RAMADHAN, Bulan Menahan Diri (Puasa) atau Pesta Ria?

Oleh: A R Piliang
Saya telah melakukan Safari Ramadhan, hampir ke semua daerah di Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam, Provinsi Sumatera Barat, dan beberapa daerah di Provinsi Riau.
Saya juga pernah dan sering mengikuti acara buka dan makan malam bersama di Gubernuran, rumah Pejabat Tinggi Provinsi, kepala-kepala Dinas, Bupati dan Walikota, rumah Pejabat lainnya, maupun di Masjid-masjid dan di Masyarakat.
Suasananya boleh dikata sama meriahnya. Hidangan berbukanya terdiri dari aneka ragam penganan, mulai mulai dari teh manis, susu, es buah, candil, cendol, kolak, bubur ayam, bubur pedas, aneka buah, banyak juga yang menyediakan kurma. Begitu juga dengan menu makan malamnya. Hampir semuanya menampilkan kemewahan dengan berbagai macam menu.
Mulai dari waktu selesai shalat Ashar, di sepanjang tepi jalan utama kota hingga jalan perkampungan, bahkan di dalam gang, berderet para pedagang musiman, menggelar bermacam menu berbuka puasa dan lauk pauk teman makan nasi.
Aktivitas lain yang menunjukkan kemeriahan bulan Ramadhan adalah kegiatan menyambut Idul Fithri, yang terdiri:
- Membuat berbagai macam kue dan penganan lainnya,
- Membuat/membeli pakaian baru, memperbaiki rumah, mengganti kain jendela dan lain-lain,
- Mempersiapkan segala sesuatu kebutuhan untuk mudik ke kampung halaman (bagi perantau), seperti: servis dan rental kendaraan, tiket angkutan, oleh-oleh untuk keluarga dan lain-lain).
Saya jadi bertanya-tanya, sebenarnya apa yang dilakukan ummat Islam selama bulan Ramadhan: MENAHAN DIRI ATAU BERPESTA RIA?
Ingat!!!
Bulan puasa Ramadhan itu waktu untuk proses PEMBIASAAN DIRI agar menjadi sebuah KEBIASAAN dalam hidup.
Allah berfirman dalam Al Quran, yang artinya: “Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya,.” (QS An Najm: 39)
Semoga bermanfaat,
Wassalamu’alaikum.