cangkir.

bersambung

Bagikan:
Hidup Sehat ala Rasulullah SAW (15)
Bagikan:

Oleh: AR Piliang

Makan dan Minum

Protein

Protein adalah zat gizi yang dibutuhkan tubuh sebagai:

  • Protein sebagai Zat Pembangun:

Protein itu merupakan bahan pembentuk berbagai jaringan tubuh baru, yang selalu terjadi di dalam tubuh, antara lain:

  • Pada masa pertumbuhan. Proses ini terjadi mulai lahir sampai menjadi dewasa muda. Dalam masa ini proses pembentukan jaringan terjadi secara besar- besaran.
  • Pada masa hamil. Di dalam tubuh wanita yang sedang hamil terjadi pembentukan jaringan-jaringan baru janin yang sedang dikandungnya dan jaringan uri.
  • Penggantian jaringan–jaringan tubuh yang rusak dan dirombak. Pada waktu orang sakit keras atau pada berbagai penyakit menahun terlihat orang menjadi kurus disebabkan banyak jaringannya yang rusak.
  • Waktu latihan–latihan dan olahraga terjadi pula pembentukan jaringan baru, terutama jaringan otot.

Zat Pengatur

Protein turut memelihara dan mengatur proses-proses yang berlangsung dalam tubuh. Hormon yang mengatur proses pencernaan dalam tubuh, membentuk enzim yang berperanan besar untuk kelangsungan proses pencernaan dalam tubuh. Mengatur tekanan osmosa, pada keseimbangan cairan dan PH (asam – basa darah). Protein membantu mengatur keluar masuknya cairan, nutrient (zat gizi) dan metabolit dari jaringan masuk ke saluran darah.

Protein sebagai Pemberi Tenaga

Para peneliti telah menemukan bahwa komposisi protein mengandung unsur karbon, dengan demikian maka jelas protein dapat berfungsi sebagai sumber energi. Dalam keadaan tersedianya karbohidrat yang tidak mencukupi maka untuk menyediakan energi, sejumlah karbon yang terkandung dalam protein akan dimanfaatkan seperlunya sehingga berlangsung pembakaran dan sejumlah protein lainnya digunakan memenuhi fungsi yang sebenarnya yaitu untuk pembentukan jaringan.

Sumber protein berasal dari hewan biasa disebut dengan protein hewani seperti: daging, ayam, hati, dendeng dan lain-lain. Sumber protein berasal dari tumbuh-tumbuhan biasa disebut dengan protein nabati seperti: kedelai dan produk kedele (tempe, tahu, toge, oncom), kacang-kacangan (kacang hijau, kacang merah, kacang tanah), telur, susu dan keju.

Vitamin dan Mineral

•Vitamin

Vitamin adalah sekelompok  senyawa organik amina yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh tubuh. Vitamin berfungsi untuk membantu pengaturan atau proses kegiatan tubuh (setiap proses metabolisme dalam tubuh). Vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal.

Bila manusia, hewan dan makhluk hidup lainnya tidak mendapatkan asupan vitamin, maka tidak akan dapat melakukan aktifitas hidup. Kekurangan vitamin bisa menyebabkan dan meningkatkan peluang serta faktor resiko terkena penyakit.

Fungsi lain dari vitamin adalah untuk menjaga kebugaran tubuh, menghambat proses penuaan, dan untuk mempercepat proses penyembuhan penyakit.

Ada banyak macam jenis vitamin, di antaranya adalah:

  • Vitamin A.

Dalam bahasa kesehatan disebut dengan retinol. Sumber vitamin A bisa kita dapatkan dari beragam jenis produk makanan seperti ikan, susu, sayuran yang berwarna hijau, dan jenis buah-buahan seperti wortel, pisang, pepaya. Manfaat vitamin A adalah untuk menjaga kesehatan mata (penglihatan), mencegah terjadinya infeksi, turut membantu dalam menjaga kesehatan tubuh. Ada beberapa jenis penyakit yang bisa disebabkan karena kekurangan zat ini yaitu rabun, menurunnya daya tahan tubuh, katarak, kulit menjadi kurang sehat.

  • Vitamin B.

Vitamin yang kedua ini terdiri dari Vitamin B1, B2, B6 dan B12. Sumber dari vitamin B ini bisa kita dapatkan dari sayuran hijau, gandum, beras, hati, daging. Kegunaan dan faedah dari vitamin B ini membantu dalam proses tumbuh kembang anak. Berperan dalam memperkuat tulang maupun gigi, meningkatkan imunitas tubuh, asupan vitamin B yang cukup dan baik akan bermanfaat bagi tubuh untuk mampu menangkal serangan virus penyakit. 

  • Vitamin C.

Dalam dunia kesehatan dikenal dengan istilah asid askorbik (asam askorbat). Fungsi vitamin C yaitu memperkuat tulang dan gigi, sebagai pembentuk dan pengekal kalogen, menjadi antioksidan yang sangat baik bagi tubuh, menjaga dan membantu pertumbuhan serta memperbaiki jaringan yang rusak. Sumbernya bisa kita dapatkan dari produk buah-buahan terutama adalah jeruk dan juga tomat, nanas, serta sayuran segar.

Kekurangan vitamin C akan bisa menyebabkan gusi berdarah, nafsu makan ber-kurang, dan lesu dan lemas. Berbagai jenis buah-buahan sehat untuk ibu hamil juga banyak kandungannya zat gizi ini.

  • Vitamin D.

Vitamin D juga merupakan salah satu jenis vitamin yang banyak ditemukan pada beragam jenis makanan hewani, contohnya ikan, telur, susu, serta produk olahannya, seperti keju. Bagian tubuh yang paling banyak dipengaruhi oleh vitamin ini adalah tulang. Zat ini dapat membantu metabolisme kalsium dan mineralisasi tulang. Sel kulit akan segera memproduksi vitamin D saat terkena cahaya matahari (sinar ultraviolet). 

Penyakit dan  gangguan masalah kesehatan karena kekurangan vitamin D ini adalah gangguan pertumbuhan gigi, osteomalasia pada dewasa, Pada orang tua bisa menyebabkan osteoporosis, yaitu kerapuhan tulang akibatnya berkurangnya kepadatan tulang

  • Vitamin E.

Manfaat vitamin E untuk kesehatan antara lain adalah untuk pencegahan penyakit kulit, menutup luka, mencegah dan mengobati  kemandulan atau sulit hamil. Dan pada ibu hamil dapat berfungsi untuk mencegah keguguran. Sumber vitamin E bisa didapatkan dari hati, biji-bijian, buah, sayuran dan kacang-kacangan.

Semoga bermanfaat

Bagikan:
Tabedo – Bagian 10
Bagikan:

Oleh: Phillar Mamara

Ia memencet. kemudian membasuh mukanya dengan air yang dibawanya. Akan tetapi mukanya terasa semakin gatal dan perih. Icha menjerit memanggil begitu dilihatnya Vitlan muncul di kejauhan.

“Bang Alan, tolong Icha Bang,”teriaknya.

Mendengar suara yang tak asing lagi baginya, Vitlan berlari mendekat, dan
“Mukamu kenapa ?” sapa Vitlan melihat wajah Icha yang dipenuhi bintik-bintik seperti bisul mau pecah.
“Tidak tahu bang,” jawab Icha sambil menangis menatap Vitlan dalam-dalam.
Vitlan mencoba memegang pipi Icha, tapi Icha menepis tangannya sambil menjauh.

“Lho, kamu kenapa ?” sapa Vitlan heran.
Icha lari, lari dan lari menjauh.
“Cha, Icha, hei Icha, bangun,” kata Cicik mengguncang-guncang tubuh Icha.
“Jangan dekati Icha, jangan, jangan,” igau Icha.
“Hei Icha, kau kenapa?” kata Cicik lagi sambil memukul-mukul pipinya.
Icha terbangun, kebingungan. Dadanya sesak seperti orang dikejar-kejar.

Keringat membasahi wajah dan tubuhnya. Cicik memeluk erat sauda-ranya itu dan mengusap keringatnya dengan penuh kasih sayang. Perlahan kesadarannya pulih.
“Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah”, ucapnya sambil mengusap-usap wajahnya.
“Kau kenapa?”, sapa Cicik lagi.
“Ambilkan air minum segelaslah”, kata Cicik kepada Raudah yang ikut terbangun.

Raudah berlalu ke luar kamar dan sebentar kemudian kembali dengan segelas air hangat yang diambilnya dari thermos air. Cicik menuntun Icha minum. Setelah Icha terlihat tenang, Cicik kembali menanyainya.

“Kau kenapa?” dengan tetap memeluknya.
“Aku mimpi buruk Cik,” jawab Icha.
“Mimpi apa kau rupanya?” selidik Cicik.
“Aku rasanya pergi ke bukit yang banyak bunganya. Waktu aku mau naik ke dangau yang ada di taman itu, aku tertusuk duri,”
“Terus, trus,” desak Cicik.
“Kak Cicik ini bagaimana, sabarlah,” sela Raudah sembari memukul pelan bahu Cicik.
“Terus setelah duri itu kucabut, mukaku terasa gatal-gatal dan keluar bintik-bintik merah keku-ningan berisi cairan bening. Aku menjerit dan bang Vitlan datang, begitu ia mau memegang pipiku, aku menolak dan menjauh,” jelas Icha.
“Aneh juga mimpimu ya,” komentar Raudah.
“Apa ya artinya,” tanya Icha heran.
“Manalah kutahu. Aku kan bukan tukang ramal,” jawab Raudah.
“Apa ya, tapi sudahlah, itu kan cuma mimpi,” balas Cicik yang cara berpikirnya lebih rasional.

Jarum jam dinding menunjukan pukul 2.15 dini hari. Icha beranjak ke belakang ke kamar mandi. Ia berwudhuk dan ke ruang shalat untuk mengerjakan shalat tahajjuj, kemudian berdoa.

“Ya Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Kasihilah hamba, sayangilah hamba. Ya Allah yang Maha Pengampun, ampunilah segala dosa dan kesalahan hamba. Ya Allah Yang Maha Memberi Petunjuk, tunjukilah hamba ke jalan lurus, jalan yang Engkau ridhoi. Ya Allah Yang Maha Pelindung, lindungilah hamba dari segala mara bahaya.
Ya Allah, hanya kepada Engkau kami mengabdi dan hanya kepada Engkau kami minta tolong. Kabulkanlah doa hamba. Robbana atina fiddun ya hasanah wafil akhirati hasanah waqina azabannar. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

Kembali ke kamar, didapatinya kedua sepupunya itu telah kembali tidur dengan pulas. Icha pun merebahkan badannya di ranjang, berdo’a dan sejenak kemudian tertidur pulas.

!!!

Sesampai di rumah, Vitlan mendapati Mak sudah terangguk-angguk di kursi di depan steling karena menahan kantuk, padahal waktu baru lewat pukul setengah sebelas malam.

“Mak, tidurlah ke dalam, biar Alan yang jaga kedai,” kata Vitlan menepuk-nepuk bahu Mak.

“Eeh sudah pulang waang Lan. ialah, Mak ngantuk kali memang,” jawab mak setelah tahu bahwa Vitlan telah pulang. Kemudian masuk ke kamarnya.

Vitlan merapikan letak kursi-kursi yang sudah tidak berada ditempat semestinya. Kemudian ia duduk dan menyulut sebatang ji sam soe. Belum berapa lama ia duduk datang pebelanja memesan 4 bungkus nasi goreng, 3 bungkus mie tiau dan 3 bungkus mie kuning goreng. Dengan cekatan Vitlan mulai mengolah bahan-bahan yang akan digunakan untuk memasak pesanan tersebut. Satu demi satu masuk ke dalam kuali. Gerakan tanggannya sangat lincah mengaduk-aduk adonan di dalam kuali, persis bagaikan penari yang berlenggak-lenggok di atas pentas. Keringat mengalir dari dahi dan tengkuknya. Sebentar-sebentar ia melap muka dan tengkuknya yang kuyup karena keringat.

Belum selesai ia menyiapkan pesanan tersebut datang lagi dua orang gadis di seberang jalan memesan 5 bungkus nasi goreng.

“Lama tak nampak, ke mana, Bang,” sapa mereka.
“Ada kesibukan sedikit, di luar,” jawab Vitlan, sambil tetap mengaduk-aduk masakan.
“Tadi, ada kelihatan tu 3 gadis sama Abang, pacarnya ya, Bang,” selidiknya.
“Biasaaa, penggemar,” seloroh Vitlan.
“Ah, Abang ini, macam betul saja,” sela seorang dari mereka.
“Yaaa, masak pacar tiga orang,” kilah Vitlan.
“Yang satu, pacar. Yang duanya, temannya. Bisa kan?” selidik si gadis.
“Anak mana, Bang?” tanya si gadis lagi.
“Mau tahu saja,” jawab Vitlan sambil senyum, seraya menyerahkan pesanan kedua gadis itu.

Pukul setengah satu malam Vitlan menutup kedai nasinya. Ia beruntung sekali, malam itu jualannya habis terjual. Selesai menutup kedai dan merapikan semua peralatan Vitlan beranjak ke luar ke kedai sebelah.

“Mak Etek, ji sam soe sabungkuihlah,” kata Vitlan kepada penjual rokok.
“Lah batutuik kadai Lan?” kata penjual rokok yang dipanggil mak Etek tersebut.
“Alah, Alhamdulillah, habih mak Etek,” jawab Vit-lan sambil menghidupkan rokoknya.
“Lah ka lalok lai waang,” lanjut mak Etek.
“Alun lai mak, sabanta lailah. Mak Etek alun tutuik lai,” balas Vitlan.
“Kok baitu ambo tutuik pulo lah,” jawab mak Etek.

Vitlan membantu mak Etek menutup kedainya, dan setelah mak Etek selesai mengunci pintu dan beranjak ke rumahnya yang terdapat di belakang kedainya, Vitlan pun masuk ke rumah dan langsung ke kamar mandi mengambil wudhuk, kemudian naik ke lantai dua shalat Isya lalu tidur.

Pukul 5 subuh Mak bangun. Selesai shalat subuh ia beranjak naik ke lantai dua bermaksud membangunkan Vitlan. Begitu dilihatnya Vitlan tidur begitu pulas ia urungkan niatnya dan mengambil kunci laci steling di atas meja belajar terus turun kembali ke lantai dasar.

Ia membuka laci dan melihat setumpuk uang. Mata Mak berbinar dan ia bergerak ke steling jajanan, membuka pintu bagian bawahnya dan melihat bahan jualannya kosong dan berarti dagangannya laku habis terjual tadi malam. Reflek didekapkannya uang dalam genggamannya ke dadanya.
“Alhamdulillah ya Allah, daganganku habis terjual tadi malam,” gumam Mak sebagai tanda syukur.

Padanan kata:
Sabungkuih = sebungkus
Lah/alah = sudah
Batutuik/tutuik = tutup
Kadai = kedai
Habih = habis
Lalok = tidur
Waang = kamu
Alun = belum
Sabanta = sebentar
Lai = lagi
Baitu = begitu
Ambo = saya/aku
Pulo = pula

bersambung

Bagikan:
Hidup Sehat ala Rasulullah SAW (5)
Bagikan:

Oleh: AR Piliang

Bersuci Sebelum Shalat

Bersuci adalah kegiatan membersihkan diri dari segala macam hadats (hadats kecil dan hadats besar), sebagai syarat untuk melaksanakan ibadah shalat.

Bersuci merupakan sebuah keharusan bagi setiap orang yang akan melaksanakan ibadah shalat. Bersuci bukan hanya sebagai syarat yang diharuskan ketika hen-dak menghadap Allah SWT., akan tetapi juga melam-bangkan kecintaan akan hidup bersih dan sehat.

Bersuci dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara, sesu-ai dengan kondisi dan kebutuhannya, yakni:

  1. Wudhuk,
  2. Mandi, dan
  3. Tayammum.

Berwudhuk

Berwudhuk adalah cara bersuci tingkat perta-ma sebagai syarat untuk bisa melaksanakan ibadah shalat. Berwudhuk dilakukan bila seseorang berada dalam kondisi berhadats kecil yang disebabkan oleh kentut, buang air kecil, buang air besar, keluar ma-dzi, memegang kotoran atau sesuatu yang kotor, terkena najis, dan lain-lain yang setara dengannya.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فاغْسِلُواْ وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُواْ بِرُؤُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَينِ وَإِن كُنتُمْ جُنُباً فَاطَّهَّرُواْ وَإِن كُنتُم مَّرْضَى أَوْ عَلَى سَفَرٍ أَوْ جَاء أَحَدٌ مَّنكُم مِّنَ الْغَائِطِ أَوْ لاَمَسْتُمُ النِّسَاء فَلَمْ تَجِدُواْ مَاء فَتَيَمَّمُواْ صَعِيداً طَيِّباً فَامْسَحُواْ بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ مَا يُرِيدُ اللّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَـكِن يُرِيدُ لِيُطَهَّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (المآئده: ٦)

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah muka-mu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedu-a mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau me-nyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang ba-ik (bersih). sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, te-tapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyem-purnakan ni’mat-Nya bagimu, supaya kamu bersyu-kur.


عن حمران ؛ مولى عثمان ين عفان رصي الله عنه؛ عن عثمان ين عفان رصي الله عنه دَعَابِوَضُوءِ، فًتَوَضَّأَ، فَغَسَلَ كَفَيْهِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ، ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ اليُمْنىَ إِلَى المِرْفَقِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ اليُسْرَى مِثْلَ ذاَلِكَ، ثُمَّ مَسَحَ رَأسَهُ، ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ اليُمْنَى إِلىَ الكَعْبَيْنِ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، ثُمَّ غَسَلَ اليُسْرَى مِثْلَ ذَألِكَ، ثُمَّ قَالَ؛ رَأَيْتُ رَسُوْلُ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَوُضُوْئِى هٰذاَ، ثُمَّ قَالَ رَسُوْلُ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ مَنْ تَوَضَّاَ نَحْوَوُضُوْئِى هٰذاَ، ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ، لاَ يُحَدَّثُ فِهِيْمَا نِفْسَهُ، غُفِرَلَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ (رواه مسلم)

Dari Humran, budak Utsman bin Affan r.a.; Bahwasanya Utsman bin Affan meminta air untuk berwudhuk; dibasuhnya dua telapak tangannya tiga kali, kemudian berkumur-kumur dan menghirup air dengan hidung lalu menghembuskannya.

Setelah itu dia memba-suh wajahnya tiga kali, kemudian membasuh tangan kanan sampai siku tiga kali, kemudian membasuh tangan kirinya dengan cara seperti itu, kemudian mengusap/menyapu kepalanya, lalu membasuh kaki kanan hingga dua mata kaki tiga kali, kemudian membasuh kaki kirinya dengan cara seperti itu; lalu Ia berkata: “Beginilah kulihat Rasul-ullah SAW berwudhuk, dan katanya pula; Bersabda Rasulullah SAW: Barangsiapa yang berwudhuk (seperti wu-dhukku ini) kemudian shalat sunat dua raka’at dengan khusuk niscaya diampunkan kesalah-an-kesalahannya yang kecil yang pernah dikerjakannya.

Urutan pelaksanaan wudhuk adalah:

  1. Membasuh tangan yang diikuti dengan menggosok-gosok sela-sela jari dan kuku. Ini dilakukan agar kotoran dan bakteri yang ada di sekitar telapak tangan dan sela-sela jari dan kuku akan hilang bersama jatuhnya air dari tangan.
  2. Dengan tangan yang sudah bersih, kemudian berkumur-kumur. Ini dilakukan agar sisa-sisa makanan dan bakteri yang terdapat di dalam mulut dibuang keluar.
  3. Kemudian dilanjutkan dengan menghirup/ memasukkan air ke dalam lubang hidung. Ini dilakukan agar kotoran-kotoran dan bakteri yang terdapat di rongga hidung dapat dibu-ang keluar.
  4. Membasuh muka, selain untuk membersihkannya, juga untuk memberikan kesegaran dan menjaga kelembaban kulit wajah.
  5. Membasuh tangan kanan dan tangan kiri yang dimulai dari ujung jari sampai di ujung siku, selain untuk membersihkan, juga untuk mengalirkan debu, bakteri yang ada di tangan ke ujung siku.
  6. Mengusap (bukan membasuh) sebahagian kepala adalah mengusapkan telapak tangan yang basah dengan air mulai dari kening terus ke bagian belakang kepala dan berakhir di daun telinga, memberikan rasa sejuk pada bagian kepala. Tidak perlu dibasuh, kare-na akan menyulitkan.
  7. Membasuh kaki kanan dan kaki kiri hingga batas mata kaki, untuk menghilangkan ko-toran dan debu yang hinggap di kaki.

Secara umum, bagian tubuh yang dikenai kegiatan wudhuk adalah bagian tubuh yang biasa terbuka (kecuali pada perempuan). Berwudhuk, tidak saja membuat kulit muka, tangan dan kaki menjadi lembab, akan tetapi juga memberikan rasa sejuk, nyaman dan rileks pada tubuh. Suasana seperti ini, sangat terasa pada saat tengah dan sore hari (ketika shalat Zhuhur dan Ashar).

Berwudhuk tidak saja dilakukan untuk keperluan shalat, akan tetapi juga dianjurkan ketika akan tidur dan setelah melakukan hubungan suami isteri.

Berwudhuk ketika hendak tidur, akan memberikan suasana relaks, yakni suasana te-nang dan jauh dari ketegangan, sehingga sangat memungkinkan seseorang akan dapat segera tertidur dan tidur dalam keadaan lelap.

Kegiatan bersenggama melibatkan tenaga, pikiran dan perasaan (emosi). Berwudhuk setelah melakukan persenggamaan, akan membantu mengurangi tingkat kelelahan dan me-ngembalikan sebahagian kebugaran, sehingga tubuh terasa lebih segar, perasaan relaks dan ketenangan pikiran.


عن البرّاءبن عازب رضي الله عنهما، أَنَّ رسول الله صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قال: إِذَا أَخَذْتَ مَضْجَعَكَ؛ فَتَوَضَّأْ وُضُوْءَكَ لِلصَّلاَةِ؛ ثُمَّ أضْطَجِعْ عَلَى شِقِّكَ الأَيْمَنِ (رواه مسلم)

Dari Al-Barra’ bin Azb r.a., katanya; bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: Apa-bila kamu akan tidur, berwudhuklah seperti wudhuk untuk shalat, lalu berbaringlah diatas lambung kananmu.

عن أبي سعيد الخدرى رصي الله عنه؛ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ؛ إِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ أَهْلَهَ، ثُمَّ أَرَادَ أَنْ يَّعُوْدَ؛ فَلْيَتَوَضَّأْ (رواه مسلم)
Dari Abu Said Alkhudriyyi r.a.,ia berkata; Bersabda Rasulullah SAW: “Apabila sese-orang di antara kamu menyetubuhi isterinya, kemudian ia hendak mengulanginya, hendak-lah ia berwudhukdulu.”

Semoga bermanfaat

Bagikan: