Hidup Sehat ala Rasulullah SAW (3)
Bagikan:

0leh: AR Piliang

Mencuci Tangan Selesai Makan


Keharusan mencuci tangan tidak saja dilakukan sebelum seseorang mengerjakan suatu pekerjaan, akan tetapi mesti dilakukan juga setelah selesai mengerjakan pekerjaan tersebut, khususnya setelah selesai makan.

Ketika seseorang makan (terutama memakan makanan yang basah, dan atau yang berkuah dan berlemak) dengan menggunakan tangan, maka di jari dan di selaselanya akan lengket sisa-sisa makanan, kuah, dan lemak.

Beberapa kemungkinan buruk dapat terjadi bila setelah makan, tangan tidak dicuci sama sekali atau dicuci seadanya atau hanya dilap saja kemudian pegi tidur, antara lain:

Tangan yang ada sisa-sisa makan yang lengket padanya atau setidak-tidaknya masih tersisa aroma makanan akan mengundang binatang pengerat dan serangga untuk menggigitnya. Bila ini terjadi, tentu saja akan membawa akibat buruk seperti luka dan bengkak karena gigitan dan bisa serangga.

Bagi yang punya kegemaran mengisap-isap jemari ketika tidur, ia secara reflex akan memasukkan tangannya ke mulutnya. Sisa-sisa makanan yang lengket di jemarinya dan telah kering dengan sendirinya, dan kemungkinan telah pula basi dan terkontaminasi debu, kuman dan bakteri, akan dengan sendirinya masuk ke dalam perutnya. Kondisi seperti ini bisa menimbulkan sakit perut dan masalah kesehatan lainnya.

Bila sisa-sisa makanan yang lengket di jemari itu bahan yang mengandung efek ekstrim seperti cabai, lada dan jahe, maka bila jemari itu menyentuh bagian tubuh yang sensitif, ketika menggarut dan atau mengusap akan membuat bagian sensitif itu akan cidera, perih bahkan luka.

Sebagai antisipasi agar tidak terjadi hal di atas, maka Rasulullah SAW menganjurkan sangat untuk mencuci tangan setelah makan.
عن أبى هريرة قال: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ نَامَ وَفِى يَدِهِ غَمَرٌ وَلَمْ يَغْسِلْهُ، فَأَصاَبَهُ شَيْءٌ فَلاَ َلُوْمَنَّ إَلاَّ نَفْسَهُ (رواه أبوداود)
Dari Abu Hurairah r.a., katanya; Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang tidur, sementara di tangannya masih ada sisa makanan dan dia tidak mencucinya, lalu dia ditimpa musibah, maka janganlah dia mengumpat kecuali kepada dirinya sendiri.

Mencuci Tangan Merupakan Cara yang Paling Efektif Mencegah Penyakit.

Beberapa jenis oenyakit sangat akrab dengan kehidupan manusia seperti: diare, sakit perut, disentri, cacingan, batuk, gatal-gatal, demam berdarah, malaria, muntaber dan lain-lain. Penyakit-penyakit ini biasa dikenal dengan sebutan penyakit berbasis lingkungan. Disebut berbasis lingkungan karena penyakit-penyakit ini berkaitan erat dengan kondisi kebersihan dan kesehatan lingkungan.


Diare merupakan penyakit yang paling banyak diderita dan menimbulkan kematian pada anak-anak dan balita. Penyakit diare umumnya berasal dari/ditimbulkan oleh tangan anak yang kotor/tidak bersih setelah anak memegang berbagai benda ketika bermain dan kegiatan lainnya, kemudian langsung memegang makanan tanpa mencucinya terlebih dahulu.


Mencuci tangan adalah cara yang paling efektif dalam mencegah berbagai penyakit yang disebutkan di atas. Dengan mencuci tangan, kuman, bakteri, cacing, virus dan protozoa akan hanyut bersama air pencuci tangan.

Berkumur-Kumur
Berkumur-kumur merupakan bagian dari perilaku hidup bersih dan sehat. Berkumur-kumur adalah satu kegiatan dengan cara memasukkan air ke dalam mulut, kemudian menggon-cang-guncangkannya di dalam mulut. Kegiatan ini dilakukan untuk mengeluarkan dan membu-ang sisa-sisa makanan yang tertinggal di sela-sela gigi, bakteri dan kuman yang bersarang di rongga mulut (terutama selama tidur).
Kegiatan berkumur-kumur ini dilakukan berulang sampai tiga kali, dengan harapan rongga mulut seseorang akan bersih dan bebas dari bakteri dan kuman. Selain untuk membersihkan mu-lut dari baktri dan kuman, berkumur-kumur juga dapat mengurangi bau yang tidak sedap yang keluar dari mulut.


Kegiatan berkumur-kumur ini juga dianjurkan untuk dilakukan setiap kali seseorang akan berwudhuk.
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، فِى صِفَةِ الوُضُوءِ، ثُمَ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ ثَلاَثًا يُمَضْمِضُ وَيَنْثـُرُ مِنَ الكَفِّ الَّذِي يَأ خُذُ مِنْهُ المَاءَ (روه أبوداود والنساءي)
Dari Ali r.a. tentang sifat wudhuk; Kemudian Nabi SAW berkumur-kumur dan membersihkan hidung tiga kali. Beliau berkumur-kumur dan membersihkan hidung itu dari tangannya yang digunakan untuk mengambil air.
عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، فِى صِفَةِ الوُضُوءِ، ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ مِنْ كَفِّ وَاحِدٍ يَفْعَلُ ذٰلِكَ ثَلاَثًا (متّفق عليه)
Dari Abdullah bin Zaid r.a. tentang sifat wudhuk; Kemudian Nabi SAW memasukkan tangannya, lalu berkumur-kumur dan mengisap air ke hidung dari satu tangan; (Beliau) berbuat demikian tiga kali.

Menghirup Air Dengan Hidung
Manusia bernafas selama 24 jam penuh setiap hari. Maka selama itu pula ia akan menghi-rup udara, mulai dari udara bersih dan segar, sampai udara yang dipenuhi oleh berbagai kotoran, debu, asap, dan partikel lainnya yang beterbangan di udara, yang mengandung bermacam-macam bakteri dan kuman. Sebahagian dari kotoran, debu, asap dan partikel lainnya itu akan tinggal dan menempel di rongga hidung.
Memasukkan air ke hidung (menghirup) merupakan cara efektif untuk mengeluarkan sega-la macam kotoran, bakteri dan kuman yang berada di rongga hidung tersebut. Cara memasukkan air ke hidung adalah dengan cara mengambil air dengan tangan, kemudian menempel kannya ke hidung, dan seterusnya menghirup air tersebut dengan hidung, hingga terasa denyutnya di kepala kemudian membuangnya keluar.
Guna memastikan bahwa rongga hidung sudah bebas dari kotoran, maka kegiatan menghi-sap air dengan hidung ini dapat dilakukan secara berulang-ulang hingga tiga kali pada setiap ke-sempatan.
Selain untuk membuang kotoran, kuman dan bakteri, kegiatan menghisap air ke hidung ini, dapat meringankan gangguan demam dan influenza. Bahkan menurut penelitian para ahli, dapat menyembuhkan beberapa penyakit, seperti: Sinusitis dan sakit kepala sebelah atau migrant.
عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، فِى صِفَةِ الوُضُوءِ، ثُمَ تَمَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ ثَلاَثًا يُمَضْمِضُ وَيَنْثـُرُ مِنَ الكَفِّ الَّذِي يَأ خُذُ مِنْهُ المَاءَ (روه أبوداود والنساءي)
Dari Ali r.a. tentang sifat wudhuk; Kemudian Nabi SAW berkumur-kumur dan membersihkan hidung tiga kali. Beliau berkumur-kumur dan membersihkan hidung itu dari tangannya yang digunakan untuk mengambil air.

عَنْ عَبْدِاللهِ بْنِ زَيْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، فِى صِفَةِ الوُضُوءِ، ثُمَّ أَدْخَلَ يَدَهُ فَمَضْمَضَ وَاسْتَنْشَقَ مِنْ كَفِّ وَاحِدٍ يَفْعَلُ ذٰلِكَ ثَلاَثًا (متّفق عليه)
Dari Abdullah bin Zaid r.a. tentang sifat wudhuk; Kemudian Nabi SAW memasukkan tangannya, lalu ber-kumur-kumur dan mengisap air ke hidung dari satu ta-ngan; (Beliau) berbuat demikian tiga kali.

Gosok Gigi
Aktifitas makan dan minum, akan menyisakan sisa-sisa makanan dan minuman di dalam mulut dan lengket di gigi, terutama di sela-sela gigi. Dalam rentang waktu tertentu, sisa-sisa ma-kanan dan minuman yang lengket tersebut akan hancur dan membusuk, yang secara otomatis akan mendatangkan kuman dan bakteri, serta bau busuk.
Menggosok gigi, sebagaimana yang dianjurkan Rasulullah SAW, merupakan sebuah upaya efektif untuk menyikat dan menghilangkan kotoran dan bakteri yang terdapat dan lengket di per-mukaan dan sela-sela gigi. Bersih mulut dan bersih gigi akan membuat mulut dan nafas seseo-rang menjadi sehat dan segar serta terbebas dari bau tak sedap.
Begitu pentingnya menggosok gigi ini, sampai-sampai Rasulullah SAW menganjurkan (bila saja tidak memberatkan) agar seseorang menggosok giginya setiap kali akan melaksanakan shalat.
عَنَْ اَبِى هُرَيْرَةَ رَضِيَاللهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولُ اللهُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ؛ لَوْلاَ أَنْ أَشُقَّ عَلٰى أُمَّتِى لأَمَرْ تُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ وُضُوءٍ (رواه مالك وأحمد والنّسائي)
Dari Abu Hurairah r.a. dari Rasulullah SAW, bahwasanya beliau pernah bersabda; Sekiranya tidak akan memberatkan bagi ummatku, niscaya aku perintahkan mereka menggosok gigi tiap-tiap berwudhuk.

”.

Semoga bermanfaat

Bagikan:
Tabedo – Bagian 4
Bagikan:

Oleh: Phillar Mamara

Di rumah Cicik,

Setelah melepas kepulangan Vitlan ketiga gadis itu segera masuk dan duduk kembali di kursi tamu.

“Lain kali kalian harus lebih hati-hati,” nasihat Ibu kepada mereka.

“Ya Buk, tapi kami tidak menduga sama sekali kalau sampai dijahili anak kecil itu, Buk,” timpal Cicik.

“Untung ada yang menolong kalian, dan sekarang ayo tidur, sudah larut, nanti kesiangan,” balas ibu seraya berlalu ke kamar.

Bertiga mereka membereskan dan merapikan rumah, lalu masuk ke kamar. Sembari ganti pakaian.

“Bang Vitlan itu ganteng ya?” kata Cicik.
‘Bukan hanya ganteng, tapi juga baik hatinya,’ sambung Raudah.

Icha hanya diam. Selesai ganti pakaian ia langsung naik ke atas ranjang, meraih guling dan memeluknya, terus memejamkan mata. Cicik dan Raudah melakukan hal yang sama.
Malam itu Icha tidak dapat tidur. Pikirannya menerawang, bayangan Vitlan dan kejadian-kejadian yang dialaminya bersama kedua saudaranya silih berganti muncul di pelupuk matanya. Kadang ia tersenyum bila terbayang wajah, tatapan, senyuman, dan genggaman tangan Vitlan. Di lain kesempatan ia menjadi cemas, apakah pertemuan tadi hanya akan sampai disitu saja, dan tidak akan berlanjut di hari-hari mendatang. Apakah ia akan dapat bertemu lagi dengan orang yang baru saja hadir di hatinya.

Jam dinding telah menunjukan waktu pukul 03.30 WIB dinihari. Mata Icha tak kunjung terpejam. Ia bangkit dan mengambil tas, mengeluarkan buku hariannya, dan mulai menulis.
“Hari ini merupakan hari kedua aku berada di kota Medan. Kehadiranku di Medan adalah memenuhi permintaan makcik untuk membantu pekerjaan beliau mengelola catering untuk keperluan berbagai macam pesta.Tadi pagi aku bangun pukul 05.00 WIB. Selesai shalat shubuh, aku sudah disibukan oleh pekerjaan rumah membantu makcikku di dapur. Kemudian ke pajak berbelanja. Pulang dari pajak menyiapkan pesanan, kemudian mengantarkannya. Aku letih dan lelah sekali.
Tadi sore aku hanya dapat tidur sejenak, dan aku ingin segera dapat tidur lagi begitu selesai shalat maghrib. Akan tetapi kedua sepupuku memaksaku untuk menemani mereka nonton pentas musik. Aku jadi bersemangat mendengarnya, dan aku sangat ingin untuk melihat dan menyaksikan penampilan pemusik-pemusik kota Medan beraksi.
Kami berangkat ke tempat acara, dan aku sangat menikmati acara malam ini. Aku tak menduga sama sekali kalau sampai dijahili oleh orang lain, anak kecil lagi, sebagaimana aku tak pernah menduga akan bertemu dengan seorang lelaki tampan bernama Vitlan Gumanti.
Aah, ia telah mengusik hidupku, ia telah membuatku tak dapat tidur, Ia telah membuatku tersenyum dan gelisah. Aku memikirkannya, Aku mencemaskannya, aku merindukannya, aku menginginkannya, di sisiku, di hatiku.
Ooh Ibu, mungkinkah anakmu terbakar asmara. Ooh Makcik mungkinkah aku telah jatuh cinta. Ooh sepupuku, mungkinkah kalian merasakan hal yang sama seperti halnya diriku, pada lelaki yang sama ?
Ach, apa mungkin aku hanya berkhayal?
Tapi …

bersambung

Bagikan:
Tabedo – Bagian 3
Bagikan:

Oleh: Phillar Mamara

Cicik menceritakan semua peristiwa yang mereka alami ketika menonton pentas musik tadi kepada ibunya. Sedang mereka ngobrol tersebut, Icha muncul membawa baki minuman. Cangkir minuman dihidangkan, dan Icha duduk di samping Raudah. Dengan sudut matanya ia berusaha melirik Vitlan, namun Vitlan menunduk saja.
“Silakan diminum nak,” sapa ibu Cicik.
“Terima kasih Buk,” jawab Vitlan sembari mengangkat gelas minuman itu ke mulutnya.
“Terima kasih nak, telah menolong anak-anak ibu dan bersusah-susah mengantarkan mereka pulang,” kata ibu Cicik kepada Vitlan, setelah mendengar penjelasan anaknya.
“Ndak apa-apa Buk, cuma kebetulan,” timpal Vitlan merendah.
Tak lama berselang,
“Permisi pulang Buk, sudah larut,” pinta Vitlan.
“Ya nak Alan, sekali lagi terima kasih ibu ya,” balas ibu Cicik.
“Assalamu’alaikum,” kata Vitlan sembari menyalami ibu Cicik.
“Wa’alaikum salam,” jawab ibu Cicik dan ketiga gadis itu.
Vitlan kemudian berjalan keluar rumah, diantar ketiga gadis tersebut hingga ke pintu pagar.
“Main-main ke sini ya Bang,” tawar Cicik.
”Insya Allah,” jawab Vitlan sembari menyalami mereka satu persatu.
Sekali lagi jantung Vitlan berdetak kencang, ketika bertatapan dengan Icha. Hawa panas mengalir melalui genggaman tangannya. Hati Vitlan bagai terbakar, dan darahnya terasa mengalir deras.
“Hati-hati ya Bang!” kata Icha setengah berbisik begitu Vitlan melangkah meninggalkan mereka.
Sementara Ibu Cicik memperhatikan Vitlan dengan seksama sampai Vitlan naik ke becak dan ketiga anak gadisnya kembali masuk kedalam rumah.
Vitlan pulang sendirian naik beca dayung. Ia disambut olok-olokan teman-temannya sesampai di rumah.
“Hei, paten anak Mamak ya,” canda Mak menyambut kemunculan Vitlan.
Vitlan hanya senyum kecut menyikapi candaan tersebut. Ia mengacungkan tinju kepada ketiga temannya, ia langsung ke belakang.
“Hei, hei, hei, tunggu dulu,” kata Mak sambil menggamit lengan Vitlan duduk di kursi terdekat.
“Cerita dulu sama Mamak, kek mana kisah pertemuan dua sejoli di pesta musik tadi,” goda Mak.
“Sebentar awak ganti pakaian dulu ke atas,” kilah Vitlan sembari melepaskan diri dari pegangan Mak.
Jamil, Maman, dan Surya tersenyum geli melihat Vitlan yang salah tingkah. Mak melepaskan pegangan tangannya, dan Vitlan pun berlalu. Sebentar kemudian Vitlan telah muncul kembali dengan piyama hijau lumut berbis putih dan bergambar sekuntum mawar merah jambu di dada kanannya.
Ia memang tampan sekali dan penuh pesona. Tinggi semampai, 174 cm. Rambut ikal disisir rapi, terjulai mencapai kedua bahunya. Tidak heran kalau banyak gadis-gadis yang tergila-gila padanya. Namun ia tidak pernah tertarik untuk meladeni mereka. Maka menjadi wajar saja bila Mak dan teman-temannya heran dan masygul ketika melihat Vitlan akrab dengan tiga orang gadis yang baru dikenalnya pada malam itu. Bahkan ia sampai rela menyediakan dirinya untuk mengantar ketiganya ke rumah mereka.
Vitlan duduk di depan Mak dan teman-temannya. Ia sulut dalam-dalam dji sam soenya. Ia hanya senyum simpul saja menyikapi rasa ingin tahu Mak
“Jadi bagaimana ceritanya Lan,” desak Mak.
Lagi-lagi hanya senyuman tersungging dari bibir Vitlan
“Jadi, ndak boleh Mak tahu cerita yang sebenarnya Lan,” desak Mak.
“Aah, ndak ada apa-apa kok Mak,” jawab Vitlan singkat, sambil menekankan punggungnya ke sandaran kursi, sehingga wajahnya tengadah ke langit-langit.
Ia menyulut dan menghembuskan asap rokoknya ke atas. Melihat sikap Vitlan demikian, Mak menghentikan interogasinya.
Pukul 01.00 WIB tengah malam, Jamil, Maman dan Surya mohon diri.
“Buk, kami pulang ya, yok Lan, sampai jumpa besok”, kata mereka serentak, dan berlalu.
“Ya”, jawab Mak, “Yok”’, jawab Vitlan sembari mengangkat tangannya.
Vitlan membantu mak menutup kedai, dan selanjutnya naik ke atas dan tidur.

bersambung

Bagikan:
Hidup Sehat ala Rasulullah SAW
Bagikan:

Oleh: AR Piliang

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
DALAM KONSEP ISLAM

Mukaddimah

Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi manusia. Pedoman yang mengatur seluruh sisi kehidupan manusia, mulai dari hal yang paling kecil dan dianggap sepele, hingga hal yang paling besar dan memerlukan keberanian untuk melaksanakannya. Shalawat beriring salam tertuju kepada Muhammad Rasulullah SAW, yang telah memberikan tuntunan dan contoh bagaimana melaksanakan ajaran yang telah diturunkan Allah SWT, dengan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari, sehingga dengan mudah dapat ditiru dan dilaksanakan dalam kehidupan nyata.
Salah satu dari keseluruhan aturan tersebut adalah pengaturan bagaimana setiap diri dapat menjalani hidup bersih dan sehat dengan sebaik-baiknya. Perilaku hidup bersih dan sehat meru-pakan suatu tatanan perilaku yang meliputi cara berpikir dan bertindak bagaimana melaksanakan hidup bersih dan sehat dalam kehidupan sehari-hari. Perilaku seperti ini tidak saja tertuju kepada kehidupan pribadi orang perorang, akan tetapi juga bagi kepentingan hidup bersama di dalam masyarakat.
Hidup bersih dan sehat merupakan idaman semua orang. Hanya saja tidak semua orang mengetahui dan memahaminya, untuk apa berperilaku hidup bersih dan sehat, mana saja perilaku hidup bersih dan sehat, di mana saja harus berperilaku hidup bersih dan sehat, serta bagaimana cara melaksanakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Islam memandang perilaku hidup bersih dan sehat, merupakan bagian penting yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari manusia. Mencuci tangan, berkumur-kumur, menggo-sok gigi, membersihkan lubang hidung, berwudhuk, mandi, berpakaian, makan dan minum, dan beribadah, merupakan kegiatan harian yang senantiasa bersentuhan dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Menggunting/ memangkas rambut, menggunting kumis, merapikan jenggot, mencabut bulu ketiak, mencukur bulu kemaluan, merupakan kegiatan berkala yang dianjurkan untuk menjaga hidup bersih dan sehat.
Aktifitas pergaulan suami isteri pun tidak lepas dari aturan hidup bersih dan sehat. Begitu pula halnya dengan keharusan membersihkan rumah, halaman dan lingkungan sekitar. Bahkan kegiatan yang bersentuhan dengan kehidupan sosial kemasyarakatan, seperti anjuran menjaga kebersihan rumah ibadah, tempat berkumpul orang, jalan raya, tempat-tempat berteduh, tempat-tempat mengambil air, tempat-tempat air mengalir, semua itu tidak lepas dari nilai-nilai perilaku hidup bersih dan sehat.
لاَ تَقُمْ فِيهِ أَبَداً لَّمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَن تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَن يَتَطَهَّرُواْ وَاللّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ (التّوبة:١٠٨)
Janganlah kamu shalat dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang di-dirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. Di dalam mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. Dan sesungguh-nya Allah menyukai orang-orang yang bersih (QS. 9:108).

Kesehatan Itu Bahagian Dari Iman

عن أبى مالك الأشعرىّ قال: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الطُّهُوْرُ ضَطْرُ الإِيْمَانِ (رواه مسلم)
Dari Abu Malik al-Asy’ari, katanya: Bersabda Rasulullahi SAW: Kebersihan itu Bahagian dari iman.

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ: حَدَّثَنَا أَبُوْ عَامِرِ العَقَدِيُّ حَدَّثَاَ خَالِدُ بْنُ إِلْيَاسَ، عَنْ صَالِحِ بْنِ أَبِي حَسَّانَ، قَالَ: سَمِعْتُ سَعِيْدَ بْنَ المُسَيَّبِ يَقُوْلُ: إِنَّ اللهَ طَيِّبِ يُحِبُّ الطَّيِّبَ، نَظِيْفٌ يُحِبُّ النَّظَافَةَ،كَرِيْمٌ يُحِبُّ الكَرَمَ، جَوَادٌ يُحِبُّ الجُوْدَ (رواه التّرمذى)
Muhammad bin Basyar menceritakan kepada kami, Abu Amir Al-Aqadi menceritakan ke-pada kami, Khalid bin Ilyas menceritakan kepada kami, dari Shalih bin Abi Hassan, ia berkata; Aku mendengar Said bin Al-Musayyab berkata: Sesungguhnya Allah itu baik dan mencintai ke-baikan, bersih dan mencintai kebersihan, mulia dan mencintai kemuliaan, dermawan dan men-cintai kedermawanan.
Secara konsepsi, ajaran Islam identik dengan hidup bersih dan sehat. Seluruh aktifitas hi-dup seorang Muslim, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi dipenuhi oleh tuntunan perilaku hidup bersih dan sehat.
Bersih adalah keadaan atau kondisi orang atau benda tidak bernoda, tidak berbercak, tidak berdebu, dan tidak berbau.
Sehat adalah akibat atau efek yang diperoleh secara langsung dari kebiasaan berperilaku bersih.
Perilaku hidup bersih dan sehat adalah di mana seseorang berada pada kondisi diri, tempat tinggal dan lingkungan yang bebas dari noda, bercak, debu, dan bau tersebut.
Muhammad Rasulullah SAW menyatakan dengan tegas bahwa hidup bersih itu bahagian dari keimanan seseorang Muslim. Artinya, tingkat keimanan seorang Muslim itu dapat dilihat, diukur dan dinilai dari perilaku hidupnya sehari-hari, apakah ia sudah menerapkan perilaku hi-dup bersih dan sehat, atau tidak.
Guna memastikannya, lihat saja penampilan pisik seseorang pada aktifitas kesehariannya:
Apakah giginya digosok setiap hari atau tidak,
Apakah rambutnya dipangkas secara teratur dan disisir rapi atau tidak,
Apakah janggutnya dirapikan atau dibiarkan awut-awutan,
Apakah pakaiannya bersih dan rapi, atau kumal,
Apakah aroma mulut dan tubuhnya segar atau bau,
Apakah tangan dan kakinya selalu tampak bersih dan kuku-kukunya dipotong atau tidak,
Apakah pakaiannya selalu diganti atau jarang,
Apakah rumah, halaman dan lingkungan tempat tinggalnya kelihatan bersih dan segar, bebas dari sampah, debu dan bau atau tidak,
dan lain sebagainya.

Seorang Muslim itu akan selalu terlihat bersih, rapi, dan segar, sehingga penampilannya menjadi menyenangkan, dan enak dipandang mata. Begitu juga dengan rumah dan lingkungan tempat tinggalnya, peralatan yang digunakannya, semua tampak bersih dan sehat.
Bila digambarkan, maka “tampilan seorang muslim itu merupakan perpaduan antara kebersihan, kerapian, dan keindahan”.

Semoga bermanfaat

Bagikan:
Tabedo – Setengah Hati (Bagian 1)
Bagikan:

Oleh: Phillar Mamara

(Bagian 1)

Setengah Hati

Sore itu sepulang kuliah Vitlan langsung naik ke lantai dua, masuk kamar dan rebahan di ranjang. Tiga buah kancing bajunya dilepaskan, membuat dadanya terbuka lebar. Tatapannya ko-song ke langit-langit kamar. Kepulan asap rokok si-lih berganti keluar dari mulutnya. Udara senja yang masuk melalui jendela kamar yang menghadap ke gang di belakang rumah, berhembus sepoi menerpa tubuh Vitlan. Sejenak kemudian iapun tertidur de-ngan kaki masih bersepatu terjorok di ujung ran-jang. Tangan kirinya terentang ke samping ranjang. Sementara sebatang Dji Sam Soe masih terselip di antara dua jarinya, sudah mati.

Mak masuk kamar ketika adzan maghrib telah meneriakan ‘Hayya ‘alash-shalah’.
“Hai bangun, maghrib-maghrib tidur, ayo shalat!” kata mak sembari menarik ujung kaki celana Vitlan.
“Enak saja waang tidur pakai sepatu, anak presiden saja tak begini tidurnya,” sambung mak lagi, lalu keluar setelah melihat Vitlan bangkit dari ranjang.

Dengan perasaan berat dan malas Vitlan bangkit dari ranjang, lalu turun ke kamar mandi yang terletak di lantai dasar. Setelah berwudhuk ia kembali ke kamar. Selesai shalat maghrib Vitlan re-bahan kembali sembari menyulut sisa dji sam soe yang ia taroh tadi di asbak yang terletak di lantai de-kat ranjang. Asap mengepul ke langit-langit kamar. Sebatang habis lalu disambung lagi dengan batang kedua. Vitlan kembali menerawang menatap langit-langit kamar. Entah apa yang dipikirkannya, yang jelas saat itu Vitlan terlihat lesu sekali.
Kira-kira pukul 08.00 malam, Maman, Surya, dan Jamil datang. Mereka terlihat begitu ceria dan pakaian mereka pun terlihat rapi. Tanpa buka sepa-tu, mereka bertiga masuk. Jamil dan Surya duduk di tepi ranjang, sementara Maman duduk di kursi di depan meja belajar.
“Ngapai kau sendirian di sini, macam perempuan di tinggal laki saja kau,” kata Jamil membuka pem bicaraan.
“Iya, kayak orang patah hati saja,” timpal Maman sambil mempermain-mainkan jangka yang terdapat di atas meja belajar.
“Yok keluar yok,” ajak Surya.
(sembari mendecak) “Malas ah”, jawab Vitlan
“Ayoklah! di kolam renang ada band,” balas Surya.
“Aku lagi malas,” jawab Vitlan.
“Ayoklah! Ngapai kau di sini sendirian, kan lebih enak kalau kita jalan-jalan di luar sana, cuci mata sambil dengar music,” sambung Maman lagi.
‘’Masih sore kok, ayam saja belum tidur,” timpal Surya.
“Ayooo, mandi sana! biar kami tunggu kau,” sam-bungnya.
Dengan perasaan sedikit malas Vitlan bangkit lalu turun ke lantai dasar. Ia ke dapur mengambil air panas segayung, lalu membawanya ke kamar mandi. Selesai mandi dengan air hangat, Vitlan merasa lebih segar. Dengan langkah enteng ia kembali ke kamar.
Selesai ganti pakaian berempat mereka turun.
“Kalian sudah makan ?” sapa Vitlan pada teman-temannya.
“Sudah,” jawab mereka serempak.
“Aku makan dulu ya,” sambung Vitlan sembari melangkah menuju steling makanan yang terdapat di bagian depan.

Rumah tempat tinggal Vitlan berlantai dua. Bagian bawah atau lantai dasar dipergunakan seba-gai kedai nasi. Kedai nasi tersebut sudah dibuka sejak pagi hari dengan berjualan sarapan pagi di lanjutkan dengan jualan nasi, dan mulai sore jualan mereka menjadi lengkap dengan makanan ekstra se-perti mie, cap cai, nasi goreng, dan aneka minuman segar. Secara bergiliran mereka melayani pembeli. Vitlan biasanya mendapat giliran jaga sepulang kuliah hingga tutup pada tengah malam.

Selesai makan,
“Yok kita berangkat,” kata Vitlan pada teman-temannya.
“Mak, pergi ya Mak,” kata Vitlan pada mak, seraya melangkah keluar.
“Mau ke mana kalian,” sapa mak.
“Jalan-jalan Buk, ada band di Kolam Renang, As-salamu’alaikum,” sapa mereka serentak.
“Wa’alaikum salam,” jawab mak.

Keluar dari rumah Vitlan singgah di kedai sebelah. Ia membeli sebungkus dji sam soe. Bung-kus rokok dikoyak di bagian tengahnya. Sebatang rokok dinyalakan dan ia segara berlari mengejar teman-temannya yang sedari tadi terus berjalan. Mereka berjalan beriringan, bergurau dan bercanda apa saja sepanjang trotoar. Sesekali terlihat di antara mereka ada yang menendang-nendang benda-benda kecil yang ada di depan mereka. Pada kali yang lain mereka terlihat tertawa dan saling pukul.
Selepas simpang empat masjid raya, terlihat orang semakin ramai. Mereka berjalan menuju arah yang sama yakni kolam renang Paradiso. Anak-anak, remaja, orang dewasa, bahkan bapak-bapak dan kaum ibu pun terlihat mendatangi obyek yang sama. Ada yang sendirian, berdua, bertiga sampai yang bergerombolan.
Sampai di tempat pertunjukan, di atas pentas terlihat para pemain band sudah mulai menyetel-nyetel senar gitar mereka dan peralatan musik lainnya. Halaman depan kolam renang sudah penuh oleh lautan manusia. Pengunjung tumplek sampai ke jalan raya, yang membuat jalan di depan dan di samping kolam renang tersebut secara otomatis tertutup bagi kendaraan yang ingin melintasi ka-wasan tersebut.
Pentas musik pergantian tahun pada malam itu dibuka dengan lagu ‘Di ambang sore’nya Eddy Silitonga yang pada waktu itu, sedang di puncak popularitasnya, yang dinyanyikan oleh seorang biduanita dengan apik sekali. Selanjutnya seorang biduan muncul menyanyikan lagu ‘Sedih Hatiku’ nya The Mercy’s dan dilanjutkan dengan lagu ‘Mengapa’nya Panbers.
Mendengar lagu-lagu kesukaannya dinyanyi-kan, secara apik dan lembut, Vitlan langsung ha-nyut dan larut dalam alunan lagu tersebut, sehingga tanpa terasa, secara spontan ia ikut menyanyikan nya.
Sejak kau pergi, hatiku sunyi
Tiada lagi penghibur hati
Ke mana ku tak tahu
Kau pergi dariku
Oh kasihku
Mengapa kau tinggalkan daku
Apakah dosaku

Biarlah daku menanggung rindu
Bagai kumbang mencari madu
Hidupku hampa kini
Kau bawa cintaku yang murni
 Oh kasihku

Mengapa kau tolak cintaku
Mengapa oh mengapa
Mengapa oh mengapa

bersambung

Bagikan: