Tabedo – Bagian 41
Bagikan:

Oleh: Phillar Mamara

Pukul setengah tujuh, semua personil yang akan berangkat studi wisata, sudah hadir di halaman sekolah. Setelah mendapat pengarahan dari kepala sekolah, satu persatu nama siswa dipanggil untuk segera naik ke atas bus. Tepat pukul tujuh bus bergerak menuju obyek yang menjadi tujuan kegiatan studi wisata.

Menjelang pukul dua belas tengah  hari, rombongan tiba di tujuan. Bus berhenti pas di depan gerbang STM Payakumbuh. Kepala sekolah berikut staf dan seluruh siswa berdiri menyambut dan menyalami satu  persatu, seterusnya menggiring rombongan ke dalam pekarangan sekolah.

Selesai upacara penyambutan, pengurus OSIS setempat, membawa mereka ke kelas yang telah dipersiapkan untuk masing-masing, siswa laki-laki, dan perempuan. Sementara guru-guru pendamping diinapkan di ruang guru dan ruang kepala sekolah.

Selama tuan rumah melaksanakan shalat Jum-at dan makan siang, rombongan memanfaatkan waktu tersebut untuk beristirahat. Ada yang tidur siang, ada yang ngobrol dan ada yang duduk-duduk di taman, di emperan dan ruang istirahat. Vitlan sendiri lebih memilih tidur, karena hampir sepanjang perjalanan, sibuk melayani siswa yang lain.

Sebuah aturan diterapkan oleh tuan rumah, yakni: setiap dua orang siswa tuan rumah, mesti mendampingi satu teman dari siswa tamu untuk dijadikan teman ketika makan siang dilaksanakan. Vitlan mendapat teman makan ketua dan seksi keamanan OSIS  tuan rumah. Siswa yang tidak mendapat tamu, dipersilakan memilih kelompok makan yang disenanginya.

Dengan format seperti itu, suasana makan menjadi meriah dan jalinan keakraban terbangun dengan cepat. Riuh rendah gelak tawa menyertai cerita dan canda mereka. Tidak ada lagi tamu dan tidak ada lagi tuan rumah. Mereka sama-sama bergerak membereskan sampah makanan mereka. Kemudian kembali ke tempat duduk semula, meneruskan obrolan dan sesekali terdengar kelakar sesama mereka.

Hari mulai menapak senja. Satu persatu dari mereka membubarkan diri. Sebahagian dari siswa yang menjadi tamu, mohon diri untuk mandi dan bersalin. Sementara bagian terbesar dari siswa tuan rumah pulang ke rumah masing-masing.

Selepas makan malam, mereka berkumpul di halaman sekolah. Di sana sudah tersusun dengan ra-pi kursi dan bangku sekolah. Sebagian dari mereka duduk dan sebagian lainnya berdiri melingkar di sisi tempat duduk. Sebuah pentas disiapkan untuk peng-isi acara.

Tarian persembahan tampil diiringi musik dari tape recorder, disajikan dengan baik sekali oleh tuan rumah dilanjutkan dengan tari piring. Setelah ucapan selamat datang dari wakil kepala sekolah tuan rumah yang dibalas dengan salam perkenalan dari tamu, vocal group yang dikomandoi oleh Siswo tampil membawakan tiga buah lagu, antara lain: Pagi Yang Indah Sekali, Angin Laut dari Koes Plus dan Bila Hari Telah Senja dari albumnya The Mercy’s. Kemudian secara berturut_turut ada pembacaan puisi dan pantun yang ditampilkan secara bergantian dari kedua pihak.

Suasana malam yang cerah penuh cahaya bintang di langit, membuat suasana malam sambung rasa tersebut semakin berkesan. Tepat pukul sebelas malam, acara usai dan para siswa tamu masuk ke ruang kelas untuk istirahat. Sementara siswa yang bertugas sebagai tim keamanan yang didampingi oleh dua orang polisi, berjaga-jaga di seputar sekolah. Siswa lainnya, ada yang tidur di sekolah dan yang rumahnya dekat dari sekolah diperbolehkan pulang.

Tidak lama berselang, datanglah sekelompok pemuda mendekati siswa yang berjaga di depan gerbang sekolah. Junlah mereka sekitar enam, tujuah orang. Seorang pemuda, tinggi kerempeng dengan rambut gondrong, bertopi lebar dari anyaman daun pandan, bercelana dan jaket jean. Jaketnya tidak dikancingkan, yang menampakan singlet merah bertuliskan L.A. Lelaki yang sepertinya pimpinan kelompok itu, menyorongkan potongan kayu sebesar ibu jari kaki, ke siswa penjaga gerbang:

”Ado acara apo di siko, rami-rami?”

”Ado tamu siswa studi tour dari Sawah Lunto.” jawabnya.

”Kami pemuda setempat, baa kok indak tahu?” tanyanya lagi.

”Iko acara sekolah, Bang.” jawabnya.

”Baraa banyak yang datang ka siko? lanjutnya bertanya.

”Ado tigo bus, Bang.” jawabnya lagi.

”Baraa hari mereka di siko?” lanjutnya.

”Sampai hari Minggu pagi, Bang.” jawabnya.

”Mintak kami dulu, uang rokoknya untuak keamanan kalian.” lanjut lelaki itu.

”Sabanta yo, Bang.” jawabnya lalu bangkit  beranjak ke dalam dan sebentar kemudian kembali lagi dengan didampingi dua orang polisi yang ditugasi menjaga mereka.

”Uang keamanan apa. Kalian dari mana?” tanya polisi pada mereka.

”Anak sini, Pak.” jawab lelaki itu gelagapan dan berusaha menjauh, setelah tahu yang dihadapinya aparat berseragam.

”E e e, sini dulu.” kata polisi sambil menarik krah baju pemuda itu dan mendudukkannya di bangku sekolah yang sengaja diletakkan di situ.

”Apa maksudmu dengan uang keamanan hah?” sergah polisi tanpa melepas genggamannya.

”Maaf maaf, Pak.” jawabnya sambil meletakkan tangan di dadanya.

”Mau jadi preman kalian di sini ya. Mentang-mentang anak sini, berlagak jago kalian. Ayo ikut saya ke kantor polisi.” gertaknya.

”Ampun Pak. Tolong Pak, jangan ditangkap kami Pak.” pinta mereka menghiba.

”Baik, kali ini, saya lepas kalian. Ingat! lain kali jangan dibuat lagi, ya. Minta maaf kalian dulu sama mereka.” kata polisi kepada mereka.

”Ya Pak. Makasih Pak.” kata pemuda-pemuda itu sambil menyalami polisi dan siswa yang berada di situ, kemudian berlalu di keremangan malam.

Selesai Vitlan melakukan absensi, wakil kepala sekolah yang bertindak sebagai ketua rombongan studi wisata, memberikan pengarahan, agar siswa menjaga ketertiban, sopan santun, giat bertanya sebanyak mungkin sesuai jurusan masing-masing.

Tiba di lokasi, mereka disambut oleh kepala divisi Hubungan Masyarakat (Humas) proyek yang didampingi oleh tiga orang dari divisi mesin, elektro dan sipil. Ka Humas proyek, membawa mereka ke ruangan pertemuan. Beliau menjelaskan segala sesuatu yang berkenaan dengan pembanguan proyek melalui sebuah peta besar yang terpampang di dinding bagian depan ruangan. Kemudian beliau juga menjelaskan, bahwa untuk pembelajaran di lapangan, rombongan akan dipandu ketiga orang tadi  sesuai jurusannya.

Pukul 11.45 WIB, ketiga kelompok belajar tadi sudah berkumpul kembali di tempat semula. Setelah mengucapkan terima kasih atas penerimaan dan layanan yang mereka terima, ketua rombongan mohon pamit.

Perasaan puas terlihat jelas di wajah mereka. perasaan ini mereka luapkan dengan bernyanyi lagu lagu gembira sepanjang perjalanan pulang. Bus berhenti sejenak di depan kedai nasi untuk mengambil pesanan nasi bungkus untuk makan siang.

Di bawah pohon rindang dekat sebuah masjid, mereka turun untuk makan siang. Rasa gembira, puas dan lapar, berpadu menjadi satu, membuat suasana makan siang mereka hari itu terasa lebih istimewa. Selesai shalat jamak di masjid, mereka melanjutkan perjalanan kembali dengan mengambil arah berbeda dan tiba di sekolah sekitar pukul dua siang.

  Lelah berjalan berkeliling dari satu tempat ke tempat lain di area proyek PLTA, selama himpir setengah hari, membuat para siswa kecapaian dan mengantuk. Mereka tidur di dalam ruangan dan ada pula yang memanfaatkan bangku-bangku taman di bawah rindangnya pohon Sri Payung.

Vitlan, Siswo, Bahrum memanfaatkat emperan kelas  yang teduh untuk istirahat. Mereka menggelar tikar pandan dan merebahkan tubuh di sana. Ditiup angin sepoi-sepoi membuat mata mereka segera terpejam tidur.

bersambung

Bagikan: