PUASA & KEPEDULIAN SOSIAL
Bagikan:

Oleh A R Piliang.

Rasulullah SAW, bersabda, “Bila ada orang yang mengajakmu bertengkar atau berkelahi, maka katakanlah padanya ‘Inni shoim’ (aku menahan diri). Sabdanya lagi, “Siapa yang memberi makan orang yang berpuasa, maka ia akan mendapat balasan sebagaimana orang tersebut tanpa mengurangi balasan puasanya”.

Rasulullah SAW, adalah orang yang sangat pemurah bila datang bulan Ramadhan (puasa).
Suatu kali datang seorang lelaki menghadap Rasulullah. “Celaka saya ya Rasulullah”.

“Apa yang membuatmu celaka?”, tanya Rasulullah. Setelah lelaki itu persoalannya, Rasulullah bertanya lagi. “Dapatkah kamu memerdekakan seorang budak?”

“Tidak ya Rasulullah”, jawab Lelaki itu.

“Dapatkah kamu memberi makan 60 orang fakir miskin?”

“Tidak juga ya Rasulullah” jawab Lelaki itu meyakinkan.

Kemudian Rasulullah mengambil setandan kurma dan memberikannya kepada lelaki tersebut, seraya kerkata, “Bagikan ini kepada orang-orang fakir/miskin yang kamu temui di kota ini”. Demikian sepenggal kisah bagaimana Rasulullah pemurah dalam membantu seseorang yang menghadapi persoalan.

Manusia itu adalah makhluk sosial, dimana satu pribadi pasti akan membutuhkan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Karena itu setiap pribadi tidak akan pernah dapat melepaskan diri dari ketergantungannya kepada orang lain. Setiap diri mesti dapat bekerjasama satu dengan lainnya. Setiap diri mesti peduli, satu dengan lainnya.

Ibadah puasa mengajarkan kepada kita, bagaimana kepedulian itu mesti dibangun antara sesama manusia, dengan:

  1. Menghubungkan tali persaudaraan (silaturrahmi) antara sesama manusia,
  2. Menghindarkan diri perselisihan yang akan membawa pertengkaran, perkelahian dan perseteruan,
  3. Saling membantu dalam berbuat kebaikan,
  4. Saling memberi dan berbagi rezki, terutama kepada kaum duafa,

Semoga cerita singkat ini bermanfaat adanya. Aamiin.

Bagikan: